Rabu, 15 Mei 2013

KURIKULUM SOSIOLOGI ANTROPOLOGI 2013: TITIK LEMAH, RELEVANSI SOSIAL KEMASYARAKATAN DAN TANTANGAN PEMBELAJARANNYA



Oleh: Prof. Dr. Warsono (UNESA)





Perubahan dalam suatu  kehidupan merupakan sutu keniscayaan, yang tidak bisa ditolak oleh siapapun. Bahkan manusia sebagai agen perubahan dengan sadar melakukan perubahan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.  Meskipun demikian, tidak semua orang siap menghadapi perubahan, termasuk dalam menghadapi perubahan kurikulum pendidikan nasional. 

Memang perubahan tidak selalu membawa kehidupan menjadi lebih baik. Namun perubahan juga membawa harapan untuk menjadi lebih baik. Perdebatan cara pandang seperti ini selalu ada dalam masyarakat. Mereka yang berpandangan konservatif, selalu pesimis menghadapi perubahan dan cenderung mempertahankan keadaan yang ada. Sedangkan bagi mereka yang berpandangan progresif bersikap optimis terhadap perubahan, karena melihat ada harapan untuk menjadi lebih baik. Perbedaan cara pandang seperti ini dalam sosiologi telah melahirkan berbagai teori yang lahir dari paradigma yang berbeda. Para penganut strukturalis fungsional (Talcolt Parson; Robert K. Merton ) cenderung bersikap konservatif, yang beranggapan bahwa masyarakat sebagai suatu sistem yang selalu menjaga keseimbangan, kalau ada  perubahan yang terjadi tetap dalam keseimbangan, tidak sampai menimbulkan goncangaan. Sedangkan para penganut paradigma mikro (Weber; Bourdiau) yang menempatkan individu sebagai subjek (agent) lebih bersikap progresif dan melihat perubahan adalah suatu keniscayaan, dan dengan perubahan diharapkan akan ada kehidupan lebih baik.

  Sama seperti yang terjadi pada dunia pendidikan kita, Kebijakann Pemerintah untuk  memberlakukan kurikulum tahun 2013 telah menimbulkan polemik di kalangan masyarakat  dan keresahan  di kalangan guru yang akan menjadi pelaksana kurikulum di lapangan. Berbagai kritik dilontarkan oleh sebagian elit, pengamat pendidikan, dan para pendidik. Bahkan ada juga yang menyarankan pelaksanaan kurikulum tahun 2013 ditunda terlebih dahulu, dengan berbagai alasan. Namun tentu juga ada yang mendukung terhadap perubahan kurikulum dan segera dilaksanakan. 

Dalam satu dasawarsa terakhir pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan kurikulum, dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK), ke kurikulum tingkataan satuan pendidikan (KTSP) pada tahun 2006, dan sekarang diganti dengan kurikulum baru tahun 2013. Dari sisi pemerintahan dan yang mendukung, perubahan kurikulum ini dimaksudkan untuk mengantisipasi perubahan dan  menyiapkan generasi tahun 2045 agar siap menghadapi  tantangan jaman. Hal ini didassarkan pada asumsi bahwa tantangan yang dihadapi generasi mendatang (tahun 2045) akan berbeda dengan tantangan yang dihadapi generassi saat ini. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan yang memuat kompetensi yang diharapkan harus dilakukan perubahan sesuai dengan tantangan yang akan dihadapi di masa depan. 

Perubahan kurikulum ini juga didasarkan pada kondisi faktual masyarakat yang menujukan sikap dan perilaku yang kurang baik, seperti perkelaian antar pelajar, korupsi, narkoba, plagiatisme, ketidakjujuran dalam ujian nasional, yang semua itu menjukan perilaku yang buruk/tidak berkarakter. Padahal dari pengalamann berbagai Negara menunjukan bahwa karakterlah yang menyebabkan suatu negara bisa maju dan menjadi negara yang berbudaya. Buruknya perilaku masyarakat ini menurut pemerintah dan juga pendapat sebagian masyarakaat disebabkan kurikulum sebelumnya lebih banyak menekankan aspek kognitif dan kurang memberi penekanan pada pembentukan karakter. Kompetensi dalam kurikulum KTSP belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Meskipun antara kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya (KTSP) ada perbedaan, tetapi ada juga persamaannya, yaitu ada kompetensi yang akan dicapai.  Hampir dalam setiap kurikulum ada kompetensi yang akan diwujudkan. Hal ini sejalan dengan pengertian kurikulum sebagaimana yang dijelasskann dalam Undang-Undang Sisdiknas Passal 1 ayat 19, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum tahun 2013 dimaksudkann untuk memperbaiki kelemahan kurikulum sebelunya dengan mengintegrasikaan sikap, pengetahuan, tindakan dan agama yang dianut. Dalam kurikulum 2013 setiap lulusan diharapkan memiliki kesatuan antara sikap, pengetahuan, tindakan, dan ajaran agama yang diyakini. Kemampuan yang diharapkan dari setiap lulusan pada setiap tingkat pendidikan merupakan kompetensi inti, yang meliputi: sikap keagamaan; sikap sosial; pengetahuan; dan penerapan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi inti tersebut kemudian dijabarkan kedalam kompetensi dasar pada masing-masing matapelajaran. Selain integrasi antara sikap, pengetahuan, tindakan, dan ajaran agama, kurikulum 2013 juga lebih menekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill). Kemampuan berpikir tingkat  tinggi ini ditunjukan dalam kompetensi inti, khususnya penerapan  pengetahuan dalam kehidupan, yaitu: mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi (analisis, evaluasi, dan kreatif) ini memang sangat dibutuhkan bagi perkembangan bangsa ke depan. Hal ini sejalan dengan perkembangan ekonomi, yang mengarah kepada ekonomi yang berbasis jasa (ekonomi kreatif), yaitu ekonomi yang lebih mengandalkan pada ide, gagasan kreatif, dan temuan-temuan dalam ilmu dan teknologi yang dipatenkan.

 Selama ini kelemahan para pelajar, termasuk mahasiswa adalah pada kemampuan berpikir secara keilmuan (konsisten, runtut, kritis dan analitis).  Pemebelajaran yang dilakukan para guru, cenderung bersifat ekspository, yang hanya memaparkan pengetahuan tanpa memberi stimulus kepada siswa untuk berpikir kritis. Bahkan dalam memberikan pelajaran (pengetahuan) para guru jarang mengkaitkan dengan realita  dalam kehidupan sehari-hari.  Akibatnya,  pengetahuan yang diberikan atau yang diterima oleh siswa hanya menjadi bahan hafalan semata. Mereka   tidak mampu menggunakan  pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan, atau pengetahuan yang dimiliki tidak dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertindak.
  
Matapelajaran Sosiologi Antropologi dalam Kurikulum 2013
     Dalam kurikulum tahun 2013 matapelajaran sosiologi antropologi ada di SMA pada peminatan IPS, sedangkan pada peminatan bahasa ada matapelajaran antropologi dengan jumlah jam pelajaran kelas X  ada  3 jam, kelas XI ada 4 jam dan kelas XII juga 4 jam. Hal ini berbeda dengan kurikulum KTSP yang memisahkan antara matapelajaran sosiologi dengan antropologi. 

Dari aspek pengetahuan antara kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 ada sedikit perbedaan. Materi sosiologi dalam kurikulum KTSP  lebih banyak dibanding dengan yang ada di  kurikulum 2013. Ada beberapa konsep yang ada didalam KTSP, tetapi tidak ada dalam kurikulum 2013, antara lain adalah interaksi sosial, dan lembaga sosial.  Namun demikian dalam kurikulum 2013 masalah-masalah kebudayaan sebagai bahan kajian antropologi menjadi pokok bahasan.

Perbedaan komptensi dasar antara kurikulum KTSP (2006) dengan kurikulum 2013 di kelas X SMA
Jml
Kompetensi Dasar KTSP
Kompetensi Dasar  Kurikulum 2013
1.
Menjelaskan fungsi  sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungan
Mendeskripsikan peran dan fungsi Sosiologi dan Antropologi dalam mengkaji berbagai fenomena sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat
2.
Mendeskripsikan nilai dan norma yang   berlaku dalam masyarakat
Menerapkan konsep-konsep dasar sosiologi dan antropologi dalam memahami hubungan sosial antar individu dan kelompok
3.
Mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola keteraturan dan dinamika kehidupan sosial
Mendeskripsikan proses internalisasi nilai-nilai dan norma sebagai pembentuk kepribadian dan dasar untuk membangun hubungan (interaksi) sosial yang harmonis

4.
Menjelaskan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian
Mengkaji adanya berbagai bentuk perilaku menyimpang atau sub-kebudayaan menyimpang sebagai konsekuensi dari ketidakharmonisan hubungan sosial
5.
Mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial

6.
Menerapkan pengetahuan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat


Kelas XI
Juml
Kompetensi Dasar KTSP
Kompetensi Dasar Kurikulum 2013
1.
Mendeskripsikan bentuk-bentuk struktur sosial dalam fenomena kehidupan

Menggunakan tinjauan Sosiologi dan Antropologi dalam mengkaji struktur sosial masyarakat yang berbasis ekologis (seperti: masyarakat pantai, pertanian, industri, perkebunan, pegunungan, dan perkotaan)
2.
Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat
Mendeskripsikan substansi dan unsur-unsur budaya dalam memahami adanya keberagaman budaya dalam suatu masyarakat ekologis
3.
Menganalisis hubungan antara struktur sosial dengan mobilitas social
Menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan dalam menyikapi keberagaman untuk menciptakan kehidupan harmonis dalam masyarakat multikultur
4.
Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
Menganalisis potensi-potensi terjadinya konflik dan kekerasan dalam kehidupan masyarakat yang beragam
5.
Menganalisis perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
Menggunakan kajian sosiologi dan antropologi dalam memahami berbagai faktor pendorong dan penghambat integrasi nasional
6.
Menganalisis keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural
Mendeskripsikan melalui contoh tentang faktor-faktor yang mendorong dinamika budaya

Kelas XII
Juml
Kompetensi Dasar  KTSP
Kompetensi Dasar kurikulum 2013
1.
Menjelaskan proses perubahan sosial di masyarakat
Mendeskripsikan berbagai ketimpangan sosial dan budaya yang disebabkan oleh perubahan sosial dan budaya
2.
Menganalisis dampak perubahan sosial terhadap kehidupan masyarakat
Merumuskan langkah-langkah antisipatif pemecahan masalah sehubungan terjadinya ketimpangan sosial dan budaya sebagai dampak perubahan sosial budaya
3.
Menjelaskan hakikat lembaga sosial
Menemukan berbagai strategi untuk mempertahankan nilai-nilai budaya Indonesia di tengah-tengah pengaruh globalisasi
4.
Mengklasifikasikan tipe-tipe lembaga sosial

5.
Mendeskripsikan peran dan fungsi lembaga sosial

6.
Merancang metode, melaksanakan penelitian sosial  secara sederhana dan mengkomunikasikan hasilnya


Jika kita cermati kompetensi inti kurikulum tahun 2013 lebih komprehensif dan mencerminkan pendidikan yang utuh, karena menyatukan keyakinan, sikap, pengetahuan dan tindakan.  Setiap pengetahuan (ilmu) yang diberikan harus dikaitkan dengan sikap, keyakinan (agama), dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga  sikap dan tindakan harus dilandasi oleh pengetahuan dan keyakinan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Weber, bahwa kayakinan dan keinginan merupakan alasan yang mendorong seseorang melakukan suatu tindakan (A. Rosenberg, 2008:37-39).

Orang yang yakin bahwa agar tetap sehat harus berolahraga, dan dia ingin tetap sehat, maka orang tersebut tentu akan berolahraga. Sudah tentu keyakinan tersebut berhubungan dengan pengetahuan, karena keyakinan merupakan puncak dari pengetahuan. Ini berarti jika pengetahuan seseorang bertambah, keyakinannya juga akan berubah. Begitu juga sikap seseorang tidak lepas dari pengetahuan yang dimiliki. Perubahan pengetahuan dapat menimbulkan perubahan sikap. Orang yang memiliki pengetahuan lebih lengkap terhadap suatu objek, sikapnya akan berbeda dengan orang yang tidak/pengetahuannya terbatas  terhadap objek tersebut.  

   Dalam kenyataan sehari-hari, perilaku  dan sikap siswa tidak dilandasi oleh pengetahuan dan keyakinan. Banyak anak yang tahu dan telah memperoleh pengetahuan bahwa membuang sampah di sungai itu bisa menyebabkann banjir. Bahkan dari sisi agama (Islam) telah diajarkan bahwa kebersihan itu bagian dari iman, namun kenyataannya pengetahuan dan keyakinan tersebut tidak membimbing perilaku mereka sehari-hari. Banyak anak yang membuang sampah di sembarang tempat, termasuk ke sungai atau ke selokan. Bahkan banyaknya korupsi dan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para elit politik, mengindikasikan bahwa antara pengetahuan, keyakinan, dan tindakan tidak ada kaitannya. Padahal para elit tersebut telah mengenyam pendidikan mulai dari SD sampai di PT.  Dan mereka pasti tahu bahwa korupsi itu dosa, dan mereka juga tahu bahwa korupsi itu  dilarang agama. Bahkan mereka (mungkin) juga yakin bahwa dosa itu menyebabkan masuk neraka.

      Sosiologi antroplogi sebagai ilmu sosial mempelajari tindakan manusia, mengapa manusia melakukan tindakan seperti itu, atau apa yang menyebabkan manusia melakukan suatu tindakan. Social science begins with the aim of explaining human action (Rosenberg, 2008:31). Berbagai fenomena tindakan manusia akan dijari penjelasanya, dan penjelasan-penjelasan tersebut menghasilkan teori-teori.

Secara filosophis, manusia merupakan makhluk yang unik dan misterius, karena manusia sendiri  yang mempelajari dirinya tidak pernah tuntas dan menemukan jawaban yang tunggal (Louis Lehay, Fay) Manusia sendiri telah menjadi objek yang melahirkan banyak ilmu sosial, diantaranya sosiologi dan antropologi. Namun di sisi lain, manusia   sebagai subjek yang otonom  memiliki kesadaran diri, yang bisa menjadikan dirinya sebagai subjek dan  objek (Herbert Mead). Tindakan manusia yang dilakukan dengan sadar memiliki tujuan. Bahkan tindakan manusia juga tidak pernah bersifat monologik (causalitas tunggal) dan selalu memiliki makna subjektif. Tindakan manusia yang tidak bersifat monologik, dan memiliki tujuan, telah melahirkan banyak teori dalam sosiologi, khususnya sosiologi mikro.

      Dalam konteks kehidupan (alam semesta), manusia merupakan subjek yang selalu berusaha mentransendensi (mengatasi). Manusia adalah makhluk yang tidak sepenuhnya patuh kepada hukum alam. Mereka selalu berusaha “mengatasi” hukum alam tersebut, dengan menggunakan ilmu dan teknologi yang mereka miliki. Akibatnya sering terjadi penggunaan ilmu dan teknologi yang bisa menghacurkan kehidupan manusia sendiri. Oleh karena itu, dalam  pengembangan ilmu diperlukan landasan aksiologi, sebagai bentuk pertanggungajawaban moral manusia.
     
Relevansi   dengan sosial kemasyarakat
      Jika dicermati kompetensi yang ingin dicapai dalam matapelajaran sosiologi antropologi, sangat relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia  saat ini, yaitu untuk memberi pengetahuan, dan pemahaman kepada setiap siswa mengenai sistem sosial. Fakta dalam kehidupan masyarakat menunjukan adanya beberapa permasalahaan, diantaranya adalah  banyaknya perilaku menyimpang, dan  lemahnya kemampuan berpikir. Bahkan para ahli menyebutkan  adanya budaya buruk di masyarakat kita, seperti  mental penerabas (koentjaraningrat), sikap munafik (Mochtar Buchori), sikap malas (Alatas). Dengan adanya matapelajaran sosiologi antropologi diharapkan siswa mampu menganalisis berbagai permasalahan sosial, dan kemudian mampu bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

      Sosiologi antropologi akan menyadarkan manusia bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Agar menjadi “manusia”, seseorang harus hidup bermasyarakat, menyepakati nilai dan norma yang harus dijadikan acuan dalam hidup bersama. Sosiologi antropologi juga mengajarkan bagaimana  hidup bersama, learning to live together dalam perbedaan. Adanya perbedaan suku, adat, budaya dan agama  harus diterima dan dihormati, karena perbedaan merupakan suatu yang taken for granted, yang tidak bisa ditolak.

      Melalui  matapelajaran sosiologi antropologi, para sis juga dipahamkan adanya perubahan sosial. Kehidupaan masyarakat bersifat dinamis, bukan sesuatu yang statis. Bahkan kebudayaanpun tidak bersifat statis, tetapi juga mengalami perubahan. Adanya materi perubahan sosial dan budaya sebagai akibat dari globalisasi dalam matapelajaran sosiologi antropologi, bisa memberi pengetaahuan dan pemahaman kepada siswa mengenai dampak globalisasi.  Pokok bahasan yang sangat penting agar generasi muda  dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi globalisasi  dengan tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa.  

      Memang dalam kurikulum 2013 aspek pengetahuan dalam matapelajaran sosiologi antropologi  masih berupa konsep-konsep dasar, belum sampai mengenalkan teori-teori. Meskipun demikian konsep-konsep tersebut telah memberikan pemahaman dan pada gilirannya  diharapkan menumbuhkan kesadaran akan kedudukan dan peran manusia dalam kehidupan. 

      Dalam konteks kehidupan, matapelajaran sosiologi antropologi di sekolah menengah menjadi sangat penting, karena memberi pemahaman tentang  kedudukan dan peran manusia dalam alam semesta ini. Dengan memahami kedudukan dan perannya memungkinkan sesorang bertindak secara bijak, dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, matapelajaran sosiologi antropologi atau ilmu sosial seharusnya diberikan kepada semua peminatan, termasuk pada peminatan ilmu alam,  sebab ilmu yang mereka pelajari hanyalah sebagai alat (penjelasan tentang hukum alam), tetapi penggunaannya sangat tergantung kepada manusia itu sendiri.          

Tantangan Pembelajarannya
Kurikulum tahun 2013 menggunakan pendekatan student center atau pemebalajaran siswa aktif. Pendekatan ini membutuhkan kreatifitas guru, agar terjadi  pembelajaran aktif,  kreatif,  efektif, dan menyenangkan yang sering disebut dengan PAKEM.  Dalam PAKEM, guru harus kreatif dengan berbagai inovasi, agar dapat mengaktifkan siswa dalam proses pemebelajaran. Kemampuan berpikir kreatif membutuhkan prasyarat berupa berpikir kritis (bertanya terus menerus dan secara runtut). Guru harus mampu memberi stimulus (rangsangan) dengan berbagai pertanyaan kritis,  sehingga merangsang siswa mengembangkan pemikirannya dan aktif untuk terlibat dalam proses berpikir.  Dengan  kemampuan berpikir kreatif guru juga dapat memilih metode dan media agar proses pembelajaran berjalan efektif. Selain itu, guru yang  kreatifitas  juga dapat menciptakan suasana pembelaajaran yang menyenangkan.  kurikulum 2013 menuntut guru-guru yang kritis dan  kreatif.  Guru harus memiliki kompetensi bertanya secara kritis untuk merangsang kemampuan berpikir siswa.

Kemampuan berpikir kritis  para guru  juga dibutuhkan pada saat mereka akan menyusun rencana  pelaksanaan pemebelajaran (RPP). RPP merupakan naskah akademis, yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara logis hubungan antara komponen-komponennya.  Dalam RPP ada logicalsquence antara kompetensi dasar yang mau dicapai dengan indikator, materi, metode, dan alat evaluasi. kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sesuai  dengan tugas guru untuk mewujudkan atau  mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, guru harus memahami substansi dari kompetensi yang akan dicapai, baik dari aspek sikap, pengetahuan, maupun tindakan. Dari aspek pengetahuan, guru harus memahami konsep dan teori  apa yang harus dicapai sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Bertolak dari  pemahaman konsep dan teori yang ingin dicapai, guru harus mengkaitkan dengan sikap  dan tindakan yang harus dilakukan dalam merespon berbagai masalah sosial. Bahkan guru juga dituntut  mampu mengintegrasikan, ketiga ranah tersebut dalam suatu rencana pembelajaran. 

Kurikulum 2013 memberi tantangan yang lebih berat kepada para guru, sebab guru harus mampu mengintegrasikan antara sikap, pengetahuan, perilaku dan keyakinan dalam proses pembelajaran. Bahkan guru juga harus mampu mengembangkan  materi ajar, memilih metode, menyusun alat evaluasi yang mampu mengukur kompetensi sikap, pengetahuan, dan tindakaan.  Seandainya materi ajar sudah ditentukan dari pemerintah,  guru masih harus menyusun strategi pembelajaran agar semua kompetensi yang telah ditetapkan tercapai. 

Dalam melaksanakan kurikulum tahun 2013, guru dituntut memiliki dan mengaktualisassikan seluruh kompetensi  yaitu kompetensi pedogogik, professional, social, dan kepribadian. Semua kompetensi tersebut harus benar-benar diwujudkan dalam proses pembelaajaaran. Dengan kata lain, filosofi “guru” (digugu dan ditiru), harus benar-benar dimiliki oleh seorang guru. Mereka bukan hanya digugu karena memiliki pengetahuan dan kemampuan berpikir yang kritis, kreatif, dan cerdas, tetapi juga ditiru (bisa dijadikan teladan), karena memiliki karakter. 

Hal yang juga harus dilakukan para guru dalam menghadapi kurikulum 2013 adalah menyiapkan diri dengan meningkatkan kemampuan berpikir secara kritis  dan kreatif. Dengan memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif guru tidak perlu gamang menghadapi perubahan kurikulum. Paling tidak agar dapat mengajarkan berpikir tingkat tinggi kepada siswa, guru juga harus mampu berpikir tinnggkat tinggi. Suatu hal yang  impossible, guru mampu menumbuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, kalau dia sendiri tidak mampu berpikir tingkat tinggi.

Dan hal yang tidak kalah penting dan harus dilakukan, agar kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan baik  adalah sekolah harus membangun budaya yang berkarakter. Sebab proses pembelajaran integratif  yang menggabungkan antara sikap, pengetahuan, dan tindakan harus didukung dengan budaya sekolah yang berkarakter. Tanda didukung budaya yang berkarakter, misi kurikulum 2013 untuk membangun  karakter bangsa tidak akan terwujud, karena salah satu metode  pendidikan karakter  adalah melalui pembiasaan dan keteladanan.    


Daftar Pustaka
Delanty, Gerard  and Strydom, Piets (ed.) 2003. Philosophies of Social Science the Classic and Contemporary Readings. Philadelpia: Open University Press.
 Fay Brian. 2002. Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer. Alih Bahasa M. Muhith.  Yogyakarta: Penerbit Jendela.
Gutek, L Gerald. 2009. New Perspectives on Philosophy and Education. New Jersey: Pearson Education, Inc,
Hergenhahn, R.B and Olson, H. Matthew.  2009. An Introduction to Theories of Learning. London: Pearson Education, Inc,
Johnson, P. Doyle. 2008. Contemporary Sociological Theory an Integrated Multi-Level Approach. Texas Tech University: Springer Science + Business Media LLC.
 Rosenberg, A. 2008. Philosophy of Social Science. Philadelphia: Westview Press.

1 komentar:

Achmad Budi Santoso mengatakan...

terimakasih, tulisannya keren

Posting Komentar