Minggu, 10 Februari 2013

Indonesia Positif (2013)


            Indonesia adalah Negara yang kaya-raya, segala sumber daya alam melimpah-ruah bahkan penyanyi “koes plus” mengibaratkan tanah kita seperti tanah surga, apa yang kita lempar bisa menjadi tanaman -katanya.

            Perkebunan, industri ekstratif dan perusahaan migas di Indonesia sangatlah banyak, bahkan Indonesia termasuk negara penghasil sawit nomer satu dunia menurut data lembaga independen internasional Oil World, disusul oleh Malaysia di pringkat kedua. Sangat wajar jika ASIA Tenggra sangat dilirik untuk memimpin agrobisnis dunia.

            Data Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2001-2008 mencatat terdapat 2.531 izin baru untuk pertambangan sekala kecil didaerah Kalimantan (10% terdapat di Kalimantan selatan), bayangkan bagaimana kayanya kandungan perut bumi Indonesia, belum lagi di Papua, Sumatra dan Sulawesi.

            Indonesia adalah lautan yang ditaburi pulau-pulau kecil (menurut sebagaian orang), sangat wajar jika di zaman majapahit, nusantara adalah pengendali pelabuan dunia. Budaya maritim yang kental berpadu dengan budaya tanah (pertanian dan bercocok tanam), sangat wajar jika banyak negara-negara eropa pencari tanah indonesia. Kilang-kilang minyak didirikan di tengah lautan, setelah habis ditemukan lagi yang baru di daerah lain dan seterusnya, begitu kayanya bangsa ini sampai banyak perusahaan asing yang rela bekerja sama dengan Indonesia.     


            Sungguh Indonesia adalah negerinya berkah, tanah dan airnya sangatlah kaya bahkan Negara lain belum tentu memilikinya. Akan tetapi kekayaan indonesai hari ini sangat semu, dimana kemiskinaan dan ketimpangan meraja rela ditengah kekayaan ini. Bangsa kita tidak pintar mengelolah dan memanfaatkan kelebihan indoensia yang ada di garis katulistiwa.

            Dari pernyataan diatas, timbul pertannyaan apakah bangsa kita adalah bangsa yang konsuntif, malas dan serakah sehingga kita tidak bisa berdiri dan bangkit menuju kesejahteraan yang diidam-idamkan oleh rakyat indoensia. 

        Seperti yang dikatakan Jurnalis senior, Mochtar Lubis  dalam bukunya “Manusia Indonesia”, ia menggambarkan sifat negatife bangsa ini yang harus diubah jika ingin maju seperti lemah watak, boros, feodal, enggan bertanggung jawab, munafik dan percaya tahayul. Mochtar lubis percaya bahwa masih ada sifat yang baik dari bangsa ini seperti kreatif dan berjiwa artistik yang bisa dikembangkan sebagai harapan bangsa.

            Penulis memperhatikan padangaan “negara ini tidak maju akibat kurangnya entrepreneur”, katanya jumlah entrepreneur kita hannya 0,18% dari jumlah penduduk (Kompas.com 2011) sehingga dirasa kurang dari harapan 2% atau jumlah minimal. Bagi penulis padangan tersebut sedik aneh, meski tidak mayoritas kita bisa melihat gigihnya suku Madura, Bugis, Padang, Sunda, Jawa dan Minang dalam berwirausaha, mereka sangat terampil berdagang dengan kemampuan dan jenis perdangaan yang berbeda-beda. Lantas apakah kita masih bisa dibilang kekurangan entrepreneur? Atau jangan-jangan sistem kapitalis liberal menyumbang andil terhadap hilangnya kesempatan dan akses para pedagang lokal?. Dengan kapital yang besar kapitalis mampu melakukan dominasi dan monopili sehingga menggusur pedagang-pedagang kecil dengan hegemoni modernisasinya.

            Kita bisa lihat bagaimana gigihnya orang Madura dalam berjuang mencari sesuap nasi, bahkan diantara mereka hidup berkecukupan hannya bermodal tanah sepetak. Orang tegal dengan WARTEG’nya, Sundan dengan Warung BURJO’nya atau Suku Padang yang terkenal dalam dibidang bisnis kuliner bernama Masakan Padang, hal tersebut menunjukan bahwa kita bangsa pedagang yang produktif.   

            Penulis juga tidak jarang melihat para pekerja malam seperti petugas kebersihan, lihat meski malam hari meraka mau untuk bekerja. Pernah juga melihat ibu-ibu separuh baya pada pukul 03.00 Pagi, membawa karung dan tusukan yang terbuat dari besi. Apakah hal tersebut mengambarkan bangsa kita adalah bangsa yang malas?. Meski tidak bisa menjadi sampel dari populasi yang besar penulis ingin sampaikan bahwa kita tidak bisa di general-kan sebagai bangsa yang malas, kita adalah bangsa yang pekerja keras..

            Kita bisa jalan-jalan ke pasar dan melihat sistem pembagian kerja -meski masih sederhana, dari rutinitas dan kesibukan pasar kita bisa ambil satu contoh yaitu sayuran. Sayuran yang ditanam para petani atau buruh tani di ladang dikumpulkan ke pengepul barang/ sayur yang dating pada tiap musim panen, disortir kepara pedagang-bedagang pasar dan dibeli oleh para konsumen, ada yang berperan sebagai kuli angkut ada juga yang menjaga kebersihan, keamanan dan supir/ tukang becak. Dari pembagian kerja tersebut terciptalah roda ekonomi yang berputra dan saling menghidupkan dan melengkapi. Kita bisa melihat bawha kitapun bisa berorganisasi dengan baik meski sederhana. Tidak ada monopoli yang merugikan masyarakat, semuanya bekerja dan mendapatkan untung, kita bisa berbagi dan adil.

            Oleh Karena itu penting rasanya bagi kita untuk menamkan rasa kebangsaan yang besar, dengan setia pada nilai-nilai luhur demi terciptanya Indonesia yang lebih baik lagi. Tanah dan laut Indonesia memiliki Sumber Daya Alam yang melimpah dan budaya yang beragam menunjukan kita adalah bangsa yang besar. Sebuah penghianatan jika kita sia-siakan dan tidak di maksimalisasikan untuk kepentingan bersama.

            Mari bersama-sama kita patahkan mitos-mitos negatife tentang bangsa ini, mari kita cari hal positif dari bangsa ini sehingga Indonesia bisa menjadi MACAN ASIA. Bila perlu bangsa ini harus mandiri dan melepaskan belenggu asing yang seolah menjadi lintah darah bangsa.

            Banyak hal positif tentang bangsa ini, tugas kita adalah membangun harapan-harapan dari apa yang kita punnya. Merakit tiap mimpi-mimpi kita dan menjadikannya alat untuk menciptakan kendaraan yang mengantarkan Indonesia menuju kesejahteraan sosial.


0 komentar:

Posting Komentar