Selasa, 05 Februari 2013

Cahaya Harap di Atap Indonesia (2013)



Menjelang pergantian tahun, masyarakat Indonesia disibukan dengan kegiatan-kegiatan sakral tahun baru, ada yang mencari hiburan, berlibur keluar kota dan ada juga yang bersantai di rumah bersama keluarga. Memasuki pergantian tahun penulis merasa kita bangsa Indonesia harus lebih memaknai pergantian tahun ini sebagai refleksi dan renungan atas apa yang sudah bangsa ini lakukan untuk Indonesia.

Sepanjang tahun 2012 konflik sosial meningkat, ditemui 89 kasus koflik sosial dari masalah koflik SARA, ormas, institusi pendidikan, konflik karena kesenjangan sosial, sengketa lahan, sengketa kewenangan dan PEMILU KADA. Oleh sebab itu bangsa ini perlu melakukan pencegahan atau diteksi dini guna meminimalisir konfik bahkan menyelesaikan permasalahan yang terjadi, jika tidak maka bisa jadi kestabilan dan semangat kebangsaan ini bisa pudar dan hilang bersama percikan kembang api di atap indonesia.


Masalah korupsi yang menggurita juga menjadi momok bangsa ini, jelas korupsi harus di perangi. Kita juga harus bisa mengukur seseriusan pemerintah dalam pemberantasan korupsi. Dampak korupsi sangat besar bagi terhambatnya kemajuan bangsa, selain terbengkalainya pembanguan fisik, dan mandeknya demokrasi, korupsi juga menyumbang hancurnya perekonomian dan penegakan hukum yang nantinya berdampak pada pelayanan masyarakat. Jika pemerintah sudah tidak bisa menjadi pelayan bagi masyarakatnya, maka peran pemerintah menjadi tidak bermakna. Ketidak seriusan pemerintah memberantas korupsi sama saja membiarkan tumor di dalam tubuh bangsa.

           Memasuki tahun baru ini, mari bersama kita renungkan apa yang sudah bangsa ini lakukan dan berfikir kedepan ingin melakukan apa?, yang jelas bangsa dan Negara ini harus menjadi lebih baik. Bersamaan dengan itu, perlu rasanya ditahun baru ini kita bangkitkan kembali rasa optimis untuk Indonesia yang sudah masuk dalam lorong gelap ketidak pastian. Segala mitos-mitos negatif tentang Indonesia harus dipatahkan, seperti Indonesia adalah Negara koruptor, Indonesia adalah Negara amburadul dan lain sebagainya. Tentu saja tidak dengan kata-kata saja, tapi harus tercermin dalam prilaku dan keseharian kita. Kita bahkan pemerintah harus berdiri di garda terdepan.

    Mengambil terminologi Amitai Etzioni tentang “komunitas responsif”, bangsa ini perlu menumbuhkan komunitas-komunitas yang peduli dan memiliki nilai-nilai positif seperti rasa toleran, rasional, pemberani, tanggung jawab, adil dan jujur. Dengan komunitas responsif kita harus mengindari terbentuknya lingkungan yang represif dan menolak individualisme yang sudah menggerus kebersamaan (solidaritas sosial). Indikator kecilnya adalah memudarnya gotong-royong, kebersamaan dan kerja bakti dilingkungan masyarakat yang dulu kita anggap sebagai nilai luhur, bahkan dengan kebersamaan kita bisa mengusir penjajah tapi krisis moneter yang melanda kita di tahun 90, menunjukan kita belum kuat menjadi bangsa.

         Di tahun baru ini pemuda sebagai eleman terpenting dari bangsa ini harus hadir mengawal dan memberi kepastian. Pemuda tidak boleh larut dalam ceremony tahun baru. Pemuda sebagai penerus perjuangan harus bisa mengisi sendi-sendi keindonesiaan yang hari ini kosong. Sebagai pewaris peradaban, pemuda perlu kembali memotori pergerakan layaknya faunding father terdahulu. Para pendiri bangsa adalah pemuda di zamannya, sedangkan para politisi hari ini kebanyakan orang tua. Oleh sebab itu perlu rasanya pemuda mengambil peran yang dulu pernah dipegang oleh pemuda, bahkan berani merebut kembali nahkoda bangsa dan mengendalikannya menuju cita-cita bersama, menuju pulau impian atau menuju visi agung.

        Bersama dengan merah, kuning, hijau dan warna-warni kembang apai di langit Indonesia, pemuda harus lebih bisa mewarnai dan menerangi bangsa ini dari malam yang panjang. Cahaya pemuda bukan cahaya yang mudah hilang dalam sekejab, tapi cahaya yang abadi dilangin Indonesia yang terus membawa inspirasi bagi yang melihatnya. Sejatinya bumi Indonesia tersinari dengan dua cahaya besar pertama adalah cahaya mentari dan kedua adalah cahaya yang lahir dari semangat para pemuda.   

0 komentar:

Posting Komentar