Selasa, 05 Februari 2013

Aku Berfikir “MONAS” (2010)

      Siapa yang tak kenal MONAS? Monumen Nasional yang ada di jantung Ibu kota ini menggambarkan sejarah bangsa yang panjang. Emas di atasnya seolah mengatakan bahwa negeri ini kaya akan sumber daya alam.

     Jika kita renungkan, MONAS menfisualisasikan warga kota dengan “artian lain”. tingginya kriminalitas dan pengangguran seolah menunjukan kesenjangan yang takalah tinggi dengan bangunannya.

     Lihat bangunan kokoh disekitar MONAS, dari perkantoran sampai aparteman, dari rumah makan sampai tempat hiburan, seolah menunjukan ini adalah “Kota Besar”.

        Bila kita lihat dengan teropong waktu, pada tahun 70an Jakarta tidak seramai sekarang, begitupun pada tahun 80an. Sawah dan perkebunan masih betah tinggal dijakarta, sekarang ?.
        Macet, banjir, polusi, kebisingan dan setumpuk masalah lainnya bukanlah makanan baru bagi warga Ibu Kota. Jakarta dan sekitarnya sudah mengalami deskapitalisasi. WARKOP ( warung kopi ) sudah menjadi Starbucks, WARTEG sudah diganti Mc.Donald’s dan mungkin masih banyak lainnya. Lantas bagaimana dengan pribumi? Bukankah semua itu adalah milik asing?.

Didepan MONAS aku masih berfikir?

            Bagaiman jika bosan? “tak masalah”, selintas pikiranku yang lain membantah. “bukanya Jakarta memiliki segudang hiburan ?".

        Bagaimana dengan kost-nya? Karena menurutku tidak semua warga kota mapan secara ekonomi. Pikiranku yang lainnya tak mau kalah.

       Seolah habis berdiplomasi dan bernegoisasi, akhirnya pikiranku menyepakati sebuah pendapat. “MONAS”, sebuah kata yang tak asing. Ya, untung ada MONAS jawab kedua pikiranku. Mata ini pun melihat sekeliling dengan padangan penuh harapan.

         MONAS adalah ruang publik, ia juga wahana melawan besarnya beton-beton kapitalis. Dengan hiburan murah-meriah yang ia sediakan, membuat MONAS menjadi primadona warga Kota. Minggu pagi di MONAS, kita bisa melihat keceriaan tanpa memandang kelas sosial. Mereka yang data ke MONAS biasanya berolahraga, jalan-jalan santai atau sekedar berbincang-bincang dengan keluarga, teman atau pacar. Dari segi lingkungan MONAS, menjadi ruang terbuka dan paru-paru kota. MONAS berperan mengurangi polusi dan panasnya Ibu kota ketika siang. Ini lah peran MONAS sebagai ruang publik, ditengah keruetan Ibu Kota. Di MONAS aku berfikir. . . .

Jakarta, 20 Febuari 2011
           
 
  

0 komentar:

Posting Komentar