Siapa yang tak kenal MONAS? Monumen Nasional yang ada di jantung Ibu kota ini menggambarkan sejarah bangsa yang panjang. Emas di
atasnya seolah mengatakan bahwa negeri ini kaya akan sumber daya alam.
Jika kita renungkan, MONAS
menfisualisasikan warga kota dengan “artian lain”. tingginya kriminalitas dan
pengangguran seolah menunjukan kesenjangan yang takalah tinggi dengan
bangunannya.
Lihat bangunan kokoh
disekitar MONAS, dari perkantoran sampai aparteman, dari rumah makan sampai
tempat hiburan, seolah menunjukan ini adalah “Kota Besar”.
Bila kita lihat dengan teropong
waktu, pada tahun 70an Jakarta tidak seramai sekarang, begitupun pada tahun
80an. Sawah dan perkebunan masih betah tinggal dijakarta, sekarang ?.
Macet, banjir, polusi, kebisingan
dan setumpuk masalah lainnya bukanlah makanan baru bagi warga Ibu Kota. Jakarta dan sekitarnya sudah mengalami deskapitalisasi. WARKOP ( warung kopi ) sudah menjadi Starbucks,
WARTEG sudah diganti Mc.Donald’s dan mungkin masih banyak lainnya. Lantas
bagaimana dengan pribumi? Bukankah semua itu adalah milik asing?.
Didepan
MONAS aku masih berfikir?
Bagaiman jika bosan? “tak masalah”, selintas pikiranku yang
lain membantah. “bukanya Jakarta memiliki
segudang hiburan ?".
Bagaimana dengan kost-nya? Karena
menurutku tidak semua warga kota mapan secara ekonomi. Pikiranku yang lainnya
tak mau kalah.
Seolah habis berdiplomasi dan
bernegoisasi, akhirnya pikiranku menyepakati sebuah pendapat. “MONAS”, sebuah kata yang tak asing.
Ya, untung ada MONAS jawab kedua pikiranku. Mata ini pun melihat sekeliling
dengan padangan penuh harapan.
MONAS adalah ruang publik, ia juga
wahana melawan besarnya beton-beton kapitalis. Dengan hiburan murah-meriah yang
ia sediakan, membuat MONAS menjadi primadona warga Kota. Minggu pagi di MONAS,
kita bisa melihat keceriaan tanpa memandang kelas sosial. Mereka yang data ke
MONAS biasanya berolahraga, jalan-jalan santai atau sekedar berbincang-bincang
dengan keluarga, teman atau pacar. Dari segi lingkungan MONAS, menjadi ruang
terbuka dan paru-paru kota. MONAS berperan mengurangi polusi dan panasnya Ibu
kota ketika siang. Ini lah peran MONAS sebagai ruang publik, ditengah keruetan
Ibu Kota. Di
MONAS aku berfikir. . . .
Jakarta,
20 Febuari 2011
0 komentar:
Posting Komentar