Selasa, 05 Februari 2013

“Melihat dari sudut pandang desa” (2010)



Tema : Fenomena Urban  
Meledaknya Urban dan Bertambahnya Penduduk Miskin Kota

          Memasuki abad milenium kedua, sebagian besar negara periferi makin mendongkrak pembangunan dari pusat Ibu Kota sampai ke Desa terpencil. Akan tetapi pesatnya pembangunan tidak dibarengi dengan pemerataan antara kota dan desa, sehingga pembagunan pun menjadi asimetris. Angka urbanisasi yang meledak dari tahun-ketahun penulis rasa juga diakibatkan dari ketidak meratayan pembangunan.

 
 Tingginya tingkat urbanisasi membuat kota menjadi sarang kriminalitas, banyak hal yang mendorong masyarakat bertindak negatif, hal ini akibat kontestasi pekerjaan yang ketat (persaingan horizontal atau pencarian lapangan pekerjaan), sebagaian orang mengunakan jalan pintas semata-mata untuk memenuhi standar kebutuhan primernya/ terlepas penyakit phiskologis dan sosialisasi lingkungan sosial. Selain itu perkampungan kumuh yang berdiri dipusat dan pinggiran kota mulai meningkat dari tahun-ketahun. Para urban umumnya ketika ke kota tidak memiliki kemampuan yang memadai sehingga keberadaan mereka hanya menambah kepadatan kota dan angka kemiskinan. Kebanyakan kaum urban  hanya bermodal nekat dan tidak sedikit yang mengandalkan teman dan saudaranya yang sudah tinggal terlebih dahulu.


Alasan Logis pergi ke Kota

Menurut penulis bagaimana penduduk desa tidak melakukan urbanisasi, bila ditempat asal mereka (desa) tidak ada alat yang bisa membuat mereka berdaya atau pun mampu menghasilkan pendapatan yang layak, lapangan pekerjaan baik dibidang sumber daya alam/manusia nampak masih sulit untuk dikelolah dan dimaksimalkan akibat modal yang minim, sehingga wajar bila penduduk desa hijrah kekota semata-maat untuk melakukan mobilitas vertikal (dengan cara berkerja) meski bermodal nekat.

Sarana dan prasarana pun masih dibilang seadanya, contoh saja lembaga pendidikan di Jawa Barat, Kabupaten Kuningan, Kecamatan Subang Desa Subang. Sarana dan prasarana di sekolah tingkat SD-SMA dirasa sangat memprihatinkan, buku yang dibilang gudang ilmu nampak tidak menjadi linik vital yang diprihatinkan oleh pemerintah daerah. Perpustakaannya hanya menyediakan buku-buku kurikulum lama yang jumlahnya pun tidak banyak, buku-buku penunjang dan umum dirasa masih kurang. Muatan lokal dan jumlah komputer bisa dibilang masih jauh dari cukup, hal ini berdampak pada kurangnya SDM yang berkualitas dan kreatif di desa. Dari penjelasan sederhana diatas penulis menyimpulkan sangat wajar bagi penduduk desa bila mereka lebih memilih tinggal di kota. 

Lembaga pendidikan memiliki andil besar dalam pembangunan daerah, penanaman jiwa kemandirian dan kewirausahaan dirasa bisa menopang bangkitnya industri-industri kecil di daerah -yang berdampak pada menurunya angka urbanisasi. Apa lagi jika lembaga pendidikan mampu menanamkan pendidikan lokal yang mampu menanamkan rasa cinta dan peduli terhadap lingkungannya, pendidikan diarahkan pada wawasan kedaerahan, bukan hannya dalam arti budaya tapi juga potensi lingkungan. Bisa jadi ditahun 2030, desa sebagai pemasok pangan bisa mandul memproduksi pangan.   
 
Pendapat penulis

Menurut penulis solusi dari masalah tersebut bisa diselesaikan dengan cara melakukan pembangunan yang merata dengan cara menerapkan otonomi daerah sesuai dengan prinsip Good Governance
1.       Partisipasi masyarakat
2.       Penegakan hukum yang tegas dan universal
3.       Tranparansi program-program kerja dan informasi
4.       Kesetaraan
5.       Daya tangkap ( komunikasi )
6.       Wawasan kedepan
7.       Pengawasan yang netral dan adil
8.       Akuntabilitas
9.       Efesiensi dan Efektifitas
10.   Profesionalisme

Bila pembangunan kota dan desa sudah merata, angka urabanisasi pun bisa ditekan. Sehingga peduduk desa tidak lagi menjadikan kota menjadi wahana aduh nasip yang berdapak pada meledaknya jumlah penduduk kota. Mendorong industri kreatif/ lokal dan pariwisata bisa menjadi solusi asimetrisnya pembangunan dan meledaknya angka urbanisasi.


                                                                                       Oleh :  Gurnadi Ridwan PN   
                                                                                                   Sosiologi FIS UNJ
                                                                                                  Staf Pusgerak GF

0 komentar:

Posting Komentar