Oleh: Kartika Dwi Ningsih, S.Pd
“Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung?(Qs Al-Baqarah:5)”
Senja hari ini, berpayung rintik
hujan yang terus turun sejak pagi menemaniku untuk memulai cerita ku yang tak
kan pernah terlupakan. Cerita indah bagaimana Allah mendekapku dalam hangat
kasihNya yang membawaku kini dalam hijrah yang tiada pernah ku duga dalm
hidupku. Aku mengingat sore itu, sore dimana aku mengikuti kegiatan kampusku di
sebuah gunung di daerah Jawa Barat. Mulanya semua kegiatan itu berjalan biasa
saja tiada kegiatan yang menarik hatiku pada saat itu. Namun tanpa kusadari
semua peserta dan panitia perempuan pada acara itu adalah perempuan-perempuan
cantik yang telah membalut diri mereka dalam busana indah khas muslimah,
panjang dan tertutup rapih. Sementara aku, dan beberapa temanku santai
mengenakan pakaian yang biasa kami kenakan dalam kehidupan sehari-hari kami.
Aku berjilbab saat itu, namun tidak serapih mereka. Saat itu aku tak
memperdulikan dan bahkan tidak merasa ada yang aneh dengan busana ku saat itu.
Kegiatan demi kegiatan aku ikuti
hingga malam hari pukul 02.30 WIB aku dibangunkan oleh panitia untuk
mengerjakan sholat malam dan tafakur alam bersama di shubuh hari. Selepas
tahajud yang kami kerjakan kami bersiap mengikuti kegiatan tafakur, aneh saat
itu mataku ditutup sehelai kain oleh panitia dan aku dituntun, melewati setiap
langkah kami menyisiri sebagian alam pegunungan. Langkahku terhenti, dan kain
penutup mata pun dibuka, gelap adalah hal pertama yang kurasa. Seorang panitia
memberikan ku sebuah lilin dan Al-Qur’an dan memintaku untuk duduk sendiri,
kulihat samar-samar cahaya lilin-lilin yang lain berada jauh dariku. Saat itu
aku bingung, dan hanya terdiam hingga akhirnya dinginnya udara pegunungan
menusuk tulangku.
Kubuka halaman pertama AlQur’an yang
berada di genggaman tanganku,entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang berbeda
terjadi pada diriku. Aku gemetar,tertatih membaca ayat demi ayat suratNya.
Bibir ini terasa kelu, gelapnya malam dan dinginnya udara mengantarku pada
lamunan dan bayangan tentang sebuah kematian yang pasti menjemputku. Tanpa
sadar, air mata ini jatuh membasahi pipiku teringatku pada begitu banyak dosa
yang telah aku kerjakan selama ini. waktu pun berlalu, pagi pukul 08.00 kami
bergegas untuk kembali ke Jakarta, aku kembali dengan pengalaman luar biasa yang mengantarku pada kisahNya yang
tiada bisa kuduga. Sesampainya di rumah, aku mengambil sebuah jilbab panjang,
tebal berwarna merah muda pemberian teman sewaktu aku masih duduk di bangku
SMP.Jilbab ini tidak pernah aku kenakan hingga aku menjadi seorang mahasiswi,
Subhanallah kata ini yang menjadi kata pertamaku mengingat betapa indah
rencanaNYa yang sudah dipersiapkan sejak 6 tahun yang lalu, namun aku tidak
pernah menyadarinya. Lama aku terdiam di depan cermin, berpikir apakah aku siap
mengenakannya.
Hingga akhirnya kukenakan jilbab
panjang dan tebal ini pertama kali dalam hijrahku. Saat itu, ada rasa haru dan
bahagia yang tidak pernah kuduga akan terjadi dalam hidupku. Dengan jilbab dan
setelan rok serta baju panjang yang kusimpan rapih dalam lemariku aku melangkah
menuju kampusku membayangkan reaksi teman-teman terdekatku. Hingga akhirnya aku
sampai juga di kampus dan bertemu mereka sahabat-sahabatku, mereka memandangku
penuh heran namun tak ada satupun kata yang keluar ari mulut mereka. Aku
berpikir aakah mereka tidak suka dengan perubhanku, saat itu aku hanya terdiam
menyendiri dan tak berbicara dengan mereka. Saat itu hati ini berbisik, cukuplah Allah yang menjadi teman terbaikku,
enatah mengapa hasratku untuk berubah sangat besar saat itu, aku merasa jatuh
cinta padaNya, pada Dia yang telah lama aku lupakan. Perlahan ibadahku pun ikut
mengalami perubhan, rawatib kukerjakan dan ibadah sunah lain pun aku upayakan
semata-mata aku ingin semaikin mengenalNya.
Aku merasakan sebuah rasa yang tiada pernah
kurasa dalam hidupku. Rasa damai dan ketentraman luar biasa hanya dengan
menyebut namaNya. Al-Qur’an yang selama ini enggan kubuka dan tersimpan rapih
di lemari buku pun kini menjadi teman
yang tidak pernah kutinggal. Tidak berhenti disitu, Allah tunjukan kuasaNya
melalui sebuah mimpi yang aku alami dengan sangat jelas, aku melihat asmaNya
yang begitu besar di atas sebuah laut merah. Dalam mimpi itu, aku menumpangi
sebuah pesawat yang akan jatuh dan hancur, namun Allah menyelamatkanku hingga
aku berada di sebuah tepi pulau. Sontak aku terbangun, dan terus berpikir apa maksud
dari mimpi ini. keesokan harinya, di pagiNya yang begitu indah Allah menyapaku
dalam pemandangan alam yang luar biasa yang aku lihat di langitNya, Allah
tunjukan asmaNya di langitNya pagi itu.
Gemetar tubuh ini pagi itu, lagi-lagi
aku tak mengerti apa maksud dari semua ini. aku teus bertanya dalam hati yang mengantarku
duduk terdiam di sebuah mesjid di kampusku, hingga hari itu aku bertemu seorang
kaka yang kini menjadi pembimbing terbaikku. Aku bercerita padanya semua yang
terjadi padaku belakngan ini, dan senyumnya pun terkembang, dia mendekapaku dan
berkata perlahan bahwa Allah sangat menyayangiku,bahwa Allah telah memberikan hidayahNya kepadaku.
Subhanallah, aku tidak pernah membayngkan ini akan terjadi dalam hidupku, aku
tidak pernah menduga dengan apa yang kini menjadi suratan takdirNya untukku.
Tenang, dan bahagia adalah hal yang kurasa di awal hijrahku saat itu, karena
kusadari tidak semua orang bisa merasakan apa yang kini aku rasakan. Sejak saat
itu, semua yang kulakukan hanya ingin kupersembahkan padaNya sang pemilik jiwa.
0 komentar:
Posting Komentar