Tahun
2014 merupakan tahun penting bagi Indonesia. Ada dua momen politik yang berbaku
kait dan sangat menentukan perjalanan bangsa ini di tahun-tahun mendatang.
Pertama adalah pemilu legislatif dan yang kedua adalah pemilihan Presiden.
Hajat politik yang menentukan arah dan tujuan berbangsa dan bernegara ini
dibiarkan meluncur tanpa ada kawalan ataupun kritisasi oleh mahasiswa. Gerakan
mahasiswa yang sejak sebelum bangsa ini mampu berdiri telah memosisikan diri
sebagai agen perubahan, justru pada saat kritis seperti saat ini tidak memunculkan
diri sebagai pengawal dari pemastian bangsa ini tinggal landas menuju bangsa
yang setahap lebih maju dari sebelumnya.
Muradi (PUSKAPOLKAM UNPAD)
Ubedilah Badrun (Aktivis 98 - Ketua PUSKASPOL FIS UNJ)
10 September 2013 Pukul 20.00 WIB.
Ada
tiga kemungkinan gerakan mahasiswa belum mengambil peran dalam proses politik
perubahan bangsa ini melalui Pemilu 2014 mendatang, yakni: Pertama, peta
politik mahasiswa telah terkorelasi dengan jejaring partai politik yang
cenderung partisan. Hal ini ditandai dengan hampir semua partai politik
memiliki organisasi sayap di pemuda dab mahasiswa. Kedua, gerakan mahasiswa
kehilangan momentum dalam memastikan arah perubahan bangsa ini. indikator yang
paling kentara adalah kesulitan mahasiswa menciptakan momentum perlawanan dan
pengkritisan pada rejim yang berkuasa. Dan ketiga, gerakan mahasiswa dipahami
sebagai bagian dari aktivisme, sehingga kehilangan elan gerakan yang selama ini
menjadi roh dari pergerakan itu sendiri.
Terkait
dengan hal tersebut, dibutuhkan langkah untuk memformulasikan gerakan mahasiswa
agar selaras dengan esensi gerakan mahasiswa sebagai agen perubahan. Perubahan
politik yang selama lebih dari 15 tahun dibiarkan liar semakin liar mana kala
gerakan mahasiswa tidak berupaya mengawal, mengkritisi, hingga mengarahkan
perubahan politik yang ada selama ini dan diserahkan kepada kelompok atau elit
politik yang tidak berpihak pada rakyat dan kejayaan bangsa.
Mengembalikan
atau setidaknya meluruskan gerakan mahasiswa untuk kembali pada jalur yang
selama ini diyakini kebenarannya adalah bagian dari kecintaan kita pada bangsa
dan rakyatnya. Waktu lima belas tahun rasanya sudah cukup bagi Indonesia untuk
segera menuntaskan transisi demokrasinya dan beranjak pada level yang lebih
mapan dan berdaulat secara penuh.
Itulah sebabnya kami dari Pusat Kajian Politik &
Keamanan (Puskapolkam) UNPAD bekerjasama dengan Pusat Kajian Sosial Politik
(Pukaspol) FIS UNJ menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) untuk merespon
problem bangsa tersebut, khususnya situasi nasional mutakhir berkenaan dengan
Gerakan Mahasiswa, aktivis Pemuda, Pemilu 2014 dan Kedaulatan Bangsa. Kegiatan
tersebut telah dihadiri 27 aktivis 98 & Aktivis era 80-an (sesi 1) dan 20
aktivis BEM se Jabodetabek Banten dan BEM se Bandung Raya dan Cirebon. Seluruh kegiatan tersebut kami narasikan
dalam laporan ini.
NOTULENSI FGD:
10 September 2013
oleh: Gurnadi, Ibnu, Eka Chandra dan Ame (Selamet).
Sesi pertama ramah tamah dan
perkenalan,
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): renungan kondisi bangsa
dan gerakan mahsiswa ke kinian, ini sesi pertama senior besok anak mudanya,
kita tika intervensi mahasiswa, sekedar diskusi akademis mengenai kondisi
bangsa.
FGD dihadiri oleh aktivis-aktivis senior Era Orba.
Muradi : momentun pemilu 2014 menimbulkan keresahan dan apa lagi
menjelang pemilu 2014, dan kita mau ngapain? Kita percaya kondisi sekarang
berbeda dengan 15 tahun yang lalu, dan sekrang pun berbeda, faktanya sebagain
besar dari kita banyak yang di partai, IO, pengusaha dan di kampus, bagi saya
tidak masalah dan di sini kita merencanaka ide. Yang penting kumpul dulu, saya
pun tidak tau mau ngapain yang penting kita ketemu dulu dan harus dimulai,
makannya untuk awalan kita pake lebel kampus. Kenpa ada 2 sesi, karena kita
tidak punnya semngat dan jiwa zaman yang berbeda. Yang penting ketemu ngumpul
dan ada point apa saja, nanti jika ada respon dan follow up dari yang muda maka
ya kita akan jalan, entah ada diskusi anggaran atau lainnya, jika tidak ada ya
sudah. Partai politik memnang menghawatirkan, dan di samping itu partai politik
mudah di gunakan untak apapun dan di manfaatkan, dan konteks kali ini kita sulit
untik di bawa kesana. Sya membayangkan ada gerakan dan respon dari mahasiswa,
misalhnya TOLAk Pemilu, contoh dan bisa saja, dan malam ini smpai besok pagi
kita kan berbicara. Selemah-lemahnya pertemuan kedepan harapannya bisa
konstruktif, makanya hari ini kita ketemu, ngbrol diskusi bangsa dan
sebagainya, dan pak ubed dan kawan-kawan bisa diskusi, kita sudah mulai dan
kita tidak bisa mundur harus ada langkah selanjutnya.
Antusias FGD di Ruang Pertemuan Wisma UNJ
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): saya ingin melihat satu
optimisme, kita mengeluh mahasiswa kemana saja, apa respon mahasiswa atas
kondisi bangsa dan kita jarang diskusi ide dan ketemu, kita juga tidak akan
menginterpensi tapi kita mau saling memberi masukan, ini penting. kedua kawan2
paham betul kondisi bangsa kita sangat memperihatinkan, tentang nasionalisme,
oligarki, kleptokrasi dan pemilu. Dan apa kah pemilu bisa menjawab itu, dan apa
kawan2 mahasiswa bisa menjawab itu. Saya yakin kawan-kawan punnya semngat
bersama, andai pemilu bisa berjalan, jika tidak normal bagaimana? Sya yakin
kawan2 pasti mencari mahasiwa dan kita juga ingin memeinta pandangan mahasiswa
dan ide apa yang bisa kita muncul kan atara aktivis senior dan mahasiswa, saya
sudah mencoba menemukan mahasiswa dan senior, malah tidak bisa ketemu-ketemu
dan tidak menyatu. Dan sya kira itu
point yang mau saya sampaikan dan ada point2 yang saya mau sampaikan. Apa sih yang bisa kita lakukan untuk bangsa
dengan kondisi seperti itu? Jika perkumpulan kita adalah membahas nasionalis
sebagai permasalahan bangsa, maka jawabannya hannya lah partai nasionalis yang
bisa, tapi apakah partai nasionalis cukup nasionalis? Dan lepas dari
kleptokrasi.
____ : jika kita mau mulai bangsa
kita harus mulai dari titik demokrasi ya itu pemilu, jika pemilu ini baik maka
akan baik, jika pemilu buruk maka akan berjalan buruk. Pemilu menjadi catatan
penting di dunia ini banyak kelompok-kelopok dunia dan mereka selalu menerikai
demokrasi agar negara tersebut demokrasi, artinya itu tanda, memulia sesuatu
negara maka pemilu harus di perbaiki, lantas bagaimana pemilu akan baik? Maka
jawbanya KPUnya dulu, PANWASLU dll, samapai saat ini saya rasa pemilu masih
belum benar, bahkan yang mencalek semua berfikir agar tidak ketipu dan suaras
saya tidak hilang, dan ini menjadi fenomena umum, dan proses pemilu di level
masyarakatnya meneimbulkan pola fikir pemilu tidak bener juga, sya kasian
melihat bangsa ini letika pemilu dan tidak pamah itu pemilu, bahkan pemili di
artikan sebuah pasar dan presepsinya berbeda dan teransaksinya yang di maksud
malah membuat masyarakat juga ikut merusak, seharusnya membenarkan dan ini
sangat berbahaya dan pertannyaannya ada apa dan kenapa? Ko masyarakt bisa rusak
seperti itu, meneurut penagamatan lapangan saya , sya menyuimpulak bahwa, peran
pemilik modal untuk menguasi pemilik negreii ini sangat kuat hingga asa-asa
kenegaraan ini tergangun dan merusak pemili dan masyarakat , dan menhilangkan
mimpi2 masyarakat dan semauanya uang, apa pun uang, klo kita refkelsi apakah
sebelumnya bagaitu, ternyata tidak sebelumnya kita mulai dengan kata semngat,
hakan semangat orang tua dalam konsisi miskin mendorong anakanya untuk lebih
baik dan kita masuk kampus bertemu denganorang2 yang semngat tingi, sekerang
apa kah kampus bisa di harapkan dan apakah mahasiswa bisa di harapkan, bahakan
seolah mahan dan tidak ada mahasisa miskin sehingga kampus hannyalah oangorang
pilihan, sehingga semuanya mati suri.
Munsul lg LSM dan merusak dulu ada NGO, sekarang jd LSm sekarang
terbalik malah merusak demokrasi sampai keposisi yang paling teknis, seorang
kontraktor sendiri harus mendanakan untuk LSM, dan berbagai lapisan sehingga
rusak. Jadi memulai dari mana melihat kondisi seperti ini saya ingin mengatakan
buat kita yang mau jadi anggota lehislatif dia memelih wilayah yang tepat,
karena kita bisa mengkontrol dan dpr sudah rusak dengan pemilik modal dan kita
harus jadi anggota DPR yang terhomat dari partai manapaun, bahakan cenderung
masyarakat tidak lagi cenderung kepartai, kecendrungan malau dan laian-laian,
bahakan sekarang malau da keberadaan artai. Saya bertemu kemasyarakat dan
mengatakan bahawa pemilu adalah penting dan ini adalah forum tertinggi rakyat,
jik atidak bisa dan tidak mampu buat medianya seperti buat sependuk, dan jika
mahal maka patungan dan bisa membuat sepanduk, apapun isinya seterah pokoknya
anda harus muncul, jika kedepan ada sepanduk2 muncul itu kerjaan saya banten
dan ... initinya saya ingin berbicara, sependuk rakyat bukan lagi caleg dll.
Dan ini lah keberadaan saya. Dan satu hal lagi, negara ini isa di ambil ahli,
sya mau bilang siapapun bisa jadi presiden negara, siapapun itum ada
nasianalisasi, lantas apakah negarak ini kan di pegang oleh negara, ini. Siapa
yang paling peduli dengan kondisi bangsa ini ? satya tidak bosan mengatakan
seperti freepot dan beretmu dengan temen2 di sana, satu hari 20 T per haris
sedangkan jakarta APBDnya bisa 20 T. Beberapa anggota DPR yang punnnya niat baik, UU pertambangan mau
di revisis entang inising tas ingin di dalam negeri, ternyata tidak mau dan
gaagal, ternyata pemilik modal bagitu kuat untuk menciptakan itu, mudah-mudahan
banyak aktivis yang masuk partai sukses di pemilu dan di DPR dan bisa
meperjuangakan bangsa, kembalikan DPR menjadi wakil rakyat bukan wakil Partai.
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): meragukan tentang
kejernian rakyak tentang demokrasi dan praktek transaksional begiku kuat di
rakyat dan pemilik modal jauh lebih kuat, bagaimanapaun pemilu adalah forum
tertinggi, dan kita meragukan kritisme mahasiswa, apakah faktor ekonomi yang
lebih baik? Dan menaraik lagi tentang sepanduk rakyat dan membuat gagasan dan
sepanduk bebesa dan saya fikir menarik.
____ : banyak setiker tentang
“enakan jaman ku toh : suharto”
sabrini : buat saya perubahan dua
dengan cara revulisi dan revormasi,
semuanya butuh semangat dan sumberdaya yang luar biasa, lantas sarat2
yang apakah sudah kita lakukan? Jika jaman dulu kita lebih banyak mengambil
kekuasaan dan bukan pemngambil alihan kekeuasaan (revolusi), kpana tidak
terjadi karena kita tidak menyiapkan kabinet, pokoknya hannya turun saja. Latas
apakah sekarang minatnya hannya sampai perubahan, dan minatnya hannya samapai
kritik. Kita lebih banayak merebutkan satu yang sipatnya ideologis bukan satu
yang teknis. Dan semaua nya saling membela ketua umumnya. Satu sibuk di
sana-dan satu sibuk di sini. Lantas percayakah kita terhadap teman-teman kita.
Partai saat ini tidak ada yang ideologis malah cenderung prakmatis, partai
tidak lebih daru buss opini, kita sendiri tidak bisa mampun mebuat tervel
sendiri, bahakn kita hannya bisa beri tiket, kapan kita di tuurunkan kapan juga
kita tidak tau, kita fikir busanya bagus, ternyata mogong, kita tidak bisa
merawat bus2 yang bagus, kita cuman numbang dan kita cuman anak jalanan yang
nyelehe sedikit di buang, ya kita tidanggal nunggu saja di buang, agak keslulitan
untuk aktivis di sana sudah ada di partai kita pasti kesulitan, lantas bisakan
kita kita bersama ? kita anggapla anti kapitalis dan kita neoliberalis, natas
kita unjung2 cuman menilai siapa gubenur dan bupati yang banyak duitnya, malah
yang kita dukung adalah orang2 yang punnya uang, bang ada ng alogistiknya>
klo nga ada gw nga dukung, udah kaya gula juga kita, maka NOL juga yang kita
perjuangkan wajar saja rakyat bersipat seperyi itu, demo nasi bungkus adanya di
jaman kita, sekarang nga ada bisnya nga jalan sekarang, klo demo tidak ada
logistiknya demo tidak bisa jadi, siapa yang mau ngasih duit, dulu bisa lah
kita teriak teriak semua, maka modal ang menjadi kekuasaan. Kolo tidak punnya
uang 500-1-2M maka untung-untunan apa lagi kawn2 diam, di twtter dongan atau di
FB rame tp tidak ada satupun yang bergerak dan narikin konstituen dan buat apa
ngomong di dalm ngepaian ngomong di grup ja, bos keluar donng. Ada tingkatan
jihat, mau revolusi mau ireksi semua harus ada jalannya, kit agorong bareng2
kit aharus hentikan, faktanya aktovis yang udah maju jarng ada yang mau
berhubunan lain, malah nolak2. dan dendam sosial aktivis yang sudah berkuasa.
Aktivis bukan bela saya malah bela nomr satu yang banyak uangnya. Berhenting
ngomong perjungan, u malah bela kapitalis. Kit acuman hannya orang yang bisa
pidato, malah memperjungakan saat pemili tidur dan santai. Semua resiko, apapun
resiko, jika perjungan tidak ada resiko maka tidur, mahasiswa perannya apa,
pemuda perannya apa?.
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): apakah kita revolusi
atau ilektion, lantas apa sumber daya kita? Sekarang sudah agak sulit rezim
sangat ckeptoratis dan korupsi sangat besar.
Bung uyo : ketika bicara kontes
perjungan ada dua, klo ada bung omen kejahatan yang terorganisair jauh lebih
baik ketimbang kebaikan yang tidak teroragnisir, jika kita turun kan, maka
apakah kita mau bikin organisasi ? atau gerakan sproadis yang bisa bergabung
untuk kemudian bisa membangun kerakan bersama?
Yang perlu disepakati adlah , kit
aharus memilih, bagaimana kontesknya, jika saling kenal kita sama-sama
bersinegri, modal tidak harus uang apapun itu. Saya sudah minta teman , buat
saja ini. Saya biat gerakan di BMT. Buat apa saja yang bisa membangun.
Rata-rata dikampus sya yang mau
jadi aktivis nilainya jelek, dan banyak juga yang meminta biar bagus karen
adekat dengan dosen, banyak realitas yang di hadapkan mana ada orang tua yang
mau anaknya jadi aktivis, lulus lama, nilai jelek dan sulit untuk bersaing dan
skripsi. Buat saya pembinaan dari karakter itu bisa. Kecenderungan mahasiswa
jaman sekarang bingung maungapaian? Komunikasi dari masyarakat juga penting,
bagaiaman proses komunikasi yang penting bagai masyarakat. Komunikasi kita di
masyarakat suka pake bahasa yang susah dan suli di cerna oleh masyarakat.
Komunikasi sangat tidak jalan di negara ini.
Tentukan konteks perjungan.......
Kita bingun ketika di hadapkan
pada realitas, jik adias aja bingun di hadapkan oleh realitas bagaimana mereka
bisa memperjungakan orang lain.
Diskusi semakin ramai dengan pemaparan argumen dari masing-masing aktivis
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): ada beberapa point
menarink, sinergi, mnegorganisi, komunikasi masyarakat dengan bahasa yang mudah
Bung ardi : politik ini transaksi
maslahanya negara gagal mengtarksaiksikan. Situasi yang kita hadapi tidak bisa
di lihat dari satu kaca mata. Pintar? Banyak orang pntar yang di biayai partai
politik, jik apintar harus punnya satu keparipurnaan dan ajakan saya jaringan
ini pasa sih maksudnya dan jagan sampai ini tidak ketemu. Lantas siapa yang
paling isap nurunin masa untuk saat ini? Siapa yang paling punnya jaringan dan
di gunakan untuk apa saja, dan kebermanfaatkan kita untuk apa saya nh? Satu cerita peneutup yang patut kit
afikirkan, dan kita bisa sajah berbahaah2 , seorang bangbang dalam mata najwa
menjalaskan dia 5 kali ikut pemilu dan bisa terpiling pas kelima 5 dan uang
yang dia siapkan sesuai dengan kondisi, lantas biaya2 itu keuar untuk
konpensasian, dan untuk seperti itu saja bisa menghabiskan bnyk uang, dan
politik tidak instan dan tidak butuh buang.
Kemana kita pas UU pemili kemarin?
Banyak jalan lah, lantas kita kemana saja, diman akita semua? Burhan mutadi
saja yang muncul di TV.
Jangan sampai apa-apa basa-basi
saja. Tidak banayk paling itu saja yang penting dan mendesak untuk di
bicarakan. Itu yang harus kita rumuskan sehingga kita tidak kabur lagi, kita
punnya kekuatan kita punnya jaringan yang bisa kita ukur dan tidak kita
ceritakan, yang lain2 kerja2 politik yang sudah di sebitkan itu maslah turunan
, banyak pilihan tidak terpaku maslah suara dan logistik banyak opsi yang bisa kita
lakukan kolo jelas, dan yang terpenting giman kita bisa mulai klo bukan kita,
kit ayang ketemu hari ini bisa kah menjaga kitanya?
Punnya kah kita semngat itu? Jika
tik punnya ada tidak semngat itu? In adlaah refelklsi tidak ada maksud untuk
menggurui biarlah ini menjadi refekelsi saya.
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): tonton lah Jhon kinton,
kawan kit amengingatkan tentang konsep jaringan, dalam kontes nasional peran
kita apa? Saya kita ponit yang saya tangkap saya ingaktakn kembali, agenda 2014
hitunganya sudah bulat dan apa yang bisa kita lakukan sudah kita siapkan, dan
kawan kita yang ada di DPR yang nyalek apakah kita biarkan sendiri dan apakah
sudah menjadi bagaian kita, dan kita biarkan berjalan begitusaja dan kita
bilang jalan yang keliru.
Mas inton : bagikit abagaimana
2014 ini kita maknai sebagai regenerasi dan kepemimpinan masa lalu, teta[i
terlepas apapun teman2 harus kita pahami beberapa temn2 ada di parai politi
dansebagai gagasan besar harus kita dorng tenata dam kontes generasi dalam
pemilu malah bukan generasi otentik generasi ini , seperti pertannyaan kita
kekuatan kita ap? Seperti gagasan2 kita. Kit amuncul ketidak percayaan di luar
kita idenya apa , mereka2 menjatuhan politik idenya ap? Selam ini kita tidak
mengerti mereka mau ngapain? Nah dalam situasi hari ini, jangan2 kita ngeraba2
juga, dan mau tidak mau kita harus siap. Memuntum itu harus kit amaknai, nah
kolo kita lihat utama muncul tetap kader2 dari kampus, dan jika sepi2 ja kita
juga bingun? Keman ini kampus? Kekuatan kita ini juga ada di kawan2 kampus dan
sepi2 dan jangan2 semngat ya sudah beda. Bagai man akita bisa memakanai proses
2014 nanti atau kah lewat pemilu atau ada gonjang ganjing. Jangan ewat ja kita,
nah bagaimankita menciptakannya, jangan mau di pinggir terus. Janagn samapai
yang menguasiini orang2 yang sudah bisa memeberi gagasan.
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): bagaiman amenggeser
posisi kita dari lapisan luar, giman atidak hannya dalam kontes gagasan tapi
pemain juga
Bang Omen : saya melihat kondisi
sekarang, posisi penguasa jauh lebih lemah dari kemarin. Dan celakanya kita
juga lemah. Masalaahnya penguasa lemah dan kita juga lemah sehingga tidak ada
gerakan, kreatifitas sedikt dan tidak bisa ngapa2in malah tidak bisa ngapai2n
dan tidak ada sesuat uyang sudah di lakukan, seperti HI jadi macet total ada
bakarapa gitu, dan gerakan sekarang sangat lemah, dulu media sangat banyak dan
tdiaka dapat tempat dari press, dan lemahnya konsulidasi gerakan. Kta saling
mengajak dan sebaginya. Ini yang saya fikir masih sangat lemah dan ketik
amomentum 2014 dan ten2 yang tidak percaya dengan mekanisme pemilu maka kita
membuat gerakan2. Ada tidak ada nya pemilu 2014 kita harus siap dan kita harus
bisa. Jika sebuah perubahan ada kapital yang cukup besar, pas temn2 sudah
punnya posisi yang bagus dan kita bisa mengabungkan, kita punnya banyak
konsultan dan temn2 dan sama2 rame2 kita kerja. Siapa yang memipin jakarta dia
akan menjadi presiden indonesia. Jokowi cuman keliling jakarta sudah terekenal,
ngega ngapai2 dan tidak perlu nikin evaluasi. 2014 adalah momentum.
Memajukan temn2 untuk bisa di
arau s tengah tidak hannya di pinggir saja, kita patungan kit abikin gerakan.
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): di dimulai dari
kekelisahan lemahnya kepemimpinan dan malah gerakan juga lemah, dan pemilu
menjadi momentum penting 2014, ide yang menarik mengumpulkan uang 500 juta.
Mungkin bung adit bisa memeberikan jaringan aktivis mana yang bisa memeberikan
sumbangananya untuk aktivis2.
Bung adit : sebenarnya saya yakin 500% bukan 100%, kolo
kita liat tema hari ini, saya fikir kita bukan kita yang dulu. Membakar ban dan
membajak tanki BBM sangat popoler dan situasli refeleksi yang membuat orang
takut dan jik aad ayang membuat seperti yang kaya kita keliatannya keren, sedangkan yang sekarang
mancem2 yang dilakukan keliatannya malah kesemerautan, maslahnya jika ada
orang2 yang anaknya berani sangat di lindungi oleh orang2, dan era demokrasi
yang leluasa dan bisa membuat pasa ja, orang cenderung apatis, kit amau apa?
Saya mendukung penuh ap ayang dilakukan buruh, tapi say amencermati seorang
buruh, kolo kita maulihat di HI buruh itu banyak yang dari luar kota, dari
jakarta malah tida ada. Dan gerakan sekarang tidak bisa di samakan tantangannya
beda, situasinya beda, demokrasinya beda, Yng ada malah tauran dam masyarakat
tidak mendapatkan maknanya, dan ini bisa menjadi satu gambaran dan gerakan
mahasiswa bisa di kelolah dengan baik, dan senior2 nya bisa di modifikasi
dengan baik lah. Faktanya gerakan sampai saat ini ya memang pop di tengah ke
popoleran ini, kenapa gerakan mahsiswa saat ini tumpul kenapa, say aingin
mengekspresikan , keluarannya macem2 hukum besi, jik aair di tekan ia kan
merembes, bila di kasih muara ia akan mengalir terus, dan ia di kasih muara, dulu
bisa mentuk kelompok jaringan politik dan studi dll. Tap semua itu membuat satu
mauar2 yang mebuat menjadi kurang. Kadang kita merasa superior, dan impian
mereka dan impian kita tdiak ketemu. Kita ketemu tidak perama “kita mau
ngapain?”, coba kita putuskan masing2 pribadi2 kita mau ngapain, apakah kita
mau jadi skrup2 demokrasi, mau jadi gera, ratai atau mau jadi motornya? Kita
mau milih jadi apa?, perbedaan itu sunatullah, kita berbeda, tp kita cari apa
persamaannya, ide kita harus bertemu dengan ide orang lain, kita tidak berjuang
sendiri kah? Keuda, bisakah kita percaya dalam konteks perjungan? Kita bisa
curiga, apa lagi dalam konteks politik demograsi dielnya kebanyakan, dan kita
tidak bisa naikelas dan hannya ginh2 saja, dan kepentingan anatar saya dan ubed
ketemu dan saya langsung deal ke suryo, janagn sampe ke ubd tidak diel ke suryo
tidak deil, jangan di kira [pengsuah tidak melakukan deil2an dia bisa memiliki
kuasa dalam memili, sedangan kita tidak bagus. Kita harus mempunnyai hal yang
laian sehingga kita layak di pilih, karen apersoalna bangsa ini kita tidak bisa
selesai hannya dengan semngat, musuh dateng dengan cagih tidak telajang dan
bodoh, mereka datang dengan kekuatan tekanan (politik ekonomi dll), mereka
punnya kompetensi, dan sengda kan kita ada dimana nh?
Kedaulatan bangsa? Kita
menghadapi kedaulatan bangsa, dan apa yang kita hadapi diluar aperkitaan,
kedualatan bangsa cuman satu, bagaimana rakyat kita bisa makan dan bisa sekloh,
itu tugas pemmipin jik masih ada orang keren dan mati itu menjadi pemikiran
kita, kit abicara kedauatan bangsa tapi kit atidak bisa memyeahterakan bangsa.
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): pont akhirny menarik,
kita mau apa dan bagaiman agar kelompok ini bisa menjadi kelompok yang
strategis?
Fiesta : mahasiswa sekarang bergerak berdasarkan
bergaining atau nama besar kampus. Sedangkan kampus-kampus kecil lah yang
justru memiliki potensi (galak dan kreatif).
Kita harus dukung teman-teman yang akan maju sesuai dengan ideologis.
Ajiz: diskusi semacam ini harus
ada outputnya, karena jika tidak ada akhirnya pertemuan ini percuma, karena
masing-masing dari kita memiliki kesibukan masing-masing. Buat kita yang
menjadi dosen, sudah selayaknya kkita mendorong mahasiswa untuk melakukan
gerakan. Kita sebagai aktivis senior juga harus memberi dorongan dan masukan
kepada aktivis pemuda dan jangan lagi takut dengan statement bahwa senior tidak
boleh mengintervensi mahasiswa.
Muradi : hari ini kita tidak
sekedar diskusi, karenahari ini kita punya tanggung jawab untuk disampaikan ke
adik-adik mahasiswa. Sampaihari ini saya masih percaya bahwa gerakan mahasiswa
masih menjadi motor perubahan di indonesia
Ali: gerakan mahasiswa sekarang
terlalu terbebani oleh tuntutan senior dimana mahasiswa hari ini harus melakukn
apa yang sudah dilakukan senior dulu. Seharusnya kita, sebagai senior harus
mendukung gerakan-gerakan mahasiswa yang hari ini mereka lakukan. Kita harus
mendukung dan mendorong “tanpa pamrih” ide dan gagasan adik-adik senior. Bicara
kedaulatan bangsa, tidak hanya kita yang gelisah, tapi seluruh elemen bangsa
juga gelisah bahkan orang-orang yang dulu sama sekali tidak pernah merasakan
sebagai aktivis, tapi tugas kita adalah bagaimana kita bisa merangkul
orang-orang yang gelisah tersebut.
Budi: reformasi bukan sekedar
perubahan kekuasaan tapi juga transformasi satu nilai dari totarian menjadi
tidak totarian, nilai anti korupsi dsb. Tugas kawan-kawan yang nanti akan duduk
diparlemen adalah bagaimana sistem
politik kita itu murah, sehingga tujuan reformasi kita dulu tercapai dan tidak
ada lagi statement “butuh sekian milyar untuk nyaleg”. Sistem politik kkta hari
ini “banci”. Untuk menjadi presiden harus ada koalisi partAI. Hari ini persoalan kita tidak sekedar
defisit nasionalisme, tapi soal patriotisme. Dimana ketika kita memiliki jiwa patriotisme
kota bisa membedakan mana yang menjadi kepentingan pribadi dan mana kepentingan
bangsa. Sedangkan hari ini defisit patriotisme dialami pejabat kita.
Bob. P : diskusi ini bisa
dipastikan akan ada makna nantinya walaupun sedikit. Hari ini indonesia hanya
menjadi boneka kapitalistik asing/hanya sebagai pasar. Gerakan hari ini
sebenarnya justru sudah sangat mudah dalam konteks komunikasi dan konsolidasi.
Gerakan di indonesia sebenarnya adalah gerakan yang pola nya selalu mengalami
peningkatan atau penguatan, contoh gerakan buruh. Kita harus menentukan bahwa kita menjadi
aktivis karena pilihan atau paksaan.
Banyak aktor politik yang
ternyata memiliki “deal” dengan pemilik modal yang akhirnya dia bermain di
pasal-pasal. Jadi jangan sampai teman yang nantinya kita usung justru mereka
yang memiliki “deal” dengan pemiik modal. Gerakan mahasiswa hari ini tetap
fokus pada dominasi kekuasaan dimana kebebasan begitu besar sehingga sulit
untuk memunculkan big bang politik. “hari ini saya siap diorganisir atau jadi
jamaah”. Saya berfikir bahwa kita sebenarnya surplus nasionalisme, namun yang
defisit adalah kesejahteraan rakyat. Selama standar kesejahteraan masih pake
teori “kekayaan konglomerat ditambah kekayaan tukang bisnis dibagi dua adalah
kekayaan rata-rata kekayaan negara” maka selamanya negara kita penuh dengan
kesenjangan. Saya tidak sepakat kalo kita harus merebut DPR untuk kita dan
teman2 kita karena itu adalah “onani” karena teman-teman kita nantinya mau
tidak mau harus memperjuangkan agenda partai. Dalam forum ini bisakah kita
mempraktekan regenerasi gerakan? Karena ini yang penting. Apapun yang kita
lakukan nantinya menjadi referensi adik-adik. Tinggal seperti apa kita
mengarahkan aktivis muda untuk melakukan gerakan.
Antoni: hari ini gerakan
mahasiswa masih ada. Hanya saja bentuknya tidak sebesar 98. Kita harus tau apa
yang kita harus lakukan nanti setekah dari sini? Dengan catatan kita harus
meguasasi dan mengambil peran dalam semua bidang (legislatif, pilpres, menteri,
ahli-ahli). Kita harus cerdas tapi juga tidak boleh cerdas untuk licik.
........: agar kkta bisa jadi
jaringan yang kuat, kita haru punya langkah taktis, misal kita bikin kantor dan
kita bisa eksis dimedia. Kita aktivis 98
namun kita tidak bisa membentuk jaringan yang kuat. Saya khawatir jangan-jangan
ada bagian dari kita yang sengaja menginginkan kita agar tidak bersatu.
Pasca: saya sudah khawatir bahwa
gerakan ini nantinya semakin melemah itu sejak setelah reformasi. Karena pasca
reformasi kita di disain bahwa wilayah politik kita dibagi menjadi kedaerahan
tidak secarnasional, sehigga solidaritas kita semakin terkikis. Kemudian sikap
volunteris kita yang semakin menipis. Kekayaan seorang aktivis bukanlah uang,
tapi kawan-kawan. Sehingga menjadi
aktivis itu indah. saya tidak sepakat kalo 98 adalah satu-satunya gerakan
yang menggugurkan rezim, mungkin ini hanya kebetulan saja. Karena saya tau
persis bagaimana perjalanan perjuangan dari era 80an untuk menumbangkan
soeharto. “teman saya pernah cerita
bahwa jauh sebelum 98 itu ada 12 jenderal yang rapat untuk menurunkan soeharto
termasuk Prabowo”. Akhirnya muncul
pertanyaan apakah pola gerakan masa lalu masih cocok digunakan pada gerakan
saat ini? Namun yang penting adalah bagaimana jiwa volunteris seorang aktivis
harus tetap terjaga. Salah satu kendala gerakan hari ini adalah kita masih
terkotak-kotakan berdasarkan daerah, jarang sekali secara nasional. Berbicara
kedaulatan artinya kita bicara negara, sedangkan persoalannya adalah tanah dan
kekayaan negeri ini bukan milik kita lagi sehingga jangan pernah sekali-kali
kita berbicara kedaulatan sedangkan kita tidak punya tanah. Saya khawatir
indonesia akan hilang, karena untuk menjadi presiden hanya sekedar menjadi
warga negara. Artinya seandainya barack obama menjadi warga negara indonesia
dia memiliki hak yang sama untuk menjadi presiden. Bukan tidak mungkin kita
akan hilang, contoh. Aborigin hilang di australi, indoan ho=ilang di amerika,
melayu hilang di singapura. Saya memiliki punya cita-cita kita harus ketemu
bersama di senayan nantinya, dan ketika kita sudah disenayan kita harus berani
melawan partai agarkita tidak terjebak dengan kepentingan partai karena kita
dipilih oleh rakyat, bukan oleh anggota partai. Akhirnya kita harus sadar bahwa
sebelum kita berbicara kedaulatan kita harus pahami dulu apakah indonesia masih
ada.
Dedi: Sebagai sebuah gerakan ada
hal-hal yang memang kita tidak siap, karena kita dipecah belah. Kita terjebak
oleh pengkotak-kotakan daerah. Kita hanya diajarkan bagaimana untuk militan,
tapi kita tidak memahmi betapa pentingnya persatuan. 98 itu adalah ibarat panen
raya, setelah oanen raya, lahan kita kosong, nah sekarang tugas kita adalah
bagaimana melakukan pembibitan dan menanam ulang lahan tersebut. Akhirnya kita
dituntut untuk tetap konsisten menjaga komunikasi agar nantinya gerakan
adik-adik aktivis kita tidak terpecah-pecah. Sehingga yang penting adalah
bagaimana kita menularkan semangat ke adik-adik. Dulu kita menyebut diri kita
itu kiri, namun pada akhirnya kekirian kita tidak mampu menjawab problematika
yang kita rasakan.
Danar: menurut saya parlemen hari
ini ada cacat bawaan. Arena ketika kita berbicara keterwakilan akhirnya muncul
pertanyaan keterwakilan yang seperti apa yang kita harapkan. Karena mereka
hanya sekedar mewakili konstituen di dapilnya masing-masing. Lalu cacat bawaan
yang kedua adalah bahwa keputusan diparlemen hanya dimainkan oleh para elite
parlemen. Persoalan kita adalah bagaimana kta bisa menggagalkan UU pemilu yang
setiap 5 tahun itu diganti hanya karena kepentingan anggota DPR agar bisa
terpilih kembali.
Jamuan makan menemani waktu istirahat
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): besok ada temn2 dari
bogor dan bandung, jakarta sekitar 20 orang. Kita tidak menginterfensi terlalu
jauh, kita hannya bertannya, kira2 kalian mau apa? Dan kita bertannya, kita tau
mereka terus berjalan, training mereka juga berjalan, tapi mereka masing
bingung.
Notulensi Focus Group
Discussion:
Oleh: Ame (Selamet), Ibnu dan Eka Chandra
Tema : “Gerakan
Mahasiswa, Aktivis Pemuda, Pemilu 2014 dan Kedaulatan Bangsa, ”
11 September 2013 Pukul 09.00
Dr. Komarudin Syahid
(Dekan FIS UNJ) : yang harus kita
pahami, bahwa gerakan mahasiswa masih hidup. Konsolidasi mahasiswa untuk
rekomitmen mahasiswa harus tetap terjaga. Reformasi 98 belum berhasil, namun
bukan pada konteks mahasiswanya, tapi lebih kepada mereka yang mengisi negara
pada waktu itu. Sekarang ini investigasi politik hari ini penting untuk
dilakukan karena banyak konspirasi politik yang hari ini terjadi. Tujuannya
untuk keseimbangan politik. Persoalan
bangsa kita begitu banyak oleh karena itu kajian diranah politik yang dimotori
oleh gerakan mahasiswa sangat diperlukan.
FGD sesi II di buka oleh Dr. Komarudin Syahid
(Dekan FIS UNJ).
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): forum ini di inisiasi oleh dua lembaga yaitu
pukaspok FIS UNJ dan Puskapolkam UNPAD tanpa ada kepentingan apapun kecuali
kepentingan untuk memperbaiki kondisi bangsa hari ini yang sarat dengan
berbagai persoalan serius baik ekonomi, politik, keamanan hukum, dll.
Pak muradi: aktivis 98
menginisiasi forum ini agar nantinyapertemuan rutin sejenis bisa terus
terlaksana oleh aktivis pemuda. Poin
penting dalam sejarah gerakan mahasiswa indonesia adalah bahwa motor gerakan
mahasiswa di skala nasional adalah kita yang ada di jakarta, bandung, jogja.
Saya bisa pastikan bahwa aktivis 98 tidak akan mengintervensi sama sekali. Kita
hanya sekedar ingin menyatukan “feel”
mahasiswa sekarang, karena bicara gerakan kita bicara rasa kebersamaan
dan kesamaan feel dalam gerakan.
Mahasiswa yang hari ini kedepan harus mampu menjadi orang-orang yang
menjadi leader bangsa. Harapan saya hari ii aktivis jangan lagi mengedepankan
sentimen organ ekstra, tapi seharusnya lebih baik mengedepankan sentimen
kampus. Karena dengan nama kampus akhirnya menjadikan semangat kebersamaan
aktivis menjadi terjagas. Jaringan kampus lebih memudahkan kita untuk
konsolidasi ketimbang kita mengedepankan sentimen organ ekstra, apapun itu.
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): forum ini adalah forum
mahasiswa, aktivis 98 hanya mencoba menfasilitasi konsolidasi mahasiswa.
Pak budi: persaudaraan itu
penting dalam spirit gerakan mahasiswa.
Aktivis 98 sudah menjadi keluarga, harapan saya mahasiswa hari ini harus
memiliki rasa persaudaraan seperti layaknya kami, aktivis 98. Kesucian gerakan
itu ada pada gerakan mahasiswa.
Tahap I: Penyamaan suhu
Fajar UNJ: kita bisa mengetahui bahwa ternyata aktivis
senior 98 memiliki harapan besar kepada kita yang notabene menjadi aktivis
mahasiswa. Melihat tema FGD hari ini,
saya berfikir bahwa akhirnya kita harus memastikan satu tempat pada Pemilu 2014
nanti, kita akan mengambil posisi dimana nanti?
Hari ini mahasiswa sedang di “nina bobokan” oleh sistem, oleh urusan
akademik, dsb.
Aktifis muda Ame (Kadep.Sos.pol BEMFIS UNJ) melakukan penyamaan suhu
didepan para aktivis dari berbagai Universitas.
Ferry UNTAG : yang harus kita
sepakati diawal pada forum ini adalah bagaimana kita bisa sepakat untuk
membangun jaringan kampus tanpa ada embel-embel organisasi eksternal kampus.
Baru setelah muncul kesepakatan itu kita mencoba membahas ke ranah isu-isu
strategis.
Iqbal Unpad : Kita harus
mengorganisir massa dikampus masing-masing
untuk mempersiapkan diri menghadapi momentum pemilu 2014 agar tidak lagi
terulang pemilu semacam 2004 dan 2009.
Ridwan UNJ : kita harus mempertimbangkan kaderisasi yang
harus kita lakukan dikampus masing-masing yang akhirnya terbenturkan oleh
keterbatasan waktu sedang sebagai BEM kita memiliki banyak rencana program
kerja yag harus dijalankan.
Unpad: pada pembahasan kali ini
adalah kita harus mempersempit fokus kita lebih kepada apa itu gerakan
mahasiswa dan bagaimana kita bergerak.
UNTAG : bicara gerakan mahasiswa
kita ternyata terbenturkan pada pengkotak-kotakan gerakan mahasiswa khususnya
yang terjadi pasca 98 yang justru pengkotak-kotakan ini hadir oleh mahasiswa di
jakarta. Sedangkan kami yang di daerah sesungguhnya memiliki satu semangat
bergerak, bersama siapapun itu, karena mereka( aktivis daerah) masih memahami
prinsip bahwa gerakan mahasiswa harus bersatu. Akhirnya menurut saya kita
sama-sama perlu mendewasakan diri karena kehidupan berbangsa harus berlanjut.
STT Telkom : kita harus mulai
mengkerucutkan fokus pembahasan kita yaitu sesungguhnya yang lebih penting
adalah apa yang harus kita lakukan sekarang?
Kita harus mampu menyadarkan
Nurul Fikri: ada tiga hal penting dalam gerakan mahasiswa.
Pertama pengorganisasian lembaga, (ex:bem) kedua: harus ada penyadaran terhadap
massa yang notabene apatis, ketiga adalahfaktor
eksternal dimana banyak organ ekstra yang akhirnya menjadi kendaraan
elite politik
Fajar UNJ : analogi mahasiswa
sekarang adalah mahasiswa sedang nyenyak tertidur namun tidur dirumah yang
sedang kebakaran.
STIAMI: gerakan mahasiswa
terbentur dengan isu akademik yang akhirnya mempersempit ruanggerak aktivis
mahasiswa. Akhirnya pola gerakan mahasiswa hari ini hanya sebatas gerakan
momentum.
Unpad: kita harus memiliki tujuan yang jelas dan
bagaimana tujuan ini harus merupakan tujuan yang bersama, akhirnya kita
memiliki landasan bergerak
Tahap ll: rencana taktis
Fajar UNJ : poin terpenting untuk
bisa mengkonkritan gerakan kita bersama adalah harus ada follow up dari
pertemuan ini.
Didu UNTAG : langkah konkret yang harus kita lakukan
sebagai keberlanjutan pertemuan kali ini,pertama kita harus sadarkan mahasiswa
dikampus masing-masing akan pentinggnya peran mahasiswa, kedua kita harus ada
kajian ilmiah keliling kampus, ketiga kita bisa bergerak bersama untuk
mengadvokasi masyarakat.
UNTAG : bentuk forum ini lagi
namun dengan skala yang lebih besar dan keliling kampus-kampus.
Siap untuk melanjutkan perjuangan.
Fajar UNJ : kita sudah sepakat
bahwa jaringan ini tidak dilatarbelakangi kepentingan apapun, dan kita juga
sepakat bahwa nantinya kedepan siapapun atau kampus apapun jika berkehendak
untuk ikut jaringan ini mereka juga boleh gabung. Sesuai kesepakatan bersama pertemuan
bulan depan (oktober) di jakarta dengan bimbingan senior 98. Tugas untuk
teman-teman masing2 kampus yang hari ini hadir, dalam rentang waktu satu bulan
kedepan harus melakukan ajakan kepada kampus jaringan masing-masing dan
melakukan diskusi bersama jaringan masing-masing agar ketika besok kumpul
kembali mereka sudah bisa menyesuaikan apa yang sudah kita sepakati bersama.
Kemudian juga diharapkan masing-masing kampus membuat tulisan untuk eksistensi
awalan kita. Grand design tema untuk
pertemuan selanjutnya adalah “membangun kesadaran gerakan mahasiswa”.
0 komentar:
Posting Komentar