Selasa, 10 September 2013

FGD Aktivis 98






Tahun 2014 merupakan tahun penting bagi Indonesia. Ada dua momen politik yang berbaku kait dan sangat menentukan perjalanan bangsa ini di tahun-tahun mendatang. Pertama adalah pemilu legislatif dan yang kedua adalah pemilihan Presiden. Hajat politik yang menentukan arah dan tujuan berbangsa dan bernegara ini dibiarkan meluncur tanpa ada kawalan ataupun kritisasi oleh mahasiswa. Gerakan mahasiswa yang sejak sebelum bangsa ini mampu berdiri telah memosisikan diri sebagai agen perubahan, justru pada saat kritis seperti saat ini tidak memunculkan diri sebagai pengawal dari pemastian bangsa ini tinggal landas menuju bangsa yang setahap lebih maju dari sebelumnya. 


 Muradi (PUSKAPOLKAM UNPAD)
Ubedilah Badrun (Aktivis 98 - Ketua PUSKASPOL FIS UNJ) 
10 September 2013 Pukul 20.00 WIB.

Ada tiga kemungkinan gerakan mahasiswa belum mengambil peran dalam proses politik perubahan bangsa ini melalui Pemilu 2014 mendatang, yakni: Pertama, peta politik mahasiswa telah terkorelasi dengan jejaring partai politik yang cenderung partisan. Hal ini ditandai dengan hampir semua partai politik memiliki organisasi sayap di pemuda dab mahasiswa. Kedua, gerakan mahasiswa kehilangan momentum dalam memastikan arah perubahan bangsa ini. indikator yang paling kentara adalah kesulitan mahasiswa menciptakan momentum perlawanan dan pengkritisan pada rejim yang berkuasa. Dan ketiga, gerakan mahasiswa dipahami sebagai bagian dari aktivisme, sehingga kehilangan elan gerakan yang selama ini menjadi roh dari pergerakan itu sendiri.

Terkait dengan hal tersebut, dibutuhkan langkah untuk memformulasikan gerakan mahasiswa agar selaras dengan esensi gerakan mahasiswa sebagai agen perubahan. Perubahan politik yang selama lebih dari 15 tahun dibiarkan liar semakin liar mana kala gerakan mahasiswa tidak berupaya mengawal, mengkritisi, hingga mengarahkan perubahan politik yang ada selama ini dan diserahkan kepada kelompok atau elit politik yang tidak berpihak pada rakyat dan kejayaan bangsa.

Mengembalikan atau setidaknya meluruskan gerakan mahasiswa untuk kembali pada jalur yang selama ini diyakini kebenarannya adalah bagian dari kecintaan kita pada bangsa dan rakyatnya. Waktu lima belas tahun rasanya sudah cukup bagi Indonesia untuk segera menuntaskan transisi demokrasinya dan beranjak pada level yang lebih mapan dan berdaulat secara penuh.

Itulah sebabnya kami dari Pusat Kajian Politik & Keamanan (Puskapolkam) UNPAD bekerjasama dengan Pusat Kajian Sosial Politik (Pukaspol) FIS UNJ menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) untuk merespon problem bangsa tersebut, khususnya situasi nasional mutakhir berkenaan dengan Gerakan Mahasiswa, aktivis Pemuda, Pemilu 2014 dan Kedaulatan Bangsa. Kegiatan tersebut telah dihadiri 27 aktivis 98 & Aktivis era 80-an (sesi 1) dan 20 aktivis BEM se Jabodetabek Banten dan BEM se Bandung Raya dan Cirebon.  Seluruh kegiatan tersebut kami narasikan dalam laporan ini.


NOTULENSI FGD:
10 September 2013
oleh: Gurnadi, Ibnu, Eka Chandra dan Ame (Selamet).




Sesi pertama ramah tamah dan perkenalan,

Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): renungan kondisi bangsa dan gerakan mahsiswa ke kinian, ini sesi pertama senior besok anak mudanya, kita tika intervensi mahasiswa, sekedar diskusi akademis mengenai kondisi bangsa.



 FGD dihadiri oleh aktivis-aktivis senior Era Orba.

Muradi : momentun pemilu 2014 menimbulkan keresahan dan apa lagi menjelang pemilu 2014, dan kita mau ngapain? Kita percaya kondisi sekarang berbeda dengan 15 tahun yang lalu, dan sekrang pun berbeda, faktanya sebagain besar dari kita banyak yang di partai, IO, pengusaha dan di kampus, bagi saya tidak masalah dan di sini kita merencanaka ide. Yang penting kumpul dulu, saya pun tidak tau mau ngapain yang penting kita ketemu dulu dan harus dimulai, makannya untuk awalan kita pake lebel kampus. Kenpa ada 2 sesi, karena kita tidak punnya semngat dan jiwa zaman yang berbeda. Yang penting ketemu ngumpul dan ada point apa saja, nanti jika ada respon dan follow up dari yang muda maka ya kita akan jalan, entah ada diskusi anggaran atau lainnya, jika tidak ada ya sudah. Partai politik memnang menghawatirkan, dan di samping itu partai politik mudah di gunakan untak apapun dan di manfaatkan, dan konteks kali ini kita sulit untik di bawa kesana. Sya membayangkan ada gerakan dan respon dari mahasiswa, misalhnya TOLAk Pemilu, contoh dan bisa saja, dan malam ini smpai besok pagi kita kan berbicara. Selemah-lemahnya pertemuan kedepan harapannya bisa konstruktif, makanya hari ini kita ketemu, ngbrol diskusi bangsa dan sebagainya, dan pak ubed dan kawan-kawan bisa diskusi, kita sudah mulai dan kita tidak bisa mundur harus ada langkah selanjutnya.

 Antusias FGD di Ruang Pertemuan Wisma UNJ


 
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): saya ingin melihat satu optimisme, kita mengeluh mahasiswa kemana saja, apa respon mahasiswa atas kondisi bangsa dan kita jarang diskusi ide dan ketemu, kita juga tidak akan menginterpensi tapi kita mau saling memberi masukan, ini penting. kedua kawan2 paham betul kondisi bangsa kita sangat memperihatinkan, tentang nasionalisme, oligarki, kleptokrasi dan pemilu. Dan apa kah pemilu bisa menjawab itu, dan apa kawan2 mahasiswa bisa menjawab itu. Saya yakin kawan-kawan punnya semngat bersama, andai pemilu bisa berjalan, jika tidak normal bagaimana? Sya yakin kawan2 pasti mencari mahasiwa dan kita juga ingin memeinta pandangan mahasiswa dan ide apa yang bisa kita muncul kan atara aktivis senior dan mahasiswa, saya sudah mencoba menemukan mahasiswa dan senior, malah tidak bisa ketemu-ketemu dan tidak menyatu.  Dan sya kira itu point yang mau saya sampaikan dan ada point2 yang saya mau sampaikan.  Apa sih yang bisa kita lakukan untuk bangsa dengan kondisi seperti itu? Jika perkumpulan kita adalah membahas nasionalis sebagai permasalahan bangsa, maka jawabannya hannya lah partai nasionalis yang bisa, tapi apakah partai nasionalis cukup nasionalis? Dan lepas dari kleptokrasi.    

____ : jika kita mau mulai bangsa kita harus mulai dari titik demokrasi ya itu pemilu, jika pemilu ini baik maka akan baik, jika pemilu buruk maka akan berjalan buruk. Pemilu menjadi catatan penting di dunia ini banyak kelompok-kelopok dunia dan mereka selalu menerikai demokrasi agar negara tersebut demokrasi, artinya itu tanda, memulia sesuatu negara maka pemilu harus di perbaiki, lantas bagaimana pemilu akan baik? Maka jawbanya KPUnya dulu, PANWASLU dll, samapai saat ini saya rasa pemilu masih belum benar, bahkan yang mencalek semua berfikir agar tidak ketipu dan suaras saya tidak hilang, dan ini menjadi fenomena umum, dan proses pemilu di level masyarakatnya meneimbulkan pola fikir pemilu tidak bener juga, sya kasian melihat bangsa ini letika pemilu dan tidak pamah itu pemilu, bahkan pemili di artikan sebuah pasar dan presepsinya berbeda dan teransaksinya yang di maksud malah membuat masyarakat juga ikut merusak, seharusnya membenarkan dan ini sangat berbahaya dan pertannyaannya ada apa dan kenapa? Ko masyarakt bisa rusak seperti itu, meneurut penagamatan lapangan saya , sya menyuimpulak bahwa, peran pemilik modal untuk menguasi pemilik negreii ini sangat kuat hingga asa-asa kenegaraan ini tergangun dan merusak pemili dan masyarakat , dan menhilangkan mimpi2 masyarakat dan semauanya uang, apa pun uang, klo kita refkelsi apakah sebelumnya bagaitu, ternyata tidak sebelumnya kita mulai dengan kata semngat, hakan semangat orang tua dalam konsisi miskin mendorong anakanya untuk lebih baik dan kita masuk kampus bertemu denganorang2 yang semngat tingi, sekerang apa kah kampus bisa di harapkan dan apakah mahasiswa bisa di harapkan, bahakan seolah mahan dan tidak ada mahasisa miskin sehingga kampus hannyalah oangorang pilihan, sehingga semuanya mati suri.  Munsul lg LSM dan merusak dulu ada NGO, sekarang jd LSm sekarang terbalik malah merusak demokrasi sampai keposisi yang paling teknis, seorang kontraktor sendiri harus mendanakan untuk LSM, dan berbagai lapisan sehingga rusak. Jadi memulai dari mana melihat kondisi seperti ini saya ingin mengatakan buat kita yang mau jadi anggota lehislatif dia memelih wilayah yang tepat, karena kita bisa mengkontrol dan dpr sudah rusak dengan pemilik modal dan kita harus jadi anggota DPR yang terhomat dari partai manapaun, bahakan cenderung masyarakat tidak lagi cenderung kepartai, kecendrungan malau dan laian-laian, bahakan sekarang malau da keberadaan artai. Saya bertemu kemasyarakat dan mengatakan bahawa pemilu adalah penting dan ini adalah forum tertinggi rakyat, jik atidak bisa dan tidak mampu buat medianya seperti buat sependuk, dan jika mahal maka patungan dan bisa membuat sepanduk, apapun isinya seterah pokoknya anda harus muncul, jika kedepan ada sepanduk2 muncul itu kerjaan saya banten dan ... initinya saya ingin berbicara, sependuk rakyat bukan lagi caleg dll. Dan ini lah keberadaan saya. Dan satu hal lagi, negara ini isa di ambil ahli, sya mau bilang siapapun bisa jadi presiden negara, siapapun itum ada nasianalisasi, lantas apakah negarak ini kan di pegang oleh negara, ini. Siapa yang paling peduli dengan kondisi bangsa ini ? satya tidak bosan mengatakan seperti freepot dan beretmu dengan temen2 di sana, satu hari 20 T per haris sedangkan jakarta APBDnya bisa 20 T. Beberapa anggota DPR  yang punnnya niat baik, UU pertambangan mau di revisis entang inising tas ingin di dalam negeri, ternyata tidak mau dan gaagal, ternyata pemilik modal bagitu kuat untuk menciptakan itu, mudah-mudahan banyak aktivis yang masuk partai sukses di pemilu dan di DPR dan bisa meperjuangakan bangsa, kembalikan DPR menjadi wakil rakyat bukan wakil Partai.
Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): meragukan tentang kejernian rakyak tentang demokrasi dan praktek transaksional begiku kuat di rakyat dan pemilik modal jauh lebih kuat, bagaimanapaun pemilu adalah forum tertinggi, dan kita meragukan kritisme mahasiswa, apakah faktor ekonomi yang lebih baik? Dan menaraik lagi tentang sepanduk rakyat dan membuat gagasan dan sepanduk bebesa dan saya fikir menarik.

____ : banyak setiker tentang “enakan jaman ku toh : suharto”
sabrini : buat saya perubahan dua dengan cara revulisi dan revormasi,  semuanya butuh semangat dan sumberdaya yang luar biasa, lantas sarat2 yang apakah sudah kita lakukan? Jika jaman dulu kita lebih banyak mengambil kekuasaan dan bukan pemngambil alihan kekeuasaan (revolusi), kpana tidak terjadi karena kita tidak menyiapkan kabinet, pokoknya hannya turun saja. Latas apakah sekarang minatnya hannya sampai perubahan, dan minatnya hannya samapai kritik. Kita lebih banayak merebutkan satu yang sipatnya ideologis bukan satu yang teknis. Dan semaua nya saling membela ketua umumnya. Satu sibuk di sana-dan satu sibuk di sini. Lantas percayakah kita terhadap teman-teman kita. Partai saat ini tidak ada yang ideologis malah cenderung prakmatis, partai tidak lebih daru buss opini, kita sendiri tidak bisa mampun mebuat tervel sendiri, bahakn kita hannya bisa beri tiket, kapan kita di tuurunkan kapan juga kita tidak tau, kita fikir busanya bagus, ternyata mogong, kita tidak bisa merawat bus2 yang bagus, kita cuman numbang dan kita cuman anak jalanan yang nyelehe sedikit di buang, ya kita tidanggal nunggu saja di buang, agak keslulitan untuk aktivis di sana sudah ada di partai kita pasti kesulitan, lantas bisakan kita kita bersama ? kita anggapla anti kapitalis dan kita neoliberalis, natas kita unjung2 cuman menilai siapa gubenur dan bupati yang banyak duitnya, malah yang kita dukung adalah orang2 yang punnya uang, bang ada ng alogistiknya> klo nga ada gw nga dukung, udah kaya gula juga kita, maka NOL juga yang kita perjuangkan wajar saja rakyat bersipat seperyi itu, demo nasi bungkus adanya di jaman kita, sekarang nga ada bisnya nga jalan sekarang, klo demo tidak ada logistiknya demo tidak bisa jadi, siapa yang mau ngasih duit, dulu bisa lah kita teriak teriak semua, maka modal ang menjadi kekuasaan. Kolo tidak punnya uang 500-1-2M maka untung-untunan apa lagi kawn2 diam, di twtter dongan atau di FB rame tp tidak ada satupun yang bergerak dan narikin konstituen dan buat apa ngomong di dalm ngepaian ngomong di grup ja, bos keluar donng. Ada tingkatan jihat, mau revolusi mau ireksi semua harus ada jalannya, kit agorong bareng2 kit aharus hentikan, faktanya aktovis yang udah maju jarng ada yang mau berhubunan lain, malah nolak2. dan dendam sosial aktivis yang sudah berkuasa. Aktivis bukan bela saya malah bela nomr satu yang banyak uangnya. Berhenting ngomong perjungan, u malah bela kapitalis. Kit acuman hannya orang yang bisa pidato, malah memperjungakan saat pemili tidur dan santai. Semua resiko, apapun resiko, jika perjungan tidak ada resiko maka tidur, mahasiswa perannya apa, pemuda perannya apa?.

Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): apakah kita revolusi atau ilektion, lantas apa sumber daya kita? Sekarang sudah agak sulit rezim sangat ckeptoratis dan korupsi sangat besar.

Bung uyo : ketika bicara kontes perjungan ada dua, klo ada bung omen kejahatan yang terorganisair jauh lebih baik ketimbang kebaikan yang tidak teroragnisir, jika kita turun kan, maka apakah kita mau bikin organisasi ? atau gerakan sproadis yang bisa bergabung untuk kemudian bisa membangun kerakan bersama?
Yang perlu disepakati adlah , kit aharus memilih, bagaimana kontesknya, jika saling kenal kita sama-sama bersinegri, modal tidak harus uang apapun itu. Saya sudah minta teman , buat saja ini. Saya biat gerakan di BMT. Buat apa saja yang bisa membangun.
Rata-rata dikampus sya yang mau jadi aktivis nilainya jelek, dan banyak juga yang meminta biar bagus karen adekat dengan dosen, banyak realitas yang di hadapkan mana ada orang tua yang mau anaknya jadi aktivis, lulus lama, nilai jelek dan sulit untuk bersaing dan skripsi. Buat saya pembinaan dari karakter itu bisa. Kecenderungan mahasiswa jaman sekarang bingung maungapaian? Komunikasi dari masyarakat juga penting, bagaiaman proses komunikasi yang penting bagai masyarakat. Komunikasi kita di masyarakat suka pake bahasa yang susah dan suli di cerna oleh masyarakat. Komunikasi sangat tidak jalan di negara ini.
Tentukan konteks perjungan.......
Kita bingun ketika di hadapkan pada realitas, jik adias aja bingun di hadapkan oleh realitas bagaimana mereka bisa memperjungakan orang lain. 

Diskusi semakin ramai dengan pemaparan argumen dari masing-masing aktivis


Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): ada beberapa point menarink, sinergi, mnegorganisi, komunikasi masyarakat dengan bahasa yang mudah

Bung ardi : politik ini transaksi maslahanya negara gagal mengtarksaiksikan. Situasi yang kita hadapi tidak bisa di lihat dari satu kaca mata. Pintar? Banyak orang pntar yang di biayai partai politik, jik apintar harus punnya satu keparipurnaan dan ajakan saya jaringan ini pasa sih maksudnya dan jagan sampai ini tidak ketemu. Lantas siapa yang paling isap nurunin masa untuk saat ini? Siapa yang paling punnya jaringan dan di gunakan untuk apa saja, dan kebermanfaatkan kita untuk apa saya nh? Satu cerita peneutup yang patut kit afikirkan, dan kita bisa sajah berbahaah2 , seorang bangbang dalam mata najwa menjalaskan dia 5 kali ikut pemilu dan bisa terpiling pas kelima 5 dan uang yang dia siapkan sesuai dengan kondisi, lantas biaya2 itu keuar untuk konpensasian, dan untuk seperti itu saja bisa menghabiskan bnyk uang, dan politik tidak instan dan tidak butuh buang.
Kemana kita pas UU pemili kemarin? Banyak jalan lah, lantas kita kemana saja, diman akita semua? Burhan mutadi saja yang muncul di TV.
Jangan sampai apa-apa basa-basi saja. Tidak banayk paling itu saja yang penting dan mendesak untuk di bicarakan. Itu yang harus kita rumuskan sehingga kita tidak kabur lagi, kita punnya kekuatan kita punnya jaringan yang bisa kita ukur dan tidak kita ceritakan, yang lain2 kerja2 politik yang sudah di sebitkan itu maslah turunan , banyak pilihan tidak terpaku maslah suara dan logistik banyak opsi yang bisa kita lakukan kolo jelas, dan yang terpenting giman kita bisa mulai klo bukan kita, kit ayang ketemu hari ini bisa kah menjaga kitanya?
Punnya kah kita semngat itu? Jika tik punnya ada tidak semngat itu? In adlaah refelklsi tidak ada maksud untuk menggurui biarlah ini menjadi refekelsi saya.

Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): tonton lah Jhon kinton, kawan kit amengingatkan tentang konsep jaringan, dalam kontes nasional peran kita apa? Saya kita ponit yang saya tangkap saya ingaktakn kembali, agenda 2014 hitunganya sudah bulat dan apa yang bisa kita lakukan sudah kita siapkan, dan kawan kita yang ada di DPR yang nyalek apakah kita biarkan sendiri dan apakah sudah menjadi bagaian kita, dan kita biarkan berjalan begitusaja dan kita bilang jalan yang keliru.

Mas inton : bagikit abagaimana 2014 ini kita maknai sebagai regenerasi dan kepemimpinan masa lalu, teta[i terlepas apapun teman2 harus kita pahami beberapa temn2 ada di parai politi dansebagai gagasan besar harus kita dorng tenata dam kontes generasi dalam pemilu malah bukan generasi otentik generasi ini , seperti pertannyaan kita kekuatan kita ap? Seperti gagasan2 kita. Kit amuncul ketidak percayaan di luar kita idenya apa , mereka2 menjatuhan politik idenya ap? Selam ini kita tidak mengerti mereka mau ngapain? Nah dalam situasi hari ini, jangan2 kita ngeraba2 juga, dan mau tidak mau kita harus siap. Memuntum itu harus kit amaknai, nah kolo kita lihat utama muncul tetap kader2 dari kampus, dan jika sepi2 ja kita juga bingun? Keman ini kampus? Kekuatan kita ini juga ada di kawan2 kampus dan sepi2 dan jangan2 semngat ya sudah beda. Bagai man akita bisa memakanai proses 2014 nanti atau kah lewat pemilu atau ada gonjang ganjing. Jangan ewat ja kita, nah bagaimankita menciptakannya, jangan mau di pinggir terus. Janagn samapai yang menguasiini orang2 yang sudah bisa memeberi gagasan.

Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): bagaiman amenggeser posisi kita dari lapisan luar, giman atidak hannya dalam kontes gagasan tapi pemain juga

Bang Omen : saya melihat kondisi sekarang, posisi penguasa jauh lebih lemah dari kemarin. Dan celakanya kita juga lemah. Masalaahnya penguasa lemah dan kita juga lemah sehingga tidak ada gerakan, kreatifitas sedikt dan tidak bisa ngapa2in malah tidak bisa ngapai2n dan tidak ada sesuat uyang sudah di lakukan, seperti HI jadi macet total ada bakarapa gitu, dan gerakan sekarang sangat lemah, dulu media sangat banyak dan tdiaka dapat tempat dari press, dan lemahnya konsulidasi gerakan. Kta saling mengajak dan sebaginya. Ini yang saya fikir masih sangat lemah dan ketik amomentum 2014 dan ten2 yang tidak percaya dengan mekanisme pemilu maka kita membuat gerakan2. Ada tidak ada nya pemilu 2014 kita harus siap dan kita harus bisa. Jika sebuah perubahan ada kapital yang cukup besar, pas temn2 sudah punnya posisi yang bagus dan kita bisa mengabungkan, kita punnya banyak konsultan dan temn2 dan sama2 rame2 kita kerja. Siapa yang memipin jakarta dia akan menjadi presiden indonesia. Jokowi cuman keliling jakarta sudah terekenal, ngega ngapai2 dan tidak perlu nikin evaluasi. 2014 adalah momentum. 
Memajukan temn2 untuk bisa di arau s tengah tidak hannya di pinggir saja, kita patungan kit abikin gerakan.

Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): di dimulai dari kekelisahan lemahnya kepemimpinan dan malah gerakan juga lemah, dan pemilu menjadi momentum penting 2014, ide yang menarik mengumpulkan uang 500 juta. Mungkin bung adit bisa memeberikan jaringan aktivis mana yang bisa memeberikan sumbangananya untuk aktivis2.

Bung adit :  sebenarnya saya yakin 500% bukan 100%, kolo kita liat tema hari ini, saya fikir kita bukan kita yang dulu. Membakar ban dan membajak tanki BBM sangat popoler dan situasli refeleksi yang membuat orang takut dan jik aad ayang membuat seperti yang kaya kita  keliatannya keren, sedangkan yang sekarang mancem2 yang dilakukan keliatannya malah kesemerautan, maslahnya jika ada orang2 yang anaknya berani sangat di lindungi oleh orang2, dan era demokrasi yang leluasa dan bisa membuat pasa ja, orang cenderung apatis, kit amau apa? Saya mendukung penuh ap ayang dilakukan buruh, tapi say amencermati seorang buruh, kolo kita maulihat di HI buruh itu banyak yang dari luar kota, dari jakarta malah tida ada. Dan gerakan sekarang tidak bisa di samakan tantangannya beda, situasinya beda, demokrasinya beda, Yng ada malah tauran dam masyarakat tidak mendapatkan maknanya, dan ini bisa menjadi satu gambaran dan gerakan mahasiswa bisa di kelolah dengan baik, dan senior2 nya bisa di modifikasi dengan baik lah. Faktanya gerakan sampai saat ini ya memang pop di tengah ke popoleran ini, kenapa gerakan mahsiswa saat ini tumpul kenapa, say aingin mengekspresikan , keluarannya macem2 hukum besi, jik aair di tekan ia kan merembes, bila di kasih muara ia akan mengalir terus, dan ia di kasih muara, dulu bisa mentuk kelompok jaringan politik dan studi dll. Tap semua itu membuat satu mauar2 yang mebuat menjadi kurang. Kadang kita merasa superior, dan impian mereka dan impian kita tdiak ketemu. Kita ketemu tidak perama “kita mau ngapain?”, coba kita putuskan masing2 pribadi2 kita mau ngapain, apakah kita mau jadi skrup2 demokrasi, mau jadi gera, ratai atau mau jadi motornya? Kita mau milih jadi apa?, perbedaan itu sunatullah, kita berbeda, tp kita cari apa persamaannya, ide kita harus bertemu dengan ide orang lain, kita tidak berjuang sendiri kah? Keuda, bisakah kita percaya dalam konteks perjungan? Kita bisa curiga, apa lagi dalam konteks politik demograsi dielnya kebanyakan, dan kita tidak bisa naikelas dan hannya ginh2 saja, dan kepentingan anatar saya dan ubed ketemu dan saya langsung deal ke suryo, janagn sampe ke ubd tidak diel ke suryo tidak deil, jangan di kira [pengsuah tidak melakukan deil2an dia bisa memiliki kuasa dalam memili, sedangan kita tidak bagus. Kita harus mempunnyai hal yang laian sehingga kita layak di pilih, karen apersoalna bangsa ini kita tidak bisa selesai hannya dengan semngat, musuh dateng dengan cagih tidak telajang dan bodoh, mereka datang dengan kekuatan tekanan (politik ekonomi dll), mereka punnya kompetensi, dan sengda kan kita ada dimana nh?
Kedaulatan bangsa? Kita menghadapi kedaulatan bangsa, dan apa yang kita hadapi diluar aperkitaan, kedualatan bangsa cuman satu, bagaimana rakyat kita bisa makan dan bisa sekloh, itu tugas pemmipin jik masih ada orang keren dan mati itu menjadi pemikiran kita, kit abicara kedauatan bangsa tapi kit atidak bisa memyeahterakan bangsa.

Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): pont akhirny menarik, kita mau apa dan bagaiman agar kelompok ini bisa menjadi kelompok yang strategis?

Fiesta :  mahasiswa sekarang bergerak berdasarkan bergaining atau nama besar kampus. Sedangkan kampus-kampus kecil lah yang justru memiliki potensi (galak dan kreatif).  Kita harus dukung teman-teman yang akan maju sesuai dengan ideologis.

Ajiz: diskusi semacam ini harus ada outputnya, karena jika tidak ada akhirnya pertemuan ini percuma, karena masing-masing dari kita memiliki kesibukan masing-masing. Buat kita yang menjadi dosen, sudah selayaknya kkita mendorong mahasiswa untuk melakukan gerakan. Kita sebagai aktivis senior juga harus memberi dorongan dan masukan kepada aktivis pemuda dan jangan lagi takut dengan statement bahwa senior tidak boleh mengintervensi mahasiswa.
Muradi : hari ini kita tidak sekedar diskusi, karenahari ini kita punya tanggung jawab untuk disampaikan ke adik-adik mahasiswa. Sampaihari ini saya masih percaya bahwa gerakan mahasiswa masih menjadi motor perubahan di indonesia

Ali: gerakan mahasiswa sekarang terlalu terbebani oleh tuntutan senior dimana mahasiswa hari ini harus melakukn apa yang sudah dilakukan senior dulu. Seharusnya kita, sebagai senior harus mendukung gerakan-gerakan mahasiswa yang hari ini mereka lakukan. Kita harus mendukung dan mendorong “tanpa pamrih” ide dan gagasan adik-adik senior. Bicara kedaulatan bangsa, tidak hanya kita yang gelisah, tapi seluruh elemen bangsa juga gelisah bahkan orang-orang yang dulu sama sekali tidak pernah merasakan sebagai aktivis, tapi tugas kita adalah bagaimana kita bisa merangkul orang-orang yang gelisah tersebut.

Budi: reformasi bukan sekedar perubahan kekuasaan tapi juga transformasi satu nilai dari totarian menjadi tidak totarian, nilai anti korupsi dsb. Tugas kawan-kawan yang nanti akan duduk diparlemen adalah bagaimana  sistem politik kita itu murah, sehingga tujuan reformasi kita dulu tercapai dan tidak ada lagi statement “butuh sekian milyar untuk nyaleg”. Sistem politik kkta hari ini “banci”. Untuk menjadi presiden harus ada koalisi partAI. Hari ini persoalan kita tidak sekedar defisit nasionalisme, tapi soal patriotisme.  Dimana ketika kita memiliki jiwa patriotisme kota bisa membedakan mana yang menjadi kepentingan pribadi dan mana kepentingan bangsa. Sedangkan hari ini defisit patriotisme dialami pejabat kita.

Bob. P : diskusi ini bisa dipastikan akan ada makna nantinya walaupun sedikit. Hari ini indonesia hanya menjadi boneka kapitalistik asing/hanya sebagai pasar. Gerakan hari ini sebenarnya justru sudah sangat mudah dalam konteks komunikasi dan konsolidasi. Gerakan di indonesia sebenarnya adalah gerakan yang pola nya selalu mengalami peningkatan atau penguatan, contoh gerakan buruh.  Kita harus menentukan bahwa kita menjadi aktivis karena pilihan atau paksaan.  Banyak aktor politik  yang ternyata memiliki “deal” dengan pemilik modal yang akhirnya dia bermain di pasal-pasal. Jadi jangan sampai teman yang nantinya kita usung justru mereka yang memiliki “deal” dengan pemiik modal. Gerakan mahasiswa hari ini tetap fokus pada dominasi kekuasaan dimana kebebasan begitu besar sehingga sulit untuk memunculkan big bang politik. “hari ini saya siap diorganisir atau jadi jamaah”. Saya berfikir bahwa kita sebenarnya surplus nasionalisme, namun yang defisit adalah kesejahteraan rakyat. Selama standar kesejahteraan masih pake teori “kekayaan konglomerat ditambah kekayaan tukang bisnis dibagi dua adalah kekayaan rata-rata kekayaan negara” maka selamanya negara kita penuh dengan kesenjangan. Saya tidak sepakat kalo kita harus merebut DPR untuk kita dan teman2 kita karena itu adalah “onani” karena teman-teman kita nantinya mau tidak mau harus memperjuangkan agenda partai. Dalam forum ini bisakah kita mempraktekan regenerasi gerakan? Karena ini yang penting. Apapun yang kita lakukan nantinya menjadi referensi adik-adik. Tinggal seperti apa kita mengarahkan aktivis muda untuk melakukan gerakan.

Antoni: hari ini gerakan mahasiswa masih ada. Hanya saja bentuknya tidak sebesar 98. Kita harus tau apa yang kita harus lakukan nanti setekah dari sini? Dengan catatan kita harus meguasasi dan mengambil peran dalam semua bidang (legislatif, pilpres, menteri, ahli-ahli). Kita harus cerdas tapi juga tidak boleh cerdas untuk licik.

........: agar kkta bisa jadi jaringan yang kuat, kita haru punya langkah taktis, misal kita bikin kantor dan kita bisa eksis  dimedia. Kita aktivis 98 namun kita tidak bisa membentuk jaringan yang kuat. Saya khawatir jangan-jangan ada bagian dari kita yang sengaja menginginkan kita agar tidak bersatu.

Pasca: saya sudah khawatir bahwa gerakan ini nantinya semakin melemah itu sejak setelah reformasi. Karena pasca reformasi kita di disain bahwa wilayah politik kita dibagi menjadi kedaerahan tidak secarnasional, sehigga solidaritas kita semakin terkikis. Kemudian sikap volunteris kita yang semakin menipis. Kekayaan seorang aktivis bukanlah uang, tapi kawan-kawan. Sehingga menjadi aktivis itu indah. saya tidak sepakat kalo 98 adalah satu-satunya gerakan yang menggugurkan rezim, mungkin ini hanya kebetulan saja. Karena saya tau persis bagaimana perjalanan perjuangan dari era 80an untuk menumbangkan soeharto. “teman saya pernah cerita bahwa jauh sebelum 98 itu ada 12 jenderal yang rapat untuk menurunkan soeharto termasuk Prabowo”.  Akhirnya muncul pertanyaan apakah pola gerakan masa lalu masih cocok digunakan pada gerakan saat ini? Namun yang penting adalah bagaimana jiwa volunteris seorang aktivis harus tetap terjaga. Salah satu kendala gerakan hari ini adalah kita masih terkotak-kotakan berdasarkan daerah, jarang sekali secara nasional. Berbicara kedaulatan artinya kita bicara negara, sedangkan persoalannya adalah tanah dan kekayaan negeri ini bukan milik kita lagi sehingga jangan pernah sekali-kali kita berbicara kedaulatan sedangkan kita tidak punya tanah. Saya khawatir indonesia akan hilang, karena untuk menjadi presiden hanya sekedar menjadi warga negara. Artinya seandainya barack obama menjadi warga negara indonesia dia memiliki hak yang sama untuk menjadi presiden. Bukan tidak mungkin kita akan hilang, contoh. Aborigin hilang di australi, indoan ho=ilang di amerika, melayu hilang di singapura. Saya memiliki punya cita-cita kita harus ketemu bersama di senayan nantinya, dan ketika kita sudah disenayan kita harus berani melawan partai agarkita tidak terjebak dengan kepentingan partai karena kita dipilih oleh rakyat, bukan oleh anggota partai. Akhirnya kita harus sadar bahwa sebelum kita berbicara kedaulatan kita harus pahami dulu apakah indonesia masih ada.

Dedi: Sebagai sebuah gerakan ada hal-hal yang memang kita tidak siap, karena kita dipecah belah. Kita terjebak oleh pengkotak-kotakan daerah. Kita hanya diajarkan bagaimana untuk militan, tapi kita tidak memahmi betapa pentingnya persatuan. 98 itu adalah ibarat panen raya, setelah oanen raya, lahan kita kosong, nah sekarang tugas kita adalah bagaimana melakukan pembibitan dan menanam ulang lahan tersebut. Akhirnya kita dituntut untuk tetap konsisten menjaga komunikasi agar nantinya gerakan adik-adik aktivis kita tidak terpecah-pecah. Sehingga yang penting adalah bagaimana kita menularkan semangat ke adik-adik. Dulu kita menyebut diri kita itu kiri, namun pada akhirnya kekirian kita tidak mampu menjawab problematika yang kita rasakan.

Danar: menurut saya parlemen hari ini ada cacat bawaan. Arena ketika kita berbicara keterwakilan akhirnya muncul pertanyaan keterwakilan yang seperti apa yang kita harapkan. Karena mereka hanya sekedar mewakili konstituen di dapilnya masing-masing. Lalu cacat bawaan yang kedua adalah bahwa keputusan diparlemen hanya dimainkan oleh para elite parlemen. Persoalan kita adalah bagaimana kta bisa menggagalkan UU pemilu yang setiap 5 tahun itu diganti hanya karena kepentingan anggota DPR agar bisa terpilih kembali. 
Jamuan makan menemani waktu istirahat

Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): besok ada temn2 dari bogor dan bandung, jakarta sekitar 20 orang. Kita tidak menginterfensi terlalu jauh, kita hannya bertannya, kira2 kalian mau apa? Dan kita bertannya, kita tau mereka terus berjalan, training mereka juga berjalan, tapi mereka masing bingung.


Notulensi Focus Group Discussion:
Oleh: Ame (Selamet), Ibnu dan Eka Chandra 
Tema : “Gerakan Mahasiswa, Aktivis Pemuda, Pemilu 2014 dan Kedaulatan Bangsa, ”
11 September 2013 Pukul 09.00

Dr. Komarudin Syahid (Dekan FIS UNJ) :  yang harus kita pahami, bahwa gerakan mahasiswa masih hidup. Konsolidasi mahasiswa untuk rekomitmen mahasiswa harus tetap terjaga. Reformasi 98 belum berhasil, namun bukan pada konteks mahasiswanya, tapi lebih kepada mereka yang mengisi negara pada waktu itu. Sekarang ini investigasi politik hari ini penting untuk dilakukan karena banyak konspirasi politik yang hari ini terjadi. Tujuannya untuk keseimbangan politik.  Persoalan bangsa kita begitu banyak oleh karena itu kajian diranah politik yang dimotori oleh gerakan mahasiswa sangat diperlukan.


FGD sesi II di buka oleh Dr. Komarudin Syahid (Dekan FIS UNJ).

Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ):  forum ini di inisiasi oleh dua lembaga yaitu pukaspok FIS UNJ dan Puskapolkam UNPAD tanpa ada kepentingan apapun kecuali kepentingan untuk memperbaiki kondisi bangsa hari ini yang sarat dengan berbagai persoalan serius baik ekonomi, politik, keamanan hukum, dll.
Pak muradi: aktivis 98 menginisiasi forum ini agar nantinyapertemuan rutin sejenis bisa terus terlaksana oleh aktivis pemuda.  Poin penting dalam sejarah gerakan mahasiswa indonesia adalah bahwa motor gerakan mahasiswa di skala nasional adalah kita yang ada di jakarta, bandung, jogja. Saya bisa pastikan bahwa aktivis 98 tidak akan mengintervensi sama sekali. Kita hanya sekedar ingin menyatukan “feel”  mahasiswa sekarang, karena bicara gerakan kita bicara rasa kebersamaan dan kesamaan feel dalam gerakan.  Mahasiswa yang hari ini kedepan harus mampu menjadi orang-orang yang menjadi leader bangsa. Harapan saya hari ii aktivis jangan lagi mengedepankan sentimen organ ekstra, tapi seharusnya lebih baik mengedepankan sentimen kampus. Karena dengan nama kampus akhirnya menjadikan semangat kebersamaan aktivis menjadi terjagas. Jaringan kampus lebih memudahkan kita untuk konsolidasi ketimbang kita mengedepankan sentimen organ ekstra, apapun itu.

Ubedilah Badrun (Direktur PUKASPOL FIS UNJ): forum ini adalah forum mahasiswa, aktivis 98 hanya mencoba menfasilitasi konsolidasi mahasiswa.

Pak budi: persaudaraan itu penting dalam spirit gerakan mahasiswa.  Aktivis 98 sudah menjadi keluarga, harapan saya mahasiswa hari ini harus memiliki rasa persaudaraan seperti layaknya kami, aktivis 98. Kesucian gerakan itu ada pada gerakan mahasiswa.

Tahap I: Penyamaan suhu
Fajar UNJ:  kita bisa mengetahui bahwa ternyata aktivis senior 98 memiliki harapan besar kepada kita yang notabene menjadi aktivis mahasiswa.  Melihat tema FGD hari ini, saya berfikir bahwa akhirnya kita harus memastikan satu tempat pada Pemilu 2014 nanti, kita akan mengambil posisi dimana nanti?  Hari ini mahasiswa sedang di “nina bobokan” oleh sistem, oleh urusan akademik, dsb.
Aktifis muda Ame (Kadep.Sos.pol BEMFIS UNJ) melakukan penyamaan suhu
didepan para aktivis dari berbagai Universitas.


Ferry UNTAG : yang harus kita sepakati diawal pada forum ini adalah bagaimana kita bisa sepakat untuk membangun jaringan kampus tanpa ada embel-embel organisasi eksternal kampus. Baru setelah muncul kesepakatan itu kita mencoba membahas ke ranah isu-isu strategis.
Iqbal Unpad : Kita harus mengorganisir massa dikampus masing-masing  untuk mempersiapkan diri menghadapi momentum pemilu 2014 agar tidak lagi terulang pemilu semacam 2004 dan 2009.

Ridwan UNJ :  kita harus mempertimbangkan kaderisasi yang harus kita lakukan dikampus masing-masing yang akhirnya terbenturkan oleh keterbatasan waktu sedang sebagai BEM kita memiliki banyak rencana program kerja yag harus dijalankan.

Unpad: pada pembahasan kali ini adalah kita harus mempersempit fokus kita lebih kepada apa itu gerakan mahasiswa dan bagaimana kita bergerak.

UNTAG : bicara gerakan mahasiswa kita ternyata terbenturkan pada pengkotak-kotakan gerakan mahasiswa khususnya yang terjadi pasca 98 yang justru pengkotak-kotakan ini hadir oleh mahasiswa di jakarta. Sedangkan kami yang di daerah sesungguhnya memiliki satu semangat bergerak, bersama siapapun itu, karena mereka( aktivis daerah) masih memahami prinsip bahwa gerakan mahasiswa harus bersatu. Akhirnya menurut saya kita sama-sama perlu mendewasakan diri karena kehidupan berbangsa harus berlanjut.

STT Telkom : kita harus mulai mengkerucutkan fokus pembahasan kita yaitu sesungguhnya yang lebih penting adalah apa yang harus kita lakukan sekarang?  Kita harus mampu menyadarkan

Nurul Fikri:  ada tiga hal penting dalam gerakan mahasiswa. Pertama pengorganisasian lembaga, (ex:bem) kedua: harus ada penyadaran terhadap massa yang notabene apatis, ketiga adalahfaktor  eksternal dimana banyak organ ekstra yang akhirnya menjadi kendaraan elite politik

Fajar UNJ : analogi mahasiswa sekarang adalah mahasiswa sedang nyenyak tertidur namun tidur dirumah yang sedang kebakaran.
STIAMI: gerakan mahasiswa terbentur dengan isu akademik yang akhirnya mempersempit ruanggerak aktivis mahasiswa. Akhirnya pola gerakan mahasiswa hari ini hanya sebatas gerakan momentum.

Unpad:  kita harus memiliki tujuan yang jelas dan bagaimana tujuan ini harus merupakan tujuan yang bersama, akhirnya kita memiliki landasan bergerak

Tahap ll: rencana taktis
Fajar UNJ : poin terpenting untuk bisa mengkonkritan gerakan kita bersama adalah harus ada follow up dari pertemuan ini.

Didu UNTAG :  langkah konkret yang harus kita lakukan sebagai keberlanjutan pertemuan kali ini,pertama kita harus sadarkan mahasiswa dikampus masing-masing akan pentinggnya peran mahasiswa, kedua kita harus ada kajian ilmiah keliling kampus, ketiga kita bisa bergerak bersama untuk mengadvokasi masyarakat.

UNTAG : bentuk forum ini lagi namun dengan skala yang lebih besar dan keliling kampus-kampus.
Siap untuk melanjutkan perjuangan.

Fajar UNJ : kita sudah sepakat bahwa jaringan ini tidak dilatarbelakangi kepentingan apapun, dan kita juga sepakat bahwa nantinya kedepan siapapun atau kampus apapun jika berkehendak untuk ikut jaringan ini mereka juga boleh gabung.  Sesuai kesepakatan bersama  pertemuan bulan depan (oktober) di jakarta dengan bimbingan senior 98. Tugas untuk teman-teman masing2 kampus yang hari ini hadir, dalam rentang waktu satu bulan kedepan harus melakukan ajakan kepada kampus jaringan masing-masing dan melakukan diskusi bersama jaringan masing-masing agar ketika besok kumpul kembali mereka sudah bisa menyesuaikan apa yang sudah kita sepakati bersama. Kemudian juga diharapkan masing-masing kampus membuat tulisan untuk eksistensi awalan kita. Grand design tema untuk pertemuan selanjutnya adalah “membangun kesadaran gerakan mahasiswa”.

0 komentar:

Posting Komentar