Oleh : Drs. Ikhwan M.Si2
A.
Pendahuluan
Saat
ini pembelajaran sosioplogi ibarat seorang yang mencari arah di persimpangan jalan.
Menoleh kesana kemari, lalu memikirkan arah mana yang mesti di tempuh.Pada
tingkat sekolah menengah kebingungan ini semakin memuncak ketika diberlakukannya
kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 bisa saja berdampak pada proses
pembelajaran, dan sikap siswa terhadap mata pelajaran sosilogi. Muara dari semua persoalan ini adalah rendahnya minat dan
motivasi belajar siswa, merosotnya aktivitas dan hasil belajar mereka.
Berangkat dari persoalan di atas,
sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat dan hasil belajar
siswa dalam bersekolah bila dihimpun, kedua faktor dimaksud adalah faktor
internal, dan faktor eksternal.faktor eksternal adalah faktor yang langsung
melekat pada diri siswa sendiri, seperti tingkat kecerdasan,daya juang,motivasi
berhasil,minat dan sikap terhadap mata pelajaran .faktor internal yaitu faktor
di luar diri siswa seperti latar belakang,sosial ekonomi orang tua, teman
sebaya, sarana dan prasarana sekolah, Lingkungan belajar. Diantara faktor
eksternal yang sangat perlu mendapatkanPerhatian
adalah faktor kompetensi guru yang mengajarkan mata pelajaran kepada peserta
didik.
Khusus dalam mata pelajaran
sosiologi ada tiga permasalahan pokok yang diduga sebagai penyebab rendahnya
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran sosiologi. Pertama:masalah teknik pembelajaran yang tidak menumbuhkan motivasi
siswa,kedua:eksistensin guru bukan
sebagai fasilitator,tetapi seorang pengajar yang menggurui siswa,ketiga;penyampaian pembelajaran yang
kurang interaktif (Xaviery,Artikel:http://re-seaarchengines,2009). Ketiga
permasalahan ini tidak hanya berlaku untuk pembelajaran sosiologi, tetapi hal
yang sama juga dialami oleh pembelajaran lain.
Sebenarnya, banyak hal yang mungkin
dilakukan untuk pembelajaran yang lebih efektif. Salah satunya pembelajaran yang
menerapkan paradigma kontruktivistik,yang
dikembangkan oleh Chomsky,Simon, dan Bruner (Maliki,2008). Melalui tulisan ini
pembaca akan mengetahui tentang:pengertian pradigma konstruktivistis, macam
aktivitas pembelajaran berdasarkan paradigma konstruktivistis dalam proses
belajar mengajar.
B. Pembahasan
1. Pengertian
Pembelajaran
menggunakan paradigma konstruktivisme adalah pembelajaran yang mengembangkan
pemahaman siswa (Student’ understanding).
Ini juga berarti bahwa guru berusaha nmebangkitkan inisiatif dan kreatifitas
pemikiran individu yang muncul akibat tantangan yang diberikan .Melalui
pembelajaran konstruktivistik siswa menjadi lebih aktif menentukan apa yang
mesti dipikirkan,mereka membentuk makna dari gejala dan peristiwa, memahami
konsep,prinsip dan teori-teori.
Ada
dua jenis pendidikan konstruktivistik yaitu konstruktivistik psikologis, dan sosial
( Maliki,2008).Pendekatan menggunakan konstruktivistik psikologis artinya
memberikan focus pembelajaran kepada siswa,sehingga mereka mampu mengkonstruk
pengetahuan,keyakinan dan identitasnya sendiri selama proses pembelajaran contoh-contoh
pembelajaran dengan pendekatan mengunakan konstruktivistik psikologis antara
lain:belajar mandiri untuk mengambil kesimpulan – kesimpulan sendiri, meresume
buku, meresume isi sebuah cerita, mengembangkan ide-ide pokok materi, dan
membuat makalah.
Pendekatan
menggunakan konstruktivistik sosial yaitu, pembelajaran yang difokuskan kepada
peran faktor sosial dan budaya. Dalam pembelajaran hendaknya dikembangkan
peran-peran interaksi sosial. Vigostky sebagai pendukung pendekatan ini
mengajukan agar guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam proses pembelajaran. Ini berarti di dalam kelas itui ada
kegiatan kelompok.
2. Keuntungan Penggunaan
Pembelajaran
menggunakan paradigama konstruktivistik memiliki beberapa keuntangan antara
lain:
a.
Peserta didik memiliki pemahamam yang lebih
dalam dan bermakana terhadap isi materi pembelajaran.
b.
Peserta didik memilik potensi instrinsik
dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
c.
Pembelajaran dipandang sebagai proses yang
dikendalikan sendiri oleh peserta didik
d.
Terciptanya pembelajaran kolaboratif dimana
siswa memperoleh kesempatan luas untuk saling berinteraksi dengan
teman-temannya.
e.
Peserta didik memiliki pengalaman, dan bukan
sekedar pengetahuan yang mereka peroleh lewat buku-buiku pelajaran.
3. Aktivitas Belajar dalam Pembelajaran
Sosiologi
Sehubungan dengan dua paradigm
konstruktivistik yaitu konstruktivistik psikologis dan social, maka ada beberapa
aktivitas pembelajaran yang mungkin dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Aktivitas
pembelajaran yang dimaksud dalam tulisan ini lebih terarah untuk pembelajaran
sosiologi. Namun bukan berarti aktivitas ini tidak sesuai dengan pembelajaran
lain.
Untuk pembelajaran dengan paradigm
konstruktivistik psikologis (misalnya pembelajaran sosiologi di SMA kelas XI)
antara lain:
a.
Identifikasi konflik social di masyarakat, solusi
berdasarkan argumentasi teoritis
b.
Identifikasi mobilitas sosial, dan memahami
factor faktor penyebab,serta dampaknya (baik positif maupun negatif)
c.
Masyarakat kultural, identifikasi
kelompok-kelompok sosial dan memahami keanekaragaman masyarakat.
Untuk
pembelajaran dengan paradigma konstruktivistik sosial maka teknik
pembelajarannya didekatkan dengan peristiwa keseharian di masyarakat. Dengan
topik yang sama (sebagaimana butir materi diasta) maka teknik pembelajaran yang
dapat dilakukan antara lain:
a.
Identifikasi konflik sosial di
masyarakat,solusi verdasarkan dialog dengan teman kelompok, dan kelas .
b.
Identifikasi mobilitas sosial, memahami
faktor-faktor penyebab, serta dampaknya (baik positif maupuin negatif), di
dalam bentuk diskusi kelompok atau seminar kecil.
c.
Masyarakat kultural, identifikasi kelompok
–kelompok sosial dan memahami keanekaragaman masyarakat, dan diskusikan dalam
kelompok kecil maupun besar.
Pembelajaran menrapkan paradigm
konstruktivistik social ada kemiripan dengan model pembelajaran “cooperative
learning”.Sebagaimana diketahui pembelajararan cooperative learning merupakan
pembelajaran yang mengandalan kerjasama kelompok persis seperti apa yang
diharapakan oleh paradigma konstruktivistik dimana pembelajaran kerjasama
bertujuan membentuk watak dan mental
para siswa untuk memecahkan masalah-masalah penting di masyarakat. Melalui
pembelajaran kerjasama akan terbina pada diri siswa saling menghargai,rasa
persatuan , dan memahami kekurangan dan kelebihan orang lain. Ego kelompok dan
individu menjadi berkurang
Metoda pembelajaran kooperatif sangat cocok
dikembangkan alam KTSP,khususnya untuk mata pelajaran sosiologi. Dengan metoda
ini berkembang kompetensi jamak siswa yang tidak hanya menekankan pada kekayaan
aspek intelektual atau kognitif semata, tetapi juga kekayaan sosial seperti
rasa kesetiakawanan, kemampuan mengendalikan emosi memelihara ego
individu/kelompok, dan kemampuan berbahasa.
Salah satu teknik pembelajaran yang terdapat
dalam metoda cooperative learning adalah teknik guru siswa maksudnya,memposisikan siswa menjadi guru bagi teman-temanya
sendiri.Teknik ini dapat dilakukan secara berkelompok,masing-masing kelompok
ada siswa dan ada guru, setiap individu dapat diposisikan menjadi guru,
bergantung pada banyak sedikitnya materi yang akan disampaikan.
Bagi siswa,beberapa keuntungan mengunakan
teknik student teacher ini
diantaranya:
1.
Menguasai materi pembelajaran dengan cepat
2.
Meningkatkan kompetensi berkomunikasi
3.
Mengembangkan kemampuan personal dan
interpersonal
4.
Belajar lebih mandiri,tidak terlalu banyak
bergantung pada informasi dari guru
5.
Belajar dalam suasana yang menyenangkan, tidak
monoton dan kaku.
Keuntungan teknik Student
teacher bagi guru diantaranya:
1.
Cepat mengetahui sejauhmana siswa telah
memahami materi ajar yang diberikan
2.
Mengetahui potensi lain selain kognitif
siswa,aseperti potensi afektif kompetensi personal, interpersonal dan sosial.
3.
Mengajar lebih efektif, tidak lelah, dan
karena “tugas guru diambil alih oleh siswa”,guru berbicara pada waktu
memberikan resume materi ajar di akhir pembelajaran.
4.
Dapat memantau perkembangan belajar siswa
dengan lebih leluasa.
Mempertimbangkan tiga hal
yaitu:
a. Peserta didik akan lebih banyak belajar
daripada yang mereka katakana atau lakukan sendiri dari pada apa yang akan
dikatakan orang lain.artinya,pengalaman-pengalaman nyata individu di
masyarakat, lalu bisa mengkaitkannya dengan materi yang diberikan di
sekolah/dikelas, sangat memungkinkan.
b.Ukuran
kelas dan kelompok umumnya terlalu besar untuk membuka cukup kesempatan bagi
masing-masing anggota kelas dan kelompopk untuk “berbicara” (menyampaikan
gagasan) dalam diskusi yang terbuka.
Kelas
dalam pengertian modern bukan kelas yang dibatasi oleh ruang tertentu. Kelas
dalam pengertian ini (Suwarsih Madya,2002) adalah kelas, dimana siswa dapat
belajar dengan aman,tenang,kemudian mempraktekkan materi yang diberikan itu
sesuai dengan kondisi nyata di masyarakat.
c. Jika Anda menyelesaikan masalah dengan cara
“membuat kelompok –kelompok hiruk-pikuk” terhadap hal-hal,
pertanyaan-pertanyaan atau isu-isu kunci, bagaimana Anda menjaga agar mereka
tetap pada tugas dan focus yang jelas? Bagaimana anda mengontrol kelas agar
tetap dalam kondisi efektif dan positif? Peran guru terhadap gejala perkuliahan
seperti ini perlu ditingkatkan. Cara-cara guru,gaya mengajar, cara bergaul
dengan siswa, ikut berpengaruh terhadap efektifitas kelompok.
Pendekatan paradigma kontruktivistik mana
yang akan digunakan bergantung pada beberapa aspek yaitu :
a. Waktu
yang tersedia
b. Jumlah
siswa
c. Sarana
Pendukung (Luas ruangan, dan sumber literature).
d. Ketersediaan
data
C.
Penutup
Pembelajaran
konstruktivistik memungkinkan dilaksanakan dalam semua level pendidikan,namun
perlu ada penyesuaian –penyesuaian terkait denga level kognitif peserta
didik.Dalam pembelajaran sosiologi, baik di sekolah Menengah Pertama (SMP)
maupun si Sekolah Menengah Atas ( SMA) pembelajaran menggunakan paradigma ini
dengan tepat dilakukan. Jika Guru bermaksud menyelenggrakan model
kontruktivstik psikologis, maka siswa diperkaya dengan literatur /buku sumber
yang cukup, sumber internet, jurnal, media masa seperti koran dan majalah. lalu
siswalah yang dimaksimalkan untuk menguasai satu pokok materi, dengan pemahaman
dari barbagai sumber tadi. Jadi, pembelajaran menggunakan pendekatan paradigma
kontruktivistik cenderung membangkitkan potensi kognitif siswa secara
individual.
Selanjutnya jika
guru ingin melaksankan pembelajaran sosiologi menggunakan pendekatan paradigm
konstruktivistik social,guru hendaklah lebih menghadapkan siswa ke persoalan –
persoalan nyata di masyarakat, berikan tugas-tugas berupa research sederhana,
lalu pecahkan persoalan itu di dalam kelompok. Dengan demikian jelaslah bahwa
pendekatan konstruktivistik sosial, cenderung membangkitkan potensi kelompok,
adanya interaksi individu dalam memahami isi materi ajar.
Saran
Pembelajaran mengunakan
pendekatan paradigma konstruktivistik di anggap cocok digunakan dalam pmbelajaran
sosiologi. Guru-guru sosiologi, dianjurkan untuk mencoba menggunakan pendekatan
ini di kelasnya masing-masing. Untuk penerapan paradigma ini, guru-guru sosiologi
perlu meningkatkan kompetensinya dengan cara memahami materi dari berbagai
literatur ,dan yang sangat penting sekali adalah mengikuti perkembangan gejala
sosial kemasyarakatan yang terjadi di masyarakat.Guru sosiologi tidak akan
mampu bicara banyak, kalau tidak mengikuti peristiwa-peristiwa sosial yang
selalu berkembang setiap hari. enulis ingin menegaskan bahwa, laboratorium orang-orang
sosiologi iti adalah “Masyarakat”.
Daftar
Bacaan
Maliki,Zainuddin.2008.Sosiologi Pendidikan.gajah Mada
University:Yogyakarta.
Saptono dan Suteng .B. sosiologi, untuk SMA kalas
XI.Penerbit Phibeta: Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar