Rabu, 15 Mei 2013

MENGGUNAKAN PARADIGMA KONSTRUKTIVISTIK DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI



Oleh : Drs. Ikhwan M.Si2




A.   Pendahuluan
         Saat ini pembelajaran sosioplogi ibarat seorang yang mencari arah di persimpangan jalan. Menoleh kesana kemari, lalu memikirkan arah mana yang mesti di tempuh.Pada tingkat sekolah menengah kebingungan ini semakin memuncak ketika diberlakukannya kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 bisa saja berdampak pada proses pembelajaran, dan sikap siswa terhadap mata pelajaran sosilogi. Muara dari  semua persoalan ini adalah rendahnya minat dan motivasi belajar siswa, merosotnya aktivitas dan hasil belajar mereka.

Berangkat dari persoalan di atas, sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat dan hasil belajar siswa dalam bersekolah bila dihimpun, kedua faktor dimaksud adalah faktor internal, dan faktor eksternal.faktor eksternal adalah faktor yang langsung melekat pada diri siswa sendiri, seperti tingkat kecerdasan,daya juang,motivasi berhasil,minat dan sikap terhadap mata pelajaran .faktor internal yaitu faktor di luar diri siswa seperti latar belakang,sosial ekonomi orang tua, teman sebaya, sarana dan prasarana sekolah, Lingkungan belajar. Diantara faktor eksternal yang sangat perlu mendapatkanPerhatian adalah faktor kompetensi guru yang mengajarkan mata pelajaran kepada peserta didik.  

Khusus dalam mata pelajaran sosiologi ada tiga permasalahan pokok yang diduga sebagai penyebab rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran sosiologi. Pertama:masalah teknik pembelajaran yang tidak menumbuhkan motivasi siswa,kedua:eksistensin guru bukan sebagai fasilitator,tetapi seorang pengajar yang menggurui siswa,ketiga;penyampaian pembelajaran yang kurang interaktif (Xaviery,Artikel:http://re-seaarchengines,2009). Ketiga permasalahan ini tidak hanya berlaku untuk pembelajaran sosiologi, tetapi hal yang sama juga dialami oleh pembelajaran lain.
            Sebenarnya, banyak hal yang mungkin dilakukan untuk pembelajaran yang lebih efektif. Salah satunya pembelajaran yang menerapkan paradigma kontruktivistik,yang dikembangkan oleh Chomsky,Simon, dan Bruner (Maliki,2008). Melalui tulisan ini pembaca akan mengetahui tentang:pengertian pradigma konstruktivistis, macam aktivitas pembelajaran berdasarkan paradigma konstruktivistis dalam proses belajar mengajar.


B.     Pembahasan

1.      Pengertian
Pembelajaran menggunakan paradigma konstruktivisme adalah pembelajaran yang mengembangkan pemahaman siswa (Student’ understanding). Ini juga berarti bahwa guru berusaha nmebangkitkan inisiatif dan kreatifitas pemikiran individu yang muncul akibat tantangan yang diberikan .Melalui pembelajaran konstruktivistik siswa menjadi lebih aktif menentukan apa yang mesti dipikirkan,mereka membentuk makna dari gejala dan peristiwa, memahami konsep,prinsip dan teori-teori.
Ada dua jenis pendidikan konstruktivistik yaitu konstruktivistik psikologis, dan sosial ( Maliki,2008).Pendekatan menggunakan konstruktivistik psikologis artinya memberikan focus pembelajaran kepada siswa,sehingga mereka mampu mengkonstruk pengetahuan,keyakinan dan identitasnya sendiri selama proses pembelajaran contoh-contoh pembelajaran dengan pendekatan mengunakan konstruktivistik psikologis antara lain:belajar mandiri untuk mengambil kesimpulan – kesimpulan sendiri, meresume buku, meresume isi sebuah cerita, mengembangkan ide-ide pokok materi, dan membuat makalah.
Pendekatan menggunakan konstruktivistik sosial yaitu, pembelajaran yang difokuskan kepada peran faktor sosial dan budaya. Dalam pembelajaran hendaknya dikembangkan peran-peran interaksi sosial. Vigostky sebagai pendukung pendekatan ini mengajukan agar guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Ini berarti di dalam kelas itui ada kegiatan kelompok.

2.      Keuntungan Penggunaan
Pembelajaran menggunakan paradigama konstruktivistik memiliki beberapa keuntangan antara lain:
a.       Peserta didik memiliki pemahamam yang lebih dalam dan bermakana terhadap isi materi pembelajaran.
b.      Peserta didik memilik potensi instrinsik dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
c.       Pembelajaran dipandang sebagai proses yang dikendalikan sendiri oleh peserta didik
d.      Terciptanya pembelajaran kolaboratif dimana siswa memperoleh kesempatan luas untuk saling berinteraksi dengan teman-temannya.
e.       Peserta didik memiliki pengalaman, dan bukan sekedar pengetahuan yang mereka peroleh lewat buku-buiku pelajaran.

  
3.      Aktivitas Belajar dalam Pembelajaran Sosiologi
Sehubungan dengan dua paradigm konstruktivistik yaitu konstruktivistik psikologis dan social, maka ada beberapa aktivitas pembelajaran yang mungkin dilakukan guru dalam proses pembelajaran. Aktivitas pembelajaran yang dimaksud dalam tulisan ini lebih terarah untuk pembelajaran sosiologi. Namun bukan berarti aktivitas ini tidak sesuai dengan pembelajaran lain.
Untuk pembelajaran dengan paradigm konstruktivistik psikologis (misalnya pembelajaran sosiologi di SMA kelas XI) antara lain:
a.       Identifikasi konflik social di masyarakat, solusi berdasarkan argumentasi teoritis
b.      Identifikasi mobilitas sosial, dan memahami factor faktor penyebab,serta dampaknya (baik positif maupun negatif)
c.       Masyarakat kultural, identifikasi kelompok-kelompok sosial dan memahami keanekaragaman masyarakat.

Untuk pembelajaran dengan paradigma konstruktivistik sosial maka teknik pembelajarannya didekatkan dengan peristiwa keseharian di masyarakat. Dengan topik yang sama (sebagaimana butir materi diasta) maka teknik pembelajaran yang dapat dilakukan antara lain:
a.       Identifikasi konflik sosial di masyarakat,solusi verdasarkan dialog dengan teman kelompok, dan kelas .
b.      Identifikasi mobilitas sosial, memahami faktor-faktor penyebab, serta dampaknya (baik positif maupuin negatif), di dalam bentuk diskusi kelompok atau seminar kecil.
c.       Masyarakat kultural, identifikasi kelompok –kelompok sosial dan memahami keanekaragaman masyarakat, dan diskusikan dalam kelompok kecil maupun besar.

Pembelajaran menrapkan paradigm konstruktivistik social ada kemiripan dengan model pembelajaran  “cooperative learning”.Sebagaimana diketahui pembelajararan cooperative learning merupakan pembelajaran yang mengandalan kerjasama kelompok persis seperti apa yang diharapakan oleh paradigma konstruktivistik dimana pembelajaran kerjasama bertujuan membentuk watak dan  mental para siswa untuk memecahkan masalah-masalah penting di masyarakat. Melalui pembelajaran kerjasama akan terbina pada diri siswa saling menghargai,rasa persatuan , dan memahami kekurangan dan kelebihan orang lain. Ego kelompok dan individu menjadi berkurang
Metoda pembelajaran kooperatif sangat cocok dikembangkan alam KTSP,khususnya untuk mata pelajaran sosiologi. Dengan metoda ini berkembang kompetensi jamak siswa yang tidak hanya menekankan pada kekayaan aspek intelektual atau kognitif semata, tetapi juga kekayaan sosial seperti rasa kesetiakawanan, kemampuan mengendalikan emosi memelihara ego individu/kelompok, dan kemampuan berbahasa.
Salah satu teknik pembelajaran yang terdapat dalam metoda cooperative learning  adalah teknik guru siswa maksudnya,memposisikan siswa menjadi guru bagi teman-temanya sendiri.Teknik ini dapat dilakukan secara berkelompok,masing-masing kelompok ada siswa dan ada guru, setiap individu dapat diposisikan menjadi guru, bergantung pada banyak sedikitnya materi yang akan disampaikan.
Bagi siswa,beberapa keuntungan mengunakan teknik student teacher ini diantaranya:
1.      Menguasai materi pembelajaran dengan cepat
2.      Meningkatkan kompetensi berkomunikasi
3.      Mengembangkan kemampuan personal dan interpersonal
4.      Belajar lebih mandiri,tidak terlalu banyak bergantung pada informasi dari guru
5.      Belajar dalam suasana yang menyenangkan, tidak monoton dan kaku.
  
Keuntungan teknik Student teacher bagi guru diantaranya:
1.      Cepat mengetahui sejauhmana siswa telah memahami materi ajar yang diberikan
2.      Mengetahui potensi lain selain kognitif siswa,aseperti potensi afektif kompetensi personal, interpersonal dan sosial.
3.      Mengajar lebih efektif, tidak lelah, dan karena “tugas guru diambil alih oleh siswa”,guru berbicara pada waktu memberikan resume materi ajar di akhir pembelajaran.
4.      Dapat memantau perkembangan belajar siswa dengan lebih leluasa.

Mempertimbangkan tiga hal yaitu:
a.  Peserta didik akan lebih banyak belajar daripada yang mereka katakana atau lakukan sendiri dari pada apa yang akan dikatakan orang lain.artinya,pengalaman-pengalaman nyata individu di masyarakat, lalu bisa mengkaitkannya dengan materi yang diberikan di sekolah/dikelas, sangat memungkinkan.
b.Ukuran kelas dan kelompok umumnya terlalu besar untuk membuka cukup kesempatan bagi masing-masing anggota kelas dan kelompopk untuk “berbicara” (menyampaikan gagasan) dalam diskusi yang terbuka.
Kelas dalam pengertian modern bukan kelas yang dibatasi oleh ruang tertentu. Kelas dalam pengertian ini (Suwarsih Madya,2002) adalah kelas, dimana siswa dapat belajar dengan aman,tenang,kemudian mempraktekkan materi yang diberikan itu sesuai dengan kondisi nyata di masyarakat.
c.  Jika Anda menyelesaikan masalah dengan cara “membuat kelompok –kelompok hiruk-pikuk” terhadap hal-hal, pertanyaan-pertanyaan atau isu-isu kunci, bagaimana Anda menjaga agar mereka tetap pada tugas dan focus yang jelas? Bagaimana anda mengontrol kelas agar tetap dalam kondisi efektif dan positif? Peran guru terhadap gejala perkuliahan seperti ini perlu ditingkatkan. Cara-cara guru,gaya mengajar, cara bergaul dengan siswa, ikut berpengaruh terhadap efektifitas kelompok.
     Pendekatan paradigma kontruktivistik mana yang akan digunakan bergantung pada beberapa aspek yaitu :
a.       Waktu yang tersedia
b.      Jumlah siswa
c.       Sarana Pendukung (Luas ruangan, dan sumber literature).
d.      Ketersediaan data


C.   Penutup
            Pembelajaran konstruktivistik memungkinkan dilaksanakan dalam semua level pendidikan,namun perlu ada penyesuaian –penyesuaian terkait denga level kognitif peserta didik.Dalam pembelajaran sosiologi, baik di sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun si Sekolah Menengah Atas ( SMA) pembelajaran menggunakan paradigma ini dengan tepat dilakukan. Jika Guru bermaksud menyelenggrakan model kontruktivstik psikologis, maka siswa diperkaya dengan literatur /buku sumber yang cukup, sumber internet, jurnal, media masa seperti koran dan majalah. lalu siswalah yang dimaksimalkan untuk menguasai satu pokok materi, dengan pemahaman dari barbagai sumber tadi. Jadi, pembelajaran menggunakan pendekatan paradigma kontruktivistik cenderung membangkitkan potensi kognitif siswa secara individual.
     Selanjutnya jika guru ingin melaksankan pembelajaran sosiologi menggunakan pendekatan paradigm konstruktivistik social,guru hendaklah lebih menghadapkan siswa ke persoalan – persoalan nyata di masyarakat, berikan tugas-tugas berupa research sederhana, lalu pecahkan persoalan itu di dalam kelompok. Dengan demikian jelaslah bahwa pendekatan konstruktivistik sosial, cenderung membangkitkan potensi kelompok, adanya interaksi individu dalam memahami isi materi ajar.
Saran
     Pembelajaran mengunakan pendekatan paradigma konstruktivistik di anggap cocok digunakan dalam pmbelajaran sosiologi. Guru-guru sosiologi, dianjurkan untuk mencoba menggunakan pendekatan ini di kelasnya masing-masing. Untuk penerapan paradigma ini, guru-guru sosiologi perlu meningkatkan kompetensinya dengan cara memahami materi dari berbagai literatur ,dan yang sangat penting sekali adalah mengikuti perkembangan gejala sosial kemasyarakatan yang terjadi di masyarakat.Guru sosiologi tidak akan mampu bicara banyak, kalau tidak mengikuti peristiwa-peristiwa sosial yang selalu berkembang setiap hari. enulis ingin menegaskan bahwa, laboratorium orang-orang sosiologi iti adalah “Masyarakat”.

Daftar Bacaan

Wenger, Win.2004. Beyond Teaching & Learning.memadukan Quantum Teaching & Learning .Nuansa: Bandung.

Maliki,Zainuddin.2008.Sosiologi Pendidikan.gajah Mada University:Yogyakarta.

Saptono dan Suteng .B. sosiologi, untuk SMA kalas XI.Penerbit Phibeta: Jakarta.

Mangkoesaputro AA.Impleentasi model Cooveratie Learning dalam Pendidikan IPS di tingkat IPS di tingkat persekolahan.



0 komentar:

Posting Komentar