Selasa, 10 Juli 2012

KKL: Moral Ekonomi Petani Masyarakat (Belum di Edit)

(Studi Kasus Desa Dukuh Tengah Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal  Propinsi Jawa Tengah)




Disusun Oleh:
Gurnadi Ridwan
Iqbal Aminuzal
Neny Mulyaningsih
Nesa Febrisanti

Sosiologi Pembangunan ( Non Reguler )’09
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta
2012


BAB 1
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang Masalah
            Desa memiliki hak untuk mengurus/mengatur rumah tangganya sendiri yang disebut otonomi desa. Hak untuk mengurus/ mengatur rumah tangganya sendiri sebagai kesatuan masyarakat hukum tidak hanya berkaitan dengan kepentingan pemerintahan (kenegaraan) semata, akan tetapi juga berkaitan dengan kepentingan masyarakatnya. Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa, tetapi desa memberikan sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah merupakan bagian dari rangkaian pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan  rangkaian upaya pembangunan  secara berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat.
            Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, termasuk penciptaan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat desa. Penduduk pedesaan adalah merupakan suatu potensi sumber daya manusia yang memiliki peranan ganda, yaitu sebagai objek pembangunan dan sekaligus sebagai subjek pembangunan. Dikatakan sebagai objek pembangunan, karena sebagian penduduk di pedesaan dilihat dari aspek kualitas masih perlu dilakukan pemberdayaan.
Sebaliknya sebagai subjek pembangunan penduduk pedesaan memegang peranan yang sangat penting sebagai kekuatan penentu  (pelaku) dalam proses pembangunan pedesaan maupun pembangunan nasional. Pembangunan desa di Indonesia dipengaruhi oleh masalah sosial-ekonomi dan politik. Pembangunan desa di Indonesia masih lemah dari berbagai aspek pembangunan, baik aspek bantuan dan dukungan moril, politik, teknologi, maupun pendanaan, pengaruh pembaguian kerja dan kultur masyarakat desa mempengaruhi debit percepatan perkembangan desa. Berikut data statistik mengenai Luas Penggunaan Lahan Menurut Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 Land Use Area by Regency/City in Jawa Tengah Province 2007:

Tabel 1
Luas Penggunaan Lahan Menurut Kabupaten / Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007 Land Use Area by Regency/City in Jawa Tengah Province 2007[1]
NO
Kabupaten/Kota
Regency / City

Lahan Sawah (Ha)
Paddy field Area

Jumlah Total (Ha)
Total
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.


Kab. Cilacap 
Kab. Banyumas

Kab. Purbalingga

Kab. Banjarnegara

Kab. Kebumen

Kab. Purworejo

Kab. Wonosobo

Kab. Magelang

Kab. Boyolali

Kab. Klaten

Kab. Sukoharjo

Kab. Wonogiri

Kab. Karanganyar

Kab. Sragen

Kab. Grobogan

Kab. Blora

Kab. Rembang 

Kab. Pati

Kab. Kudus

Kab. Jepara

Kab. Demak

Kab. Semarang

Kab. Temanggung


Kab. Kendal

Kab. Batang

Kab. Pekalongan

Kab. Pemalang

Kab. Tegal

 Kab Brebes

 Kota Magelang 

 Kota Surakarta
 
Kota Salatiga 

Kota Semarang

 Kota Pekalongan

Kota Tegal 


JUMLAH


63.094
32.226
21.472
14.568
39.807
30.115
17.288
37.250
23.077
33.435
21.111
32.148
22.241
40.339
63.435
46.505
30.091
58.348
20.579
26.409
49.278
24.405
20.630
26.196
22.288
25.307
38.267
40.384
63.280
213
106
774
3.980
1.283
895
990.824
150.757
100.533
56.293
92.406
88.467
73.367
81.180
71.323
78.430
32.121
25.555
150.089
54.979
54.310
134.150
132.935
71.319
90.772
21.938
74.007
40.465
70.281
66.393
74.031
56.607
58.306

62.923

47.586

102.493

1.599

4.297

4.522

33.387

3.213

2.554

2.263.588

213.851
132.759
77.765
106.974
128.274

103.482

98.468

108.573

101.507

60.556

46.666

182.237
77.220
94.649
197.585
179.440

101.410

149.120

42.517
100.416
89.743
94.686
87.023
100.227
78.895
83.613
101.190
87.970
165.773
1.812
4.403
37.367

37.367

4.496

3.449

3.254.412

               
Berdasarkan data yang terdapat di atas bahwa Kab. Cilacap, bukan lahan sawah (Ha Non Paddy field Area) itu sebesar 150.757 . Sedangkan Kab. Tegal, bukan lahan sawah (Ha Non Paddy field Area) hanya sebesar 47.586. Sehingga, Kab. Cilacap lebih besar jumlah bukan lahan sawahnya dibandingkan Kab. Tegal. Kota tegal lahannya lebih identik digunakan untuk pertanian berupa sayur-sayuran,umbi-umbian dan buah-buahan. Seperti salah satu contoh desa swadaya ada di  Desa Dukuh Tengah Kabupaten Tegal provinsi Jawa Tengah ini lahannya ditanami sayuran seperti Jagung, Kol, Cabai, sawi dan wortel. tanaman umbi-umbiannya yaitu singkong dan ubi. Kemudian, tanaman buah-buahannya yakni jeruk dan pisang.
Desa Dukuh Tengah tersebut memiliki banyak potensi sumber daya alam khususnya dalam bidang pertanian. Pertanian di desa ini bersifat homogen, banyak petani yang memiliki produk pertanian yang sama, di antaranya jagung, kol, cabe, sawi, dan wortel. Namun, potensi tersebut tidak dapat diberdayakan secara maksimal oleh petani dikarenakan belum adanya bantuan dari pemerintah dan masih mengandalkan tadah hujan sebagai pengairan. Sehingga kualitas hasil produksi tidak maksimal. oleh karena itu, pendapatan petani di desa ini tidak sebesar petani di desa lainnya.
                                                                                         
1.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, yang menjelaskan tentang moral ekonomi petani, masyarakat Desa Dukuh Tengah, Tegal, Jawa Tengah. Maka dapat  dirumuskan beberapa pertanyaan permasalahan, yaitu: 
1.      Bagaimana etos kerja petani di Desa Dukuh Tengah?
2.      Bagaimana dengan dinamika yang terjadi pada sistem pertanian di Desa Dukuh Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian dan Signifikansi
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan moral ekonomi petani, masyarakat  Desa Dukuh Tengah, Tegal, Jawa Tengah Tengah. Penelitian ini juga memiliki signifikansi penelitian baik secara akademik maupun secara praktis, yang dijelaskan yakni:
1.      Secara akademik penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan etos kerja petani di daerah tersebut.
2.      Menjelaskan  dinamika yang terjadi pada sistem pertanian di Desa Dukuh Tengah.

1.4  Signifikansi Penelitian
       Signifikansi dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan produksi pertanian yang ada di Desa Dukuh Tengah. Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan wacana dan dapat dijadikan kajian ilmiah dan dasar bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Tinjauan pustaka
       Banyak studi yang telah dilakukan oleh para peneliti mengenai pembangunan pertanian untuk Indonesia. Mengacu kepada penelitian terdahulu pada tema pertanian, peneliti pada posisi lain melihat bagimana strategi atau upaya yang di laukan oleh para petani dalam menjalankan usahannya. secara tidak langsung, para petani pun di hadapkan oleh resiko pertanian yang belum tentu mereka atasi sendiri seperti penelitian yang di lakukan : Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono Pranatra Baroto di Desa Sumber Jaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasidengan fokus penelitiannya pada strategi bertahan petani padi di Desa Sumber Jaya[2]. Wicaksono Pranatra Baroto meneliti dampak yang dirasakan oleh para petani karena lahan pertanian yang ada berubah menjadi pemukiman penduduk dan industri. keterbatasan akses tersebut yang di miliki oleh para petani kapisan bawah, menjadikan keadaan mereka semakin tertingal dan tertekan.
       Kondisi geografi desa sumber jaya sudah tidak lagi memungkinkan bagi pengembangan dan peningkatan pertanian akibat penyusutan lahan pertanian. Sehingga strategi yang dilakukan petani merupakan sebuah upaya untuk bertahan pada sebuah situasi dari sistem sosial masyarakat. Upaya mempertahankan eksistensi lahan sawah dan peningkatan pendapatan petani akan sangat ditentukan oleh keberhasilan program disversifikasi usaha tani. Kinerja disversifikasi di lahan sawah memiliki prospek yang baik tetapi dihadapkan kepada sejumlah kendala teknis, ekonomi, lingkungan, sosial, dan budaya. Secara sistemik, pengetahuan dan teknologi lokal telah dimusnahkan oleh model revolusi hijau dan sistem ekonomi kapitalis, maka kearifan berbudidaya harus direbut kembvali oleh masyarakat petani sendiri secara mandiri.

1.6 Kerangka konseptual
       1.6.1 Pengertian Pertanian
       Pada umumnya pertanian memiliki artian bercocok tanam dan usaha kegiatan bertanam, tetapi secara luas pertanian meliputi bercocok tanam, kehutanan , perikanan dan perternakan. Dalam melaksanakan kegiatan pertanian, terdapat dua pengertian pada tempat yang di gunakan untuk melaksanakan petanian, pertama lahan sawah dan kedua lahan kering. Lahan kering adalah lahan yang tidak digenangi oleh air, tetapi sesekali disiram dengan air. Sedangkan lahan sawah adalah lahan yang disaat-saat tertentu digenagi air untuk ditanami, kalau terus-menerus digenangi namannya tambak atau kolam. Air sawah sendiri terbagi menjadi dua, pertama :
1.      Sawah irigasi, tandah hujan, rawa dan paluh adalah pengairan atau pemberian air kelahan dengan sprinkle atau drainasi
2.      Lahan kering adalah lahan yang di usahakan kering dan sering juga disebut lahan darat, tegalah, huma atau ladang (biasanya untuk usaha perkebunan).

       1.6.2 Konsep Subsisten
            Pertanian Subsisten memiliki ciri dimana unit produksi dan unit konsumsi dijadikan satu, arinya apa yang mereka ingin tanam-jual adalah apa yang mereka ingin makan. Pertama adalah moral subsisten, dimana petani lebih menyukai bentuk-bentuk aman dari pertanian, jarang sekali mengambil resiko besar untuk maju, ini terlihat dari cara menanam dan mengelolah pertaniaan. Tanaman pertania yang di tanam cenderung menanam tanaman yang bisa diprediksi.

       1.6.3 Konsep Rasional
       Maksimalisasi potensi yang ada sehingga memiliki daya dan nilai jual yang lebih.

1.7 Hubungan Antar Konsep
Hubungan Konsep moral Ekonomi dengan konsep Petani ini sangat berkesinambungan. Karena moral ekonomi petani masyarakat Desa Dukuh Tengah ini ditentukan tergantung dari pola pikir petani dalam pemanfaatan dan pengelolaan pertaniannya. Mata pencaharian penduduk Desa Dukuh Tengah hampir seluruhnya petani, disebabkan tiap rumah warga terdapat area perkebunan atau ladang milik pribadi yang tidak begitu luas. Petani disini menggunakan sistem pengairan berupa tadang hujan. Hal ini dikarenakan sungainya kering jikalau musim kemarau. Oleh karena itu, petani di desa Dukuh Tengah hanya menanam padi pada musim penghujan. Sementara pada musim kemarau, petani menggarap ladang berupa tanaman seperti sayur-sayuran,umbi-umbian dan buah-buahan seperti Jagung, Kol, Cabai, Cengkeh,singkong, ubi, jeruk, pisang, dan kopi.
Komoditas pertanian masyarakat Desa Dukuh Tengah, tanaman yang ditanam itu adalah sayur-sayuran dan umbi-umbian seperti jagung, kol, sawi, singkong, cabai, wortel dan buncis. Sebagian besar penduduk pedesaan adalah bermata pencaharian sebagai petani, berkebun, dan pekerjaan yang berkaitan dengan lahan. Lahan di sekitar pedesaan merupakan salah satu alat untuk landasan perekonomian, faktor produksi, dan sumber kemakmuran yang dimiliki oleh masyarakatnya. Hal itulah yang tidak lepas dari desa Dukuh Tengah itu sendiri, penduduk desa ini hampir keseluruhannya masih menggantungkan hidupnya dari bertani. Lahan itu sendiri secara turun-menurun di wariskan ke generasi berikutnya dan tentu saja tidak merubah fungsi asli dari lahan tersebut yaitu untuk bertani ataupun berkebun. Namun di dalam unit produksi dan konsumsi pertaniannya itu dijadikan satu. artinya apa yang mereka ingin tanam-jual adalah apa yang mereka ingin makan. Contoh Petani Desa Dukuh Tengah menanam tanaman jagung, maka makanan pokok mereka adalah nasi jagung, meski ada juga beberapa yang memakan nasi, biasanya mereka beli dari hasil petukaran dengan produk yang mereka tanam atau mereka memiliki sawah/ padi. Sebagian dari hasil panen mereka jual dan sebagainnya lagi dimakan untuk dijadikan lauk-pauk dirumah. Maka pola pengelolaan dan pemanfaatan tersebut dapat dikatakan moral ekonominya bersifat subsisten, dimana petani lebih menyukai bentuk-bentuk aman dari pertanian, jarang sekali mengambil resiko besar untuk maju, ini terlihat dari cara menanam dan mengelola pertaniaan. Tanaman pertanian yang di tanam cenderung menanam tanaman yang bisa diprediksi.
Akan tetapi, seiring dengan jaman yang sudah modern dan uang menjadi prioritas pada saat sekarang ini. Maka, pola pikir sebagian petani Desa Dukuh Tengah pun berubah maju. Moral ekonomi petani dulunya masih bersifat subsisten sekarang menjadi moral ekonomi yang bersifat rasional yakni petani yang visioner, berfikir maju dan melakukkan maksimalisasi terhadap nilai, alat dan produk pertaniaan. Ia bisa mengambil resiko guna keluar dari zona  amannya. Dimana dalam maksimalisasi hasil tanah, ia menggunakan strategi dalam menanamnya tidak hanya sesuai keinginan mereka yang mereka tanam-jual adalah apa yang mereka ingin makan. Namun pola dalam memaksimalisasi hasil tanahnya lebih cenderung ke pemikiran bagaimana tanaman yang dihasilkan memiliki nilai jual tinggi dipasaran. walaupun proses penanaman tanaman tersebut memerlukan waktu lama namun hasilnya sangat memuaskan karena memiliki daya dan nilai jual yang lebih. Ini menunjukan bahwa moral ekonomi petaninya bersifat rasional.

1.8  Metodelogi penelitian
1.8.1 Pendekatan dan Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian fenomenologi. Alasan kami sebagai peneliti memilih pendekatan ini karena pendekatan kualitatif memiliki rancangan penelitian yang tidak linear. Pendekatan kualitatif bisa dikatakan penelitian yang tidak menggunakan metoda matamatik dan statistik.
Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi-asumsi dasar yang akan digunakan dalam penelitian. Lalu asumsi tersebut diterapkan dalam pengumpulan data dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan. Lalu dengan jenis penelitian fenomenologi, peneliti ingin mengungkap atau mendeskripsikan pengalaman subjek akan pembangunan  di Desa Dukuh Tengah terutama tentang etos kerja petani di Desa Dukuh Tengah dan dinamika yang terjadi pada sistem pertanian di Desa Dukuh Tengah tersebut. Yang dalam penelitian ini adalah moral ekonomi petani, masyarakat Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Bojong, Tegal,  Jawa Tengah dan dispesifikasikan ke dalam sebuah penelitian kualitatif dengan konsep sosiologis tertentu.

1.8.2 Subyek, lokasi dan waktu penelitian
a.       Subyek penelitian                                                                                    
Subjek penelitian kelompok kami adalah moral ekonomi petani, masyarakat Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Bojong, Tegal, Jawa Tengah. Alasan peneliti mengambil subyek penelitian ini karena pada komunitas pertanian memiliki moral ekonomi petani yang mayoritas penduduknya bertani subsisten. Dengan demikian, dapat mempengaruhi  etos kerja petani dan dinamika sistem pertanian, serta faktor pendorong dan penghambat pertanian di Desa Dukuh Tengah tersebut dalam mengembangkan hasil sektor usaha pertaniannya.
b.      Lokasi penelitian
Dalam melakukan penelitian tentang moral ekonomi petani, masyarakat Desa Dukuh Tengah, Tegal, Jawa Tengah, peneliti mengambil lokasi penelitian di daerah tegal desa Dukuh Tengah kecamatan bojong, kabupaten tegal.Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian di sana, karena dukuh tengah memiliki aspek komoditas pertanian produknya cenderung homogen dan  penghasilan didapat dari berkebun, bertani dan nyadap getah.  selain itu, mayoritas penduduknya bertani subsisten sehingga mempengaruhi moral ekonomi petani, masyarakat Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Bojong, Tegal,  Jawa Tengah tersebut.

c.       Waktu penelitian
Tanggal : 20 Juni 2012-26 Juni 2012

1.8.3 Prosedur pengumpulan data
Prosedur pengumpulan data yang akan kami lakukan dengan menggunakan  dua metode, yaitu:
a.     Data primer:
·         Observasi (pengamatan)
Pada kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan langsung di lapangan dan kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut secara lengkap dan akurat. Pada observasi ini tujuannya mengamati gejala-gejala, kejadian-kejadian, atau objek-objek dari subjek penelitian untuk mendukung hasil penelitian yang dilakukan.
·         Wawancara
Melakukan tanya jawab kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan subjek penelitian, pertama adalah komunitas petani wanita dan masyarakat umum. Teknik wawancara yang dilakukan misalkan seperti wawancara mendalam, wawancara berstruktur, atau wawancara sambil lalu.
b.    Data Sekunder:
Untuk pengambilan data sekunder, peneliti mengambil data dari dokumentasi yang dimiliki oleh komunitas petani di Desa Dukuh Tengah yang nantinya akan peneliti jadikan acuan sebagai penambah informasi untuk memperjelas penelitian ini.
1.8.4 Prosedur Pengolahan Data
Setelah data primer dan sekunder yang diperlukan terkumpul maka data tersebut akan diolah dengan metode : Deskriptif kualitatif, yaitu pengolahan data melalui wawancara langsung serta pemahaman mendalam yang telah diperoleh dengan menggambarkan karakteristik dan spesifikasi objek penelitian yang diangkat.

1.8.5 Peran peneliti
Peran peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai pengumpul data dan pengamat partisipan. Peneliti disediakan waktu untuk turun langsung di lapangan dengan cara berbaur dengan komunitas petani wanita dan menggali data sebanyak mungkin. Data-sata tersebut dikumpulkan melalui wawancara mendalam, wawancara berstruktur, atau wawancara sambil lalu. Tidak hanya itu, agar data yang terkumpul lebih variatif peneliti juga melakukan pengamatan dan penelusuran di daerah desa Dukuh Tengah, terutama pada saat masyarakat sedang beraktifitas agar memudahkan melakukan pengamatan.Teknik tersebut digunakan untuk mendapatkan informasi mendalam dari berbagai informan yang kami wawancara.

1.8.6 Strategi validasi dan keterbatasan penelitian
Dalam strategi validasi data, peneliti melakukan triangulasi, yaitu kroscek data dari satu sumber dengan sumber lainnya. Untuk mengetahui apakah hasil wawancara kepada komunitas para petani secara akurat atau tidak, maka peneliti melakukan kroscek melalui observasi, dengan turun langsung ke lokasi penelitian. Selain melakukan kroscek dengan melakukan observasi, peneliti juga menguji data yang telah didapat dengan data sekunder, yaitu sumber yang berasal dari dokumentasi yang dimiliki oleh desa dukuh tengah. Sedangkan untuk keterbatasannya sendiri.

1.9  sistematika penulisan
       Penelitian ini akan menerangkan kajian mengenai “moral ekonomi petani, masyarakat Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Bojong, Tegal,  Jawa Tengah”. Laporan hasil kuliah kerja lapangan yang akan dibuat oleh penulis ini, terdiri dari 3 bagian, yaitu  pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Ketiga bagian ini akan dipaparkan kembali ke dalam 5 bab, yakni satu bab pendahuluan, tiga bab pembahasan atau isi, dan satu bab lagi yaitu penutup.
       Pada BAB I penulis akan menerangkan latar belakang mengenai gambaran umum pertanian masyarakat Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Bojong, Tegal,  Jawa Tengah, permasalahan yang ingin diteliti, kerangka konseptual yang memandu peneliti dalam menganalisis permasalahan yang dikaji, tinjauan pustaka yang berisikan penelitian terdahulu yang sejenis, dan menjelaskan metodologi penelitian yang akan digunakan didalam penelitian.
       Bagian pembahasan studi ini akan dipaparkan dalam bab 2,3, dan 4, yang ketiganya berisikan hasil temuan lapangan peneliti selama melakukan penelitian. Pada BaB II, penulis akan menerangkan gambaran umum Desa Dukuh Tengah tentang profil demografi Desa Dukuh Tengah, kondisi Desa Dukuh Tengah, konteks Sosial Budaya Desa Dukuh Tengah, dan kondisi Politik Desa Dukuh Tengah. BAB III, penulis akan menjelaskan mengenai keanekaragaman Perkebunan  di Desa Dukuh Tengah yakni komoditas masyarakat Dukuh Tengah, Tanaman Musiman yang di tanam, Produk Pokok Panen yang menunjang, perbandingan harga dan masa panen tanaman. Selain itu, Penulis akan menjelaskan Pola dan Alat produksi petani Dukuh Tengah serta dinamika Dinamika pertanian Masyarakat Duku Tengah ini yakni Faktor Pendorong dan Penghambat Pertanian di Duku Tenggah.
            BAB IV, adalah pembahasan dari permasalahan utama penelitian, yang menjabarkan mengenai temuan-temuan yang dihasilkan di lapangan dan dihubungkan dengan teori yang relevan dengan permasalahan dan temuan penelitian. Dengan teori yang didapat oleh peneliti diharapkan penelitian ini menjadi lebih tersusun sehingga dapat berguna. BAB ini akan menjelaskan tentang “Etos Kerja Petani Dukuh Tengah yang has dari keluarga petani yang berorientasi pada subsisten namun ada juga yang moral ekonominya bersifat rasional”; terkait pada permasalahan petani di Dukuh Tengah dalam memaksimalkan lahan yang ada untuk meningkatkan produktivitasnya. Serta akan menjelaskan peran upaya lembaga/instansi terkait dengan para petani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian lokal.
            BAB V merupakan bagian terakhir dalam studi ini, yang berisikan penutup dan kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian. Kesimpulan ini merupakan jawaban eksplisit dari pertanyaan penelitian yang penulis rumuskan.

BAB 2
Gambaran Umum Desa Dukuh Tengah

2.1 Konteks Historis Desa Dukuh Tengah
2.1.1        Profil Demografi Desa Dukuh Tengah
Desa Dukuh Tengah adalah salah satu desa dari 18 desa yang berada di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Desa tersebut bila ditempuh dari arah Slawi berada setelah desa Rembul dan jika ditempuh melalui dari arah Pemalang berada setelah desa Kedawung. Luas  desa Dukuh Tengah ini sekitar 535.808 ha, yang terbagi atas 108.568 ha (luas pemukiman penduduk), 6 ha (luas sawah), 70.225 ha (luas ladang), dan 351.020 ha (luas hutan). Desa Dukuh Tengah berbatasan langsung dengan Desa Karangmulya di wilayah utara, dengan hutan Gunung Slamet di wilayah selatan, dengan desa Rembul di wilayah barat serta dengan desa Kedawung di wilayah timur. Desa Dukuh Tengah ini terbagi lagi atas empat dusun yaitu pedukuhan Peneker, pedukuhan Anggah, pedukuhan Dempis dan pedukuhan Banyu Medal yang tersebar di sekitar desa Dukuh Tengah. Kemudian Desa ini terbagi atas 11 rukun tetangga (RT) dan 2 rukun warga (RW). Dengan luas wilayah 535.808 ha, desa Dukuh Tengah merupakan desa yang luas wilayahnya paling panjang dibandingkan dengan desa yang lainnya di wilayah kecamatan Bojong, serta luas wilayah desa ini terletak pada geografis yang melintang dari arah utara ke selatan. Desa Dukuh Tengah memiliki jumlah penduduk sekitar 2708 jiwa.
Kondisi dari Desa ini terdiri dari dataran rendah dan tinggi, lereng-lereng gunung dan perbukitan, serta beberapa ladang untuk bercocok tanam. Desa Dukuh Tengah ini juga dilalui oleh tiga aliran sungai yaitu sungai Erang, sungai Klewung dan sungai Kentengan. Ketinggian dari Desa Dukuh Tengah berkisar antara 950 mdpl sampai dengan 1100 mdpl. Berdasarkan dari topografi di atas, Desa Dukuh Tengah memiliki kondisi iklim yang sejuk dengan suhu antara 210C hingga 280C dan memiliki curah hujan 125 mm dengan jumlah bulan hujan 12 bulan. Berdasarkan topografi perairan di wilayah ini terbagi menjadi dua, yaitu perairan permukaan dan perairan bawah tanah. Dari perairan yang terdapat di permukaan berasal dari aliran air sungai dan air sisa rumah tangga yang dapat dimanfaatkan sebagai aliran irigasi untuk pengairan ladang penduduk. Namun air yang dapat mengalir di sungai hanya terdapat pada waktu musim penghujan saja, kecuali sungai Erang. Pada musim kemarau alirannya menjadi kering, faktor tersebut merupakan salah satu kendala bagi aliran untuk mengairi pertanian dan perkebunan penduduk. Sedangkan perairan yang berasal dari bawah tanah terdapat mata air di desa Dukuh Tengah yang terletak di pedukuhan banyu medal yang menjadi sumber mata air bersih untuk di wilayah desa ini. Saat ini mata air banyu medal sedang diproyeksikan menjadi mata air untuk memenuhi kebutuhan akan air di kota-kota di luar kecamatan bojong, yaitu kota Brebes, Tegal dan Slawi.
Semua kawasan desa Dukuh Tengah tersebut masih terkesan alami, dimana pada tiap-tiap puncak perbukitan dan lereng-lereng gunung masih terdapat hutan yang kemudian hutan tersebut dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dalam segi perkebunan, wilayah ini mayoritas dipenuhi oleh tanaman jagung,kol,sawi dan singkong yang terdapat di sekitar pekarangan rumah penduduk desa Dukuh Tengah. Dikarenakan tanaman tersebut cocok ditanam pada saat sekarang ini. Sebagian dari hasil perkebunan di desa Dukuh Tengah ini, dimanfaatkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat sendiri, namun beberapa dijual kepada pasar-pasar yang masih berada di sekitar wilayah desa Dukuh Tengah. Seperti Pak Sakrib, Pak Tarno dan Pak Sunadi . Berikut dapat dilihat informan pertama yang bernama Pak Sakib di bawah ini pada gambar 2 sebagai berikut:
Gambar.2
Kediaman Pak Sakrib[3]
 
Pada gambar diatas merupakan foto informan pertama yang berhasil diwawancara yang bernama Pak Sakrib. Pak Sakrib ini merupakan salah satu petani warga  RT 03 RW 01 Desa Dukuh Tengah. Pak Sakrib memiliki tanah seluas 20x15m3 berada di depan rumah dan memiliki tanah didaerah pesawahan dua kali lipat dari tanah yang ada di depan rumahnya. namun, pak sakrib selain menjadi seorang petani,ia juga bekerja sebagai tukang kuli bangunan.
Menurut penuturan Pak Sakrib, Desa Dukuh Tengah persebaran pemukimannya tidak terpusat. Artinya dapat disimpulkan masyarakat disini hidup terpencar.Terdapat beberapa bukit yang menghubungkan beberapa dusun. Di tiap rumah warga terdapat area perkebunan atau ladang milik pribadi yang tidak begitu luas. Jalanan tidak begitu luas dan masih berbatu apabila masuk kedalam.
Kemudian mata pencaharian penduduk Desa Dukuh Tengah sendiri diantaranya petani, buruh tani,buruh/Swasta, pegawai negeri, pengrajin, pedagang, peternak. Petani disini menggunakan sistem pengairan berupa tadang hujan. Hal ini dikarenakan sungainya kering jikalau musim kemarau. Oleh karena itu, petani di desa Dukuh Tengah hanya menanam padi pada musim penghujan. Sementara pada musim kemarau, petani menggarap ladang berupa tanaman seperti sayur-sayuran,umbi-umbian dan buah-buahan seperti Jagung, Kol, Cabai, Cengkeh,singkong, ubi, jeruk,pisang,dan kopi. Selain itu, petani di Desa Dukuh Tengah tersebut ada yang menjadi petani sadap getah pinus yang dijadikan mata pencaharian mereka. dalam sistem pelatihan tata cara industri dan pengrajinan di Desa Dukuh tersebut dibiayai oleh PNPM. dalam peternak yang ada di Desa Dukuh Tengah ini yakni peternak kambing. Kemudian dalam pengrajinnya sebagai pembuat kerajinan anyaman.
Komoditas pertanian masyarakat Desa Dukuh Tengah, Pak Sakrib memaparkan bahwa masyarakat pertanian Desa Dukuh Tengah tersebut menanam berbagai macam sayur-sayuran dan umbi-umbian seperti jagung, kol, sawi, singkong, cabai, wortel dan buncis. Pak Sakrib sendiri memiliki sebuah perkebunan kol, cabai dan jagung. hasil dari perkebunan tersebut ia jual kepemborong karena masa panennya sekitar 3 bulan sekali. dalam pemupukannya sendiri, ia menggunakan pupuk kimia. Harga kol per kilo gramnya yang dijual mahal itu seharga RP.2.000,00-RP. 3.000,00. harga yang murahnya berkisaran RP.500,00. Hasil panen tersebut biasanya dikirim ke Cirebon,Tegal dan Jakarta. mayoritas masyarakat Desa Dukuh Tengah menanam wortel dan kol.

Gambar.3
Kebun Pak Tarno[4]
 
Pada gambar diatas merupakan foto informan Kedua yang berhasil diwawancara yang bernama Pak Tarno memiliki tanah seluas ½ bahu ini ditanami jagung. harga jagung perkilogramnya berkisaran RP. 2.500,00-RP.17.500,00. namun Pak tarno berbeda dengan Pak Sakrib itu memanfaatkan hasil dari panen tanaman yang ia tanam untuk dijual ke pemborong tidak hanya untuk dikonsumsi sendiri. Kemudian kalau Pak Tarno sendiri memanfaatkan hasil dari panen wortelnya itu tidak untuk dijual. akan tetapi untuk dikonsumsi sendiri. harga wortel bisa mahal ataupun murah itu ditentukan tergantung kualitas wortelnya sendiri. karena faktor cuaca pun mempengaruhi pertumbuhan wortel tersebut. dikarenakan sistem pengairannya dari sebuah selokan yang airnya berasal dari satu sumber mata air dan dialirkan ke dua desa yakni Desa Dukuh Tengah dan Desa Kedaung. Jadi ketika musim kemarau tiba, maka hasil produksinya menjadi tidak maksimal.
Selain lahan perkebunan, kawasan desa Dukuh Tengah ini masih cukup banyak yang berupa hutan, hutan-hutan tersebut tersebar di beberapa pedukuhan di desa Dukuh Tengah, seperti di dukuh Peneker, pedukuhan Dukuh Anggah dan pedukuhan Banyu Medal.
Kemudian kawasan pemukiman pada pola persebaran masyarakat di Desa Dukuh Tengah  bersifat berkelompok dengan memiliki jarak antar rumah penduduk satu dengan yang lainnya sekitar 20 meter. Bangunan fisik yang terdapat di dalam desa Dukuh Tengah ini antara lain berupa balai desa, masjid dan musholla di sekitar rumah penduduk yang kurang lebih berjumlah sekitar 15 bangunan, SDN Dukuh Tengah serta fasilitas umum lainnya yang terdapat di desa ini.
Adapun fasilitas lainnya seperti drainase dan balai desa yang sedang dalam tahap pembangunan serta digunakan untuk aktivitas program posyandu. Sebagian jalanan di desa dukuh tengah sudah ada yang diperbaiki. Namun belum sepenuhnya jalanan tersebut diperbaiki, sebagian lagi sedang dalam tahap proses perbaikan. Adapun jalan yang belum tersentuh perbaikan ialah wilayah-wilayah terpencil yang terletak di pinggiran desa Duku Tengah. Sebaliknya rumah – rumah desa Duku Tengah mayoritas masih berstruktur sangat sederhana, hanya beberapa rumah saja yang sudah terlihat sudah modern. Rumah sederhana ini kami amati dari struktur bangunannya yang masih terbuat dari kayu dan berlantaikan semen.

2.1.2        Kondisi Desa Dukuh Tengah
Sebagian besar penduduk pedesaan adalah bermata pencaharian sebagai petani, berkebun, dan pekerjaan yang berkaitan dengan lahan. Lahan di sekitar pedesaan merupakan salah satu alat untuk landasan perekonomian, faktor produksi, dan sumber kemakmuran yang dimiliki oleh masyarakatnya. Hal itulah yang tidak lepas dari desa Dukuh Tengah itu sendiri, penduduk desa ini hampir keseluruhannya masih menggantungkan hidupnya dari berkebun. Lahan itu sendiri secara turun-menurun di wariskan ke generasi berikutnya dan tentu saja tidak merubah fungsi asli dari lahan tersebut yaitu untuk bertani ataupun berkebun. Namun pertanian dan perkebunan tersebut kebanyakan digarap oleh para buruh tani. Seperti itulah gambaran umum fungsi utama dari lahan yang dimiliki oleh penduduk pedesaan dan masih berlaku di Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Bojong. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari tabel 1 yang menggambarkan bahwa mata pencaharian masyarakat mayoritasnya sebagai buruh tani dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 2
Mata Pencaharian masyarakat Desa Dukuh Tengah[5]
Mata perncahatian
Jumlah
Petani
100
Buruh Tani
390
Buruh/Swasta
20
Pegawai Negeri
6
Pengrajin
75
Pedagang
50
Peternak
30

Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa mata pencaharian masyarakat Desa Dukuh Tengah paling banyak adalah buruh tani sebesar 390 orang. Dikarenakan lapangan pekerjaan Desa Dukuh Tengah sempit. Maka masyarakat pun, memilih menjadi buruh tani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari daripada tidak ada penghasilan sama sekali. Apalagi potensi alam di Desa Dukuh Tengah ini berpotensi sebagai pertanian dan perkebunan. Maka dari itu, banyak masyarakat yang penghasilnya didapat dari buruh tani menggarap pertanian milik orang lain.
Desa Dukuh Tengah memiliki jumlah penduduk sekitar 2708 jiwa. Desa ini memiliki potensi alam yang cukup berlimpah, khususnya dibidang pertanian dan perkebunan. Adapun masyarakat yang berprofesi sebagai petani berjumlah 78 orang, sebagai buruh tani 250 orang, buruh bangunan/swasta 150 orang, PNS 11 orang, pedagang 425 orang, dan yang lainnya 100 orang. Hampir seluruh masyarakatnya memiliki pekarangan di sekitar rumahnya untuk berkebun. Salah satunya adalah kebun sayur-sayuran, seluruh masyarakatnya ikut menggeluti kegiatannya dari menanam benih sampai memetik hasilnya untuk dijual ke pasar-pasar. Tidak heran lagi bahwa kehidupan sehari-hari masyarakat Dukuh Tengah bertumpu pada hasil menanam sayur-sayuran tersebut.
Mayoritas penduduk di desa Dukuh Tengah adalah lulusan SD, hanya sebagian kecil yang berpendidikan SMP sampai SMA. Hal tersebut dikarenakan masalah ekonomi, minimnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan, serta faktor akses menuju sekolah yang jauh. Di desa Dukuh Tengah hanya terdapat satu bangunan, yaitu SDN Dukuh Tengah, sedangkan untuk SMP dan SMA berada di desa lain. Impact dari kurangnya sarana pendidikan dan akses yang jauh membuat pengetahuan dan pemahaman akan teknologi rendah. Faktor ekonomi terlihat dari profesi masyarakat, kebanyakan masyarakatnya sebagai buruh tani. Kesadaran akan pentingnya pendidikan terlihat dari tingkat pendidikan orang tua. Pernyataan ini dapat dibuktikan dari tabel 2 yang menggambarkan bahwa kebanyakan pendidikan masyarakatnya lulusan SD. Pernyataan ini bisa dibuktikan dari tabel 2 yang menggambarkan bahwa mata pencaharian masyarakat mayoritasnya sebagai buruh tani dapat dilihat di bawah ini : 

Tabel 3
Pendidikan masyarakat Desa Dukuh Tengah[6]
Jenjang pendidikan
Jumlah
Belum sekolah
85
Usia 7-45 tahuin tidak pernah sekolah
15
Pernah sekolah SD tetapi tidak tamat
156
Tamat SD/Sederajat
1750
SLTP/Sederajat
95
SLTA/Sederajat
45
S1
7

Dari tabel diatas terlihat bahwa  pendidikan masyarakat Desa Dukuh Tengah kebanyakan tamat SD sebesar 1750 orang. sehingga, pendidikan tamatan SD tersebut mempengaruhi pekerjaan yang nantinya akan di dapat. Maka, masyarakatnya hanya dapat bekerja sebagai buruh tani atau tukang bangunan. Dengan demikian, pendidikan itu sangat menentukan akan pekerjaan yang akan didapat untuk bisa memiliki kehidupan yang lebih baik. Masyarakat hanya sampai lulusan tamat SD ini dikarenakan faktor ekonomi yang tidak mendukung untuk dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.
Pola pemukiman masyarakat desa Dukuh Tengah ialah terpola. Maksudnya adalah dalam satu komplek biasanya satu keluarga yang tinggal di sana. Hal tersebut karena masyarakat di sini menganut sistem kekerabatan dan rasa solidaritas yang kuat dan juga karena mayoritas adalah masyarakat asli turun-temurun. Penduduk desa Dukuh Tengah sendiri tergolong agamis dan memiliki nilai-nilai religius yang cukup kental. Hal tersebut dapat dilihat dari bangunan masjid dan musholla yang berjumlah sekitar 15. Selain itu, setiap hari Jum’at diadakan kegiatan pengajian dan Shalawatan secara rutin oleh ibu-ibu PKK desa ini. Di desa Dukuh Tengah juga terdapat sebuah padepokan yaitu Padepokan Wulan Tumanggal. Dimana padepokan tersebut memiliki sebuah kepercayaan terhadap agama budaya (kejawen).

2.1.3        Konteks Sosial Budaya Desa Dukuh Tengah
Jumlah penduduk desa Dukuh Tengah Kecamatan Bojong berjumlah 2970 Jiwa, jumlah penduduk laki-laki mencapai 1400 jiwa sedangkan penduduk perempuan berjumlah 1570 jiwa. Jumlah kepala keluarga 800 KK. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari tabel 3 yang menggambarkan jumlah kependudukan Desa Dukuh Tengah yang bisa dilihat di bawah ini :
Tabel 4
Kependudukan[7]
Jenis Usia
Jumlah
Balita (0 - 5 tahun)
310
Anak – Anak ( 6-16  tahun)
768
Produktif  (17- 45 tahun)
2757
Tidak Produktif  (46 - >60 tahun)
1669
 Jumlah
5499

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling banyak adalah jenis usia produktif (17- 45 tahun) sebesar 2757 jiwa. Secara sosial budaya, wanita yang tidak dapat melanjutkan pendidikan, biasanya dinikahkan oleh orang tuanya atau dilamar. Sedangkan laki-laki cenderung memilih untuk bekerja di luar kota. Hal ini terlihat dari beberapa wanita yang memiliki anak di usia muda.
Adat pernikahan di Desa Dukuh Tengah terbilang cukup unik, karena di sini adat pernikahannya adalah hari pernikahan dan lamaran dijadikan satu, dalam satu hari acara pernikahan dan lamaran dilakukan dalam satu hari. Setelah menikah, pihak laki-laki akan tinggal dengan keluarga wanita. Hal tersebut dikarenakan laki-laki dapat digunakan untuk membantu pekerjaan keluarga wanita, selain itu untuk pengakraban dengan keluarga wanita.
Masyarakat di desa ini memiliki kesenian dan kebudayaan yaitu Kuda Lumping, Kuntul (Marawis), dan Samroh (semacam Rebana yang dimainkan oleh kelompok wanita). Biasanya kesenian tersebut diadakan saat perayaan 17 Agustus. Akan tetapi, kesenian tersebut tidak ditampilkan saat hari pernikahan, berbeda misalnya dengan pernikahan orang Betawi dan kebudayaan Ondel-Ondelnya. Saat pernikahan, warga di sini menggunakan musik Campursari untuk merayakannya.
Tradisi lainnya di desa Dukuh Tengah ketika merayakan kelahiran anak biasanya masyarakat di sini melakukan ritual potong puser. Tradisi tersebut dilakukan dengan suatu simbol berdasarkan jenis kelamin si anak. Untuk anak laki-laki saat di potong pusernya disimbolkan dengan 2 kg beras merah, sedangkan untuk anak perempuan disimbolkan dengan 1 kg beras merah dan 1 buah kelapa.
Dalam hal kesehatan, masyarakat di Dukuh Tengah memiliki pengobatan secara tradisional. Ramuan herbal, kepercayaan doa-doa dari ulama menjadi tradisi masyarakat Dukuh Tengah. Penduduk di sini termasuk masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan atau agamis. Selain itu, kepercayaan kesehatan spiritual lainnya adalah melahirkan dengan jasa dukun beranak.

2.2    Kondisi Politik Desa Dukuh Tengah
2.2.1        Profil Kepala Desa
Landasan utama struktur Pemerintahan desa yang disusun berdasarkan undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 adalah sebagaimana tercantum dalam pasal 1a dan 1b. Dalam pasal ini dinyatakan bahwa pemerintahan desa adalah penyelenggara pemerintahan yang dilaksanakan oleh organisasi pemerintahan terendah dibawah kecamatan. Dalam UU tersebut dibedakan antara desa dan kelurahan. Perbedaan utamanya adalah bahwa desa memiliki hak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri ( dalam batas ikatan NKRI ) , sedangkan kelurahan tidak memiliki hak semacam itu. Dalam struktur pemerintahan desa terdapat perangkat desa yang mengatur pemerintahan desa, yaitu : kepala desa serta wakilnya, BPD (badan permusyawaratan desa) yang berfungsi memusyawarahkan segala masalah yang dihadapi desa, pembantu-pembatu kepala desa baik sekertaris desa maupun kepala-kepala urusan yang tergabung dalam pamong desa. Disamping sekertaris desa yang membantu kepala desa, terdapat pula kepala-kepala dusun atau kepala kampung. Berbeda dengan perangkat pemerintahan desa tersebut, perangkat yang ada di pemerintahan kelurahan terdiri dari lurah dan wakilnya yang dibantu oleh sekretaria kelurahan dengan kepala-kepala urusan dan kepala lingkungan. Dikelurahan tidak terdapat lembaga musyawarah kelurahan sebagaimana BPD di desa.
Peran pemerintahan
Kepala Desa    : Kepala desa bertugas untuk melindungi dan bertanggung jawab desa
Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.
Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. perangkat desa juga mempunyai tugas untuk mengayomi kepentingan masyarakatnya.
Kepemimpinan memegang peranan kunci di dalam mengerakkan partispasi masyarakat agar tata kelola pemerintahan yang berpihak pada pelayanan dasar dan kebutuhan hak-hak warga negara, khususnya yang berada di kawasan (daerah) tertinggal dapat diatasi secara baik. Selama ini kawasan daerah tertinggal hampir tak tersentuh pembangunan secara maksimal karena dari tingkat pemerintahan lokal sampai nasional pola kepimpinan yang berkembang masih kepemimpinan feodalis, lebih bersifat ingin dilayani daripada dilayani.
            Struktur Kepemerintahan Desa Dukuh Tengah kini berubah, Kades beserta perangkatnya dahulu dibantu oleh Kepala Dusun sebagai satuan membantu jalannya pemerintahan desa. Namun sekarang Kepala Dusun dibantu oleh RW dan RT, hal ini terjadi karena Desa Dukuh Tengah mengambil sistem kepemerintahan Minimal dengan maksud meminimalkan perangkat desa. Desa ini masuk kedalam tipe desa swadaya atau desa terbelakang Desa terbelakang adalah desa yang kekurangan sumber daya manusia atau tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang ada di desanya. Biasanya desa terbelakang berada di wilayah yang terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana dan prasaranan penunjang yang mencukupi. Ini jelas yang kehidupan dalam konteks sosial masyarakat desa dukuh tengah masuk kedalamnya perangkat desa yang belum maju.
Tokoh yang berperan selain organisasi pemertintah adalah Ustad atau tokoh agama karena mayoritas memiliki kepercayaan islam, sehingga nuansa kulturnya pun berlandaskan islam juga mempengaruhi peranan seorang ustad sebagai tokoh yang di hargai dan di pandang masyarakat sebagai tauladan.
Dalam kegiatannya melayani masyarakat perangkat desa ini tidak digaji secara penuh, mereka dibayarkan oleh pemerintah sebesar 700 ribu rupiah perbulan dan dibayarkan 3 bulan sekali, bahkan pembayarannya sering terlambat. Hal ini berpengaruh terhadap kelangsungan hidup masyarakat desa ini, sehingga jam kerja untuk perangkat desa terbatas. Pelayanan kepada masyarakat diberikan di Balai desa setiap hari senin hingga jum’at dari jam 8 pagi hingga ba’da zuhur. Setelah itu perangkat desa biasanya memiliki perkerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Sebagai Kepala Desa dan Sekertaris Desa kedua perangkat desa ini diberikan tanah yang dapat digunakan untuk ditanami sebesar 1 bahu (7500) untuk kepala desa dan 1/8 bahu untuk sekretaris desa. Tetapi tanah yang diberikan pemerintah ini memiliki kendala dalam sektor kesuburan dan jarak. Tanah yang diberikan ini jika ditanami padi selalu diserang hama tikus, sementara ditanami lain tidak tumbuh subur. Tanah ini tidak produktif untuk dijadikan sebagai penghasilan tambahan.

2.2.2 Sistem Rekruitmen Kepala Desa Dukuh Tengah
Jabatan Kepala Desa sebagai pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berlangsung 6 tahun. Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa setempat. Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sebagai berikut:
·         Bertakwa kepada Tuhan YME
·         Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta Pemerintah
·         Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat
·         Berusia paling rendah 25 tahun
·         Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa
·         Penduduk desa setempat
·         Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 tahun
·         Tidak dicabut hak pilihnya
·         Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan
·         Memenuhi syarat lain yang diatur Perda Kab/Kota Tegal
Pemilihan Kepala Desa di Dukuh Atas juga memiliki persyaratan administrasi yang sama. Warga memiliki hak untuk menetukan siapa calon pemilihannya melalui pemilihan langsung, warga dapat mencalonkan dirinya sebagai kepala desa apabila memenuhi kualifikasi atau dengan mencalonkan seseorang yang dianggap mampu dalam mememimpin roda kepemerintahan desa.
Pada saat pemilihan kepala desa tahun 2007, kepala desa sebelumnya mendaftarkan dirinya kembali sebagai calon independen. Kepala desa lama berpendidikan SLTA dan sudah menjabat selama 6 tahun dari tahun 2001-2007. Lain dari calon  incumben ini, calon kepala desa selain itu datang dari pilihan masyarakat dukuh Tengah. Adalah Bapak Saan, seorang ustad yang ramah dan santun, pekerjaannya menjadi ketua Madrasah Diniyah dan mengajar disana, pekerjaan lainnya yakni beternak dan menjual kambing. 

2.2.2        Biografi Kepala Desa
Pak Saan merupakan kepala desa duku tengah, beliau sudah menjadi Kepala Desa selama 5 tahun. Namun, siapa sangka beliau adalah orang pendatang di desa ini. Sebelum menetap di desa Duku Tengah, Pak Saan adalah penduduk dari desa Karang Mulya. Menempuh pendidikan sekolah dasar didesanya, akhirnya beliau melanjutkan pendidikannya di sekolah ‘Modis’. Sekolah ini sebenarnya adalah sekolah kejuruan seperti SMK, akan tetapi disini lebih dikenal dengan sekolah Modis. Sekolah yang mengajarkan tentang keahlian ini rupanya membuat pak Saan tidak terlalu menyukainya. Sebelum lulus dari sekolah yang notabene setara dengan SMP ini, beliau memutuskan untuk pindah ke pondokan ( pesantren ) untuk melanjutkan pendidikannya. Rupanya disinilah beliau mulai terasah ilmunya. Memang di desa Duku Tengah ini Agama sangat teguh dipegang oleh masyarakatnya, begitupun dengan Pak Saan.
Pengenalan akan agama membuat dirirnya semakin berkembang. Dengan memperdalam ilmu agamanya di pondokan ini, akhirnya Pak Saan diangkat menjadi ketua sebuah madrasah. Namun sebelum menjadi ketua madrasah disana, beliau secara aktif memimpin pengajian – pengajian rutin di daerahnya, pada akhirnya mulailah beliau dikenal sebagai ustad disana. Selain menjadi ustad beliau juga mencari nilai ekonominya dengan cara menjual hewan ternak maupun hewan qurban berupa sapi ataupun kambing. Disinilah Pak Saan mulai aktif masuk dan kenal dengan masyarakat Duku Tengah.  Sebagai penjual hewan ternak ini, pak saan menyetok hewan – hewan jualannya dari desa duku tengah ini sendiri, hingga lambat laun beliau berkenalan dengan salah seorang putri desa ini. Tak lama kemudian akhirnya pak saan menikah dengan penduduk desa tetangganya. Sesuai dengan tradisi kampung disini. Pak Saan pindah dan menetap di Duku Tengah. Disnilah beliau mulai dikenal baik oleh orang – orang desa Duku Tengah ini. Dengan agama yang kuat dan teguh didalam dirinya, pak saan dengan mudahnya diterima dengan baik disini.
Dalam proses sosialnya pak saan mulai dianggap ada oleh mayarakat desa ini sebagai pribadi yang ramah, dan salah satu ustad yang sering mengisi ceramah keagamaan. Kepribadian yang ramah serta diiringi sikap rendah diri yang ditunjukannya, membuat pak saan menjadi figur yang sangat disukai bahkan disenangi oleh warga desa Duku tengah ini. Berdasarkan penuturan para warga pak saan menunjukan pribadinya yang ramah dengan sering mengunjungi tetangganya, dan tidak bosan unutk berinteraksi kepada siapapun yang membutuhkannya, apalagi jika membahas soal tentang agama, dengan tidak sungkan beliau membagikan ilmu yang dimilikinya kepada masyarkat, selain itu beliau juga sering mengunjungi tetangganya yang sedang sakit. Pak saan juga sangat rendah hati, beliau terlihat sebagai orang yang tidak terlalu suka dengan pujian, berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pak saan sendiri, beliau menganggap dirinya sebagai manusia yang rendah dan dirinya memiliki prinsip bahwasannya semua ini adalah kepunyaan Allah dan manusia hanya dititipkan dengan semua kekuasaan, hingga kekayaan yang dimilikinya.
Pak Saan tinggal dirumah yang sangat sederhana, dan sangat kontradiktif dengan jabatannya sebagai kepala desa yang telah hampir 6 tahun menjabat. Dengan dinding yang terbuat dari kayu – kayu yang sudah tua dan hanya beralaskan semen tanpa ubin yang melapisi rumahnya, terlihat sangat sedrhana memang. Luas rumah yang di tempatinya hanya berkisar antara 5 x 3 meter. Dan dibelakangnya dibangun kandang kambing, hal tersbut dilakukan beliau sebagai hobby serta menjadi tambahan penghasilan. Tidak ada rasa malu dengan apa yang dimilikinya, serta kendaraan yang berupa sepeda motor inventaris dari jabatannya. Memang terlihat tidak logis, bahwa kepala desa hanya memiliki kesederhaan hidup yang dimilikinya. Ini membuktikan bahwasannya apa yang dikatakan para warga setempat tentang kepala desanya adalah sebuah kebenaran. Terlebih lagi saat kami mengunjungi pak saan 3 kali berturut – turut untuk melakukan wawancara, beliau kebetulan sedang ada acara diluar. Kami pun tidak dapat menemui beliau. Namun, pak saan sekali lagi menunjukkan pribadinya sebagai orang yang ramah dan rendah hati, beliau mengunjungi para mahasiswa, ketika tetangganya mengabarkan bahwa para mahasiswa bolak–balik mencarinya.
Kekaguman akan pak saan ditunjukan warga saat ada pemilihan kepala desa baru, saat itu, pak saan tidak mangajukan diri namun malah sebaliknya diajukannya oleh warga sebagai kepala desa. Sebenarnya pak saan saat itu menginginkan untuk menjadi kepala desa, beliau lebih menyukai untuk mengajar dan berdakwah saja. Bujukan warga untuk membuat pak saan maju sebagai kandidat kepala desa, tidak datang sekali aja. Warga yang mengagumi figur pak saan membujuknya sampai tiga kali, dan akhirnya dengan bujukan intensif dari warga, 5 hari sebelum pendaftaran kepala desa ditutup, akhirnya pak saan bersedia menjadi kandidat sebagai kepala desa. Beliau bukanlah orang yang mempunyai materi berlebih untuk menjadi kepala desa. Hanya kepercayaan dari penduduklah yang membuat pak saan akhirnya maju sebagai kepala desa. Saat dia sudah menjadi kandidat kepala desa dukungan dari masyarakat terhadap beliau menjadi semakin besar. Terkadang sebagai bentuk dukungan dan apresiasinya terhadap pencalonan pak saan, warga yang mendukung pak saan membawakan sejumlah sembako maupun membantu keperluan untuk kampanye pak saan. Bukan hanya kaum orang tua saja yang mendukung, pemuda pun dengan sukarela ikut membantu pak saan.
Dengan dukungan yang penuh dari warga sekitar, pak saan memenangkan pemilihan kepala desa, dengan perbedaan suara mencapai 80 suara. Saat itu, lawan politik pak saan adalah pak selamet, yang notabene Incumbent kepala desa. Setelah memenangkan pemilu kepala desa, pak saan tidak langsung menjadi tinggi hati, bahkan kebaikan pak saan sesuai dengan penuturan warga saat melakukan wawancara menjadi bertambah. Sebagai kepala desa, beliau sangat membuka diri dengan warganya. Ketika ada warganya yang sakit, beliau bahkan menyempatkan diri untuk menemani hingga menginap untuk menunggui warganya yang sedang sakit itu di rumah sakit. Beliau juga sering mengunjungi warga – warganya secara door to door, pendekatan yang dilakukan pak saan menambah kekaguman para warga hingga pengurus atau perangkat desa lainnya yang menjadi bawahannya. Beliau pun tetap tidak meninggalkan kegiatan lamanya dari mengajar hingga berdakwah di pengajian – pengajian yang menjadi rutinitas warga setempat. Saat pagi hari beliau menjalankan fungsinya sebagai kepala desa, dan pada siang hari beliau melakukan tugasnya sebagai ketua madrasah, dan juga melakukan kegiatan mengajarnya di madrasah yang didirikan PNPM ini. Ketika sore hari menjelang, beliau kadang berceramah di pengajian – pengajian warga jika ada jadwal. Namun, jika ada rapat ataupun kegiatan yang harus dijalankan unutk menjaga amanatnya sebagai kepala desa, beliau tidak mengajar para santri-santrinya di madrasah maupun berceramah di kegiatan pengajian-pengajian setempat.
Selain itu, beliau juga sangat dihormati oleh para bawahannya di dalam sistem pemerintahan desa. Dari sekertaris desa hingga sturktur terbawah sekalipun menganggapnya sebagai seorang yang patut ditiru. Dari apa yang dituturkan para bawahannya seperti pak drajat. Beliau mengatakan pak saan sebagai kepala desa, tidak pernah mengedepankan egoistis dalam pengambilan keputusan. Bahakan, para warga sering pula diajak untuk ikut mengeluarkan pendapat yang semua ini ditujukan untuk kemajuan bersama.
 
BAB 3
Keanekaragaman Perkebunan  di Desa Dukuh Tengah

3.1 Komoditas Pertanian Masyarakat Dukuh Tengah 
3.1.1 Komoditas                                                  
Komoditas adalah Sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk suatu jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama, yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa berjangka. Dalam ilmu linguistik, kata "komoditi" ini mulai dikenal dan dipergunakan di Inggris pada abad ke 15 yang berasal dari bahasa Perancis yaitu "commodité" yang berarti "sesuatu yang menyenangkan" dalam kualitas dan layanan. Dalam akar bahasa Latin disebut commoditas yang merujuk pada berbagai cara untuk pengukuran yang tepat dari sesuatu ; keadaan waktu ataupun kondisi yang pas, kualitas yang baik; kemampuan untuk menghasilkan sesuatu atau properti; dan nilai tambah atau keuntungan.
Karakteristik dari komoditi yaitu harga adalah ditentukan oleh penawaran dan permintaan pasar bukannya ditentukan oleh penyalur ataupun penjual dan harga tersebut adalah berdasarkan perhitungan harga masing-masing pelaku Komoditi contohnya adalah (namun tidak terbatas pada) : mineral dan produk pertanian seperti bijih besi, minyak, ethanol, gula, kopi, aluminium, beras, gandum, emas, berlian atau perak, tetapi juga ada yang disebut produk "commoditized" (tidak lagi dibedakan berdasarkan merek) seperti komputer. Dalam komoditas pertanian masyarakat Desa Dukuh Tengah ini sistem pertaniannya masih homogen.
 Sistem ekonomi pada masyarakat petani kebanyakan berusaha di sektor pertanian baik bercocok tanam,peternakan,perikanan. Namun, mayoritas masyarakatnya menanam berbagai macam sayur-sayuran seperti jagung, kol, sawi,wortel, cabai lobak dan buncis. Kemudian, tanaman umbi-umbian yang ditanamnya seperti singkong, dan ubi. Lalu tanaman buah-buahan yang ditanam sendiri ini seperti pisang dan jeruk. Dalam tanaman palawijanya berupa Cengkeh dan kopi. komoditas masyarakat pertanian Desa Dukuh Tengah ini pola pikirnya bersifat rasional. Dimana para petani menyukai inovasi dan maksimalisasi alat produksi.
Jika dikaitkan dengan Keterlekatan, menurut Granovetter merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor[8]. Ini tidak hanya terbatas pada tindakan individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga dan institusi-institusi ekonomi, yang semuanya terpendam dalam suatu jaringan hubungan sosial[9]. Granovetter menemukan dalam literatur sosiologi dan ekonomi yakni mengenai oversocialized, yaitu tindakan ekonomi yang kultural dituntun oleh aturan berupa nilai dan norma yang terinternalisasi, dan undersocialized yaitu tindakan ekonomi yang rasional dan berorientasi pada pencapaian keuntungan individual dalam menentukan apa yang sebenarnya menuntun orang dalam perilaku ekonomi[10]. Undersocialized, oleh karena itu, melihat kepentingan individu di atas segala-galanya dikarenakan undersocialized ini tidak melihat ada ruang bagi pengaruh budaya, agama, dan struktur sosial terhadap tindakan ekonomi[11]. Oleh karena itu, setiap tindakan ekonomi merupakan refleksi dari suatu pencapaian perolehan keuntungan pribadi.
Teori keterlekatan menurut Granovetter melihat bahwa dikhotomi oversocialized undersocialized bukanlah suatu penggambaran yang tepat terhadap realitas tindakan ekonomi[12]. Orang yang berorientasi pada keuntungan pribadi dalam kenyataannya juga mengantisipasi tindakan orang lain. Misalnya petani Desa Dukuh Tengah sangat mempertimbangkan tanaman yang ia tanam agar memperoleh keuntungan, maka petani tersebut menanam tanaman yang dapat menguntungkan untuk dia. Dikarenakan hasil panennya tersebut dijual kepemborong agar pemborong yang akan membeli hasil panennya harganya dapat mahal atau murah tergantung dari kualitas hasil panennya.  
Oleh sebab itu, Petani di Desa Dukuh Tengah tersebut dalam menggunakan sistem pengairannya berupa tadang hujan. Hal ini dikarenakan sungainya kering jikalau musim kemarau. Oleh karena itu, petani di desa Dukuh Tengah hanya menanam padi pada musim penghujan. Sementara pada musim kemarau, petani menggarap ladang berupa tanaman seperti sayur-sayuran, umbi-umbian dan buah-buahan sebagai sumber mata pencaharian mereka. Selain itu, petani di Desa Dukuh Tengah tersebut ada yang menjadi petani sadap getah pinus yang dijadikan mata pencaharian mereka.

3.1.4 Tanaman Musiman yang di tanam
Dalam pertanian masyarakat Desa Dukuh Tengah ini terbagi menjadi dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Tanaman yang ditanam petani di Desa Dukuh Tengah pada saat musim hujan ini para petani hanya menanam padi karena sistem irigasi yang terbantu dengan adanya sistem tadah hujan. Sementara pada musim kemarau, petani menggarap ladang berupa tanaman seperti sayur-sayuran,umbi-umbian dan buah-buahan. Tanaman sayuran ini seperti Jagung, Kol, Cabai, sawi dan wortel. tanaman umbi-umbiannya yaitu singkong dan ubi. Kemudian, tanaman buah-buahannya yakni jeruk dan pisang.
Jenis bibit yang dipilih masyarakat petani Desa Dukuh Tengah ini kebanyakan berjenis bibit B dan C. Maka jika ingin membeli beras super itu tidak ada yang menjual di Desa Dukuh Tengah ini. Penentuan kualitas hasil panen bisa bagus atau tidak ini tergantung dari musimnya. Seperti padi jika ditanam pada saat kemarau sekarang ini kualitasnya akan kurang bagus. Dikarenakan padi ditanamnya hanya pada bulan pertama dan kedua saja ketika musim penghujan. Sehingga pada saat sekarang cocoknya menanam jagung,sawi dan kol jika ingin berhasil tumbuh bagus. Berikut petikan wawancara dengan Pak Carik mengungkapkan bahwa:
“ya pokoke pada saat kemarau ini cocoke biasne petani di Desa Dukuh Tengah itu pada nanamnya jagung,sawi dan kol. Kalau padi biasane ditanam pas musim hujan saja, pada bulan pertama dan kedua. Selain itu, bibite yang dipilih petani itu kebanyakan berjenis bibit B dan C”[13].

3.1.5 Produk Pokok Panen yang menunjang
Produk pokok yang menunjang yang ditanam oleh para petani ini yakni jagung dan kol. Karena masa panen kol hanya 3 Bulan 10 hari dan jagung masa panennya 4 Bulan 10 Hari. Walaupun, harga kol hanya Rp. 2.000-3.000/kg. Lalu jagung harganya berkisaran Rp. 2.000-2.500/kg. Proses penanaman jagung pertama-tama tanah dicangkul terlebih dahulu agar gembur. Lalu barulah biji jagung ditanam jika tanahnya sudah dicangkul. Kemudian diberi pupuk. Setelah 1 bulan jagung itu diberi garam.berikut penjelasan dengan Ibu Rohani menjelaskan sebagai berikut:

“Hasil dari panen kadang menguntungkan kadang enggak karena tergantung dari kualitas jangungnya. pohon jagungnya rubuh kena angin saja suka dibelinya murah sama pengepulnya. pokoke kebanyakan petani pada nanamnya jagung sama kol. kalau jagungnya mau bagus, kalau ditanamne udah 1 bulan itu dikasihkan garam. Harga jagung itu Rp. 2.000-2.500/kg, kalau kol Rp. 2.000-3.000/kg[14].
Gambar 4
 Pohon Jagung[15]
DSCF5321.JPG 
Pohon jagung yang tergambar diatas, dalam permodalan untuk jagung sendiri tidak memerlukan modal banyak karena cukup bermodalkan bibit dan pupuk. Selain itu, dikarenakan dalam proses masa panennya terbilang cepat dan modalnya tidak mahal seperti cabai. Cabai ini terbilang memerlukan modal yang banyak karena mahal dan proses panennya lama. Berikut  petikan wawancara dengan Pak Rojikin mengungkapkan bahwa:

“pokoke kalau menanam jagung itu tidak memerlukan modal banyak dan mahal. Tidak kaya bengis atau cabe rawit, cabai lombok atau cabe besar itu perlu modal banyak. Kaya dulu aja diberitaken cabe harganya RP.100.000/kg itu sayangnya petanina tidak ada yang nanam cabe. Jadi, giliran petani banyak nanam cabe tapi harganya malah murah,sudah tidak mahal lagi”[16].

Kemudian, dalam kualitas hasil dari panen sendiri bisa bagus atau tidak ini ditentukan tergantung dari musimnya. Maka produk pokok yang menunjang pada saat kemarau sekarang ini cocoknya menanam jagung, sawi dan kol jika ingin berhasil tumbuh bagus, dikarenakan pendapatannya juga lumayan. Seperti pendapatan Pak Rojikin ketika panen Kol ini berkisaran antara 2 karung atau sampai 3 karung. Sedangkan pendapatan Ibu Rohani dari hasil menanam jagung itu sebesar RP.1.000.000 jika hasil jagung yang ditanam itu bagus, tidak ada yang rubuh. Karena Ibu Rohani ini menjual jagungnya langsung ke pengepul.

3.1.6 Perbandingan Harga
Dari tabel diatas terlihat bahwa ada perbedaan harga dari tiap sayuran. Harga yang paling mahal adalah padi harganya berkisaran Rp.7.000/kg. Namun, padi ini ditanam oleh para petani hanya pada saat musim hujan. Dikarenakan tanaman padi ini sistem irigasinya terbantu dengan adanya sistem tadah hujan. Namun yang sering ditanam oleh para petani Desa Dukuh Tengah ini lebih cenderung menanam jagung dan kol. Walaupun jagung harganya berkisaran Rp. 2.000-2.500/kg dan harga kol hanya berkisaran Rp. 2.000-3.000/kg.Tanaman kol tersebut dapat dilihat pada gambar 3 dibawah ini:

Tabel 5
Daftar Harga[17]
No
Nama
Harga
1
2
3
4
5
6
7
Kol
Wortel
Jagung
Sawi
Cabai
Padi
Singkong
Rp. 2.000-3.000/kg
Rp. 300-1.000/kg
Rp. 2.000-2.500/kg
Rp. 500-1.000/kg
Rp. 6.000/kg
Rp.7.000/kg
Rp. 1.000/kg

Gambar diatas merupakan gambar perkebunan kol milik salah satu warga Desa Dukuh Tengah yang bernama Pak Sakrib. Namun Pak Sakrib ini tidak hanya memiliki perkebunan kol saja, perkebunan cabai dan jagung pun ia miliki. Hasil dari perkebunan tersebut ia jual untuk memperoleh keuntungan pribadi dari penjualan kepemborong karena masa panennya sekitar 3 bulan sekali. Kemudian dalam pemupukannya sendiri, ia menggunakan pupuk kimia. Harga kol per kilo gramnya yang dijual mahal itu seharga RP.2.000,00-RP. 3.000,00. Harga yang murahnya berkisaran RP.500,00. Hasil panen tersebut biasanya dikirim ke Cirebon,Tegal dan Jakarta. Berikut  petikan wawancara dengan Pak Sakrib menjelaskan bahwa:

“saya nanamnya kol saja. ya pokoke hasil dari penjualan kol itu saya gunakan untuk makan sehari-hari. Jikalau ada lebihnya baru saya tabung. Masa panennya 3 bulan sekali jadi bisa ngejual dan dapat uangnya juga 3 bulan sekali. paling mahal harga kol perkilonya itu RP.2.000,00-RP. 3.000,00. Harga yang murahnya RP.500,00”[18].

Gambar 5
Pohon Kol[19]
DSCF5289.JPG

Kemudian, seperti Pak Tarno menanam wortel. Wortel tersebut bisa mahal ataupun murah itu ditentukan tergantung kualitas wortelnya sendiri. karena faktor cuaca pun mempengaruhi pertumbuhan wortel tersebut. dikarenakan sistem pengairannya dari irigasi yang airnya berasal dari satu sumber mata air dan dialirkan ke dua desa yakni Desa Dukuh Tengah dan Desa Kedaung. Jadi ketika musim kemarau tiba, maka hasil produksinya menjadi tidak maksimal. Kemudian, seperti Pak Tarno memiliki tanah seluas ½ bahu ini ditanami jagung. Harga jagung perkilogramnya berkisaran RP. 2.500,00-RP.17.500,00. Pak Tarno memanfaatkan hasil dari panen tanaman yang ia tanam untuk dijual ke pemborong seperti Pak Sakrib. Berikut  petikan wawancara dengan Pak Tarno mengungkapkan bahwa:

“saya menanam wortel tapi harganya bisa mahal atau tidak ditentuken kualitas wortelnya. Pertumbuhan wortel itu dipengaruhi oleh cuaca. Jadi kalau musim kemarau biasanya hasilnya tidak maksimal. saya memiliki tanah seluas ½ bahu ini ditanami jagung. Kalau udah panen pokoke saya jual kepemborong saja. Uangnya saya gunakan untuk makan sehari-hari. Jikalau ada lebihnya palingan saya tabung”[20]

3.1.7 Masa Panen Tanaman
Dari tabel diatas, terlihat bahwa tiap tanaman memiliki masa panen yang berbeda-beda. Yang paling cepat masa panennya adalah sawi karena masa panennya hanya 50 hari-2 bulan. Namun pada saat sekarang ini para petani kebanyakan tidak hanya menanam sawi. Akan tetapi, mereka juga banyak menanam kol dan jagung. Hasil panen tanaman sawi dari kebun tersebut dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini:

Tabel 6
Masa Panen[21]
No
Nama
Masa panen
1
2
3
4
5
6
7
Kol
Wortel
Jagung
Sawi
Cabai
Padi
Singkong
3 Bulan 10 hari
4 Bulan
4 Bulan 10 Hari
50 Hari-2 Bulan
6- 7 Bulan
4-5 Bulan
6 Bulan

Gambar 6
Hasil Panen Sawi[22]
DSCF5300.JPG 
Gambar diatas merupakan gambar sawi yang ditanam oleh Para petani Desa Dukuh Tengah. Dikarenakan  sawi sangat menguntungkan selain untuk dijual, mereka gunakan sebagai makan sehari-hari. Dibanding dengan cabai membutuhkan modal yang mahal.selain itu juga, masa panen cabai terbilang lama yakni 6-7 bulan. kemudian kalau tanaman padi mananamnya harus ketika musim hujan karena jika padi ingin tumbuh subur maka padinya harus tergenang air, sehingga  membutuhkan banyak air. Maka dari itu, di desa dukuh tengah pada saat sekarang akan dijumpai tanaman kol,sawi dan jagung disetiap perkebunan milik para petani.  jikalau ada lahan kosong mereka manfaatkan sebaik mungkin untuk ditanami sayuran daripada lahan kosong itu dibiarkan tidak ada yang inisiatif mencoba memanfaatkannya. Walaupun posisinya bukan asli warga Desa Dukuh Tengah, dia hanya sebagai warga pendatang yang mengontrak dirumah salah satu warga asli Desa Dukuh Tengah, asalkan ketika panen, hasilnya dibagi dua ke pemilik tanah tersebut.penjelasan tersebut didapat dari penuturan Pak Rojikin. Berikut petikan wawancara dengan Pak Rojikin menuturkan sebagai berikut:

“pokoke petani lebih cenderung menanam Sawi,kol dan jagung ini dikarenakan sangat menguntungkan selain untuk dijual, mereka gunakan sebagai makan sehari-hari keluarganya saja. dibanding dengan cabai membutuhkan modal yang mahal dan masa panen cabai juga terbilang lama yakni 6-7 bulan. Jikalau ada lahan kosong, biasane sama warga pendatang bukan asli warga Desa Dukuh Tengah yang mengontrak rumah itu ditanami sayuran aja kaya semacam singkong asalken, ketika panen, hasilnya dibagi dua dengan pemilik rumah dan tanahnya”[23].

3.2 Pola dan Alat produksi petani Dukuh Tengah
3.2.1 Pola Pertanian Desa Dukuh Tengah
            Di Dalam pola pertanian di Desa Dukuh tengah ini, ada suatu stratifikasi kelas tani, yaitu pertama, kelas pemilik alat produksi/tanah, dimana para pemilik tanah atau pemilik modal ini mempercayakan tanah yang di milikinya untuk di garap atau di manfaatkan oleh petani yang tidak memiliki tanah. kedua, penggarap, dimana para penggarap ini biasanya memanfaatkan lahan yang sudah ada untuk menanam produk pertanian, seperti wortel, kol, jagung, dll. lahan pertanian ini biasanya punya para pemilik alat produksi, tetapi tidak jarang juga para penggarap ini mempunyai lahan sendiri. Biasanya hasil produk dari lahannya mereka pakai untuk memenuhi kehidupan makan sehari-hari, sedangkan hasil dari menggarap lahan orang lain mereka gunakan untuk menambah-nambah uang belanja rumah tangga.  Contohnya adalah pak Suro, ia adalah seorang petani yang bekerja di lahan milik pemilik tanah, pagi ia bekerja dilahan milik orang lain, tetapi ketika menjelang sore ia pulang dan bekerja kembali di tanah miliknya sendiri, setiap harinnya ia mendapatkan upah 15 ribu. dan  ketiga, buruh tani yang tidak memiliki alat produksi, dimana buruh tani ini tidak memiliki lahan sendiri untuk memproduksi produk pertanian. Mereka hanya mengandalkan tenaga untuk bertahan hidup. Biasanya para buruh tani ini mengelola dan merawat lahan yang sudah ada untuk di manfaatkan. Contohnya adalah pak Supadi, ia adalah buruh tani diladang jagung. Berikut adalah petikan wawancara dengan beliau.

 “saya sudah lama kerja jadi buruh tani, soalnya saya ga punya lahan mas buat nanem jagung sendiri, biasanya kalo panen ya bagi dua hasilnya sama yang punya tanah. Biasanya saya dapet 2/3nya lah mas. Kenapa saya dapet banyak, soalnya saya juga yang beli pupuknya. Yang punya tanah cuma nyediain tanahnya ada kok. Jadi biasanya yang puya tanah dapet 1/3nya lah”

3.2.2 Proses Produksi
      Dalam proses produksi pertanian di Desa Dukuh Tengah cenderung masih tradisional, dapat dilihat dari cara meraka melakukan penggemburan tanah yang hanya memakai cangkul, padahal di desa-desa modern seharusnya sudah menggunakan traktor atau alat mesin lainya dalam kegiatan menggemburkan tanah. Lain halnya yang terlihat di Desa Dukuh Tengah ini, mayoritas petaninya masih menggunakan cangkul sebagai alat bertani, karena di dalam Desanya sendiri pun, alat-alat pertanian seperti traktor sangat jarang ditemui karena sulitnya akses dan tidak adanya bantuan dari pemerintah local dalam hal alat produksi tersebut. 

Gambar 7
Alat Pertanian yang Masih Sederhana[24]
DSCF5307   DSCF5362 
     
Bukan hanya masalah alat-alat pertanian, tetapi juga masalah bibit dan pupuk. Di desa Dukuh Tengah ini, petani kurang jeli dan kurang maksimal dalah pemilihan bibit. Mereka tidak mau terlalu memikirkan kualitas produk, karena bagi mereka cukup buat makan saja sudah cukup. Lahan yang mereka gunakan juga hanya sekedar pemanfaatan lahan agar tanah tidak rusak. Walaupun kadang-kadang kelurahan memberikan bantuan pupuk untuk para petani, tetapi sepertinya program tersebut kurang dapat memaksimalkan meanset para petani desa dalam hal kualitas produk.
Namun dalam proses penggilingan di Desa Dukuh Tengah sudah modern. Mereka sudah menggunakan alat-alat penggilingan yang bermesin. Seperti penggiling untuk padi, jagung maupun kelapa. Memang jumlah tempat penggilingan tersebut hanya sedikit, tetapi setidaknya dengan adanya penggilingan yang sudah modern dapat membantu petani dalam produksian akhir produk.

Gambar 8
Mesin penggilingan padi dan jagung[25]
DSCF5391   DSCF5394
DSCF5393  DSCF5397 

3.2.3 Proses Distribusi
            Dalam desa Dukuh Tengah ini, proses pendistribusian produk dilakukan melalui pengepul. Biasanya para pengepul ini sudah mengintai atau melakukan kontrak dengan petani untuk menjual hasil pertaniaannya kepadanya. Biasanya bila hasil panen buruk petani yang mencari pengepul sendiri untuk mendistribusian hasil produksinya. Para pengepul sering tidak mau mendistribusikan hasil pertanian yang gagal. Ini salah satu dilemma petani dalam hal pendistribusian. Bila hasil panen bagus, banyak pengepul yang menawarkan jasanya, tetapi bila panen gagal, mereka kebinggungan mencari pengepul mana yang akan mendistribusikan hasil pertaniannya. Lalu penegepul mendistribusikan hasil pertanian kepada distributor-distributor, dari distributor lalu kea gen atau warung-warung dan akhirnya sampai ke konsumen. Lebih jelasnya dapat di lihat skema berikut:
Skema 2
Sistem Distribusi Hasil Pertanian di Desa Duku Tengah











Konsumen
 
 














3.3 Dinamika pertanian Masyarakat Duku Tengah
3.3.1  Faktor Pendorong dan Penghambat Pertanian di Duku Tenggah
            Faktor pendorong pertanian Dukuh Tengah tetap bertahan adalah karena di Desa Dukuh Tengah tidak ada lagi lapangan pekerjaan yang memungkinkan masyarakat bisa hidup sejahtera. Selain itu, sosialisasi dari perangkat desa yang mengharuskan masyarakt agar menjaga tanah dengan cara menanam tanamaan agar tidak terjadi longsor dan kerusakan tanah menbuat penduduk desa memanfaatkan tanah dengan sebaik-baiknya.
            Adapun faktor penghambat dari pertaniaan di Desa Dukuh Tengah adalah sumber air yang sulit dijangkau. Hal tersebut, membuat petani lebih memilih produk pertanian yang tanamannya tidak membutuhkan banyak air, seperti kol dan jagung. Secara geografis Desa Dukuh Tengah adalah dearah kehutanan dan berbukit, sehingga wajar jika sawah jarang sekali ditemukan dikarenakan aliran air yang sulit. [26] Walaupun Dukuh Tengah terdapat hutan yang lebat, penduduk tetap tidak bisa membuka hutan, karena ada aturan yang melarang pembukaan hutan. Sekalipun bisa paling mereka menggunakan pola tumpang tindih, artinya tanpa menebang pohon dan hanya dengan  menanan tanaman yang bisa di tanam di sekitar pohon. Hama perusak seperti babi dan kera hutan membuat pertanian penduduk sering sekali terganggu dan bahkan gagal panen.

3.3.2 Dinamika Pertanian
            Rata-rata petani di Desa Dukuh Tengah bekerja sebagai petani dan buruh tani. Uniknya mereka bisa menjadi petani sekaligus buruh tani di tempat lain demi mendapatkan uang lebih sebagai usaha menunjang kebutuhan pokonya. Rata-rata pendidikan petani dukuh tengah adalah Sekolah Dasar dan untuk anak-anaka pada tahun ini (2012) meningkat, sudah mencapai Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Meski di dukuh tengah belum ada bangaunan SMP dan SMA. Jadi jika ingin melanjutkan sekolah mereka harus keluar desa. Bisanya para petani menjual produknya di di penadah, jarang ada petani di desa dukuh tengah yang berinisiatif untuk menjual langsung kepasar.

BAB 4
Etos Kerja Petani Dukuh Tengah
4.1 Moral Ekonomi
            Prilaku ekonomi yang khas dari keluarga petani yang berorientasi pada subsisten merupakan akibat dari kenyataan bahwa, berbeda dari suatu perusahaan kapitalis, ia sekaligus merupakan satu unit konsumsi dan produksi. Agar bisa bertahan sebagai satu unit, maka pertama-tama keluarga itu harus memenuhi kebutuhannya sebagai konsumen subsisten yang boleh dikatakan tak dapat dikurangi lagi dan tergantung pada besar kecilnya keluarga itu.[27] 
            Sebagian dari hasil panen mereka jual dan sebagainnya lagi dimakan untuk dijadikan lauk-pauk dirumah. Seperti yang dijelaskan diatas bahwasanya ciri dari pertanian subsisten adalah di mana unit produksi dan unit konsumsi dijadikan satu, artinya apa yang mereka ingin tanam-jual adalah apa yang mereka ingin makan. Contohnya saja, rata-rata tanaman yang Petani Desa Dukuh Tengah tanam adalah jagung, maka makanan pokok mereka adalah nasi jagung, meski ada juga beberapa yang memakan nasi, biasanya mereka beli dari hasil petukaran dengan produk yang mereka tanam atau mereka memiliki sawah/ padi.
            Bergabungnya unit konsumsi dan unit produksi ini kemudian membentuk pola pertanian dan system pertanian, tidak jarang dalam bertani biasanya digarap dengan satu keluarga sebagai bentuk kerja sama guna memenuhi kebutuhan konsumsi kelurga sendiri. Contohnya saja Bapak Supardi, kami melihat ia sedang mengupas jagung menjadi biji-biji jagung ditemani dengan 2 anak, satu saudara dan istrinya. Kami melihat sudah satu karung biji jagung yang mereka peroleh dari kegiatan mengupas jagung tersebut. Pak Supardi adalah seorang petani garapan yang siap mengorbankan tenaganya agar anak dan istrinya bisa makan.[28]
            Ada perbedaan antara petani, petani garapan dan buruh tani, Petani adalah orang yang memiliki tanah, dengan bertani ia sudah bisa memenuhi kebutuhan pokoknya. Petani garapan adalah orang yang tidak punya alat produksi berupa tanah tetapi dengan menyewa tanah ia bisa bekerja disana dan memilik hak otoritas terhadap hasil panennya. Sedangkan Buruh tani adalah orang yang tidak punya lahan garapan sehingga harus mengarap lahan orang lain, ia hanya diupahkan uang/tanamana yang dikelolah tetapi tidak punya hak otoritas terhadap tanah dan hasil panennya. Uniknya ada juga petani yang juga buruh tani, maksudnya ia bertani di ladangnya pada sore hari sedangkan paginya ia bekerja di ladang orang lain, pola ekonomi ini menujukan bahwa kebutuhan akan kerja produktif sangatlah besar guna menunjang perekonomian petani.
            Contohnya saja Fenomena Pak Supardi dalam bahasa Chayanov hampir sama dengan istilah “Hunger rents”.[29] Bedanya Pak Supardi mengarap lahan dan mendapatkan hasil 2/3 % dan Pemilik lahan mendapatkan hasil 1/3 %. Meski terlihat adil secara kuantitatif sesungguhnya jika dikaji dari prosesnya maka ini terbilang berani dan sangat kecil kemungkinan untungnya, karena pemilik lahan hannya duduk dirumah dan bermodal tanah mendapatkan hasil 1/3 % sedangkan si penggarap lahan, dia yang menanam, menjaga,  memupuk, mengelolah sampai memanen hannya mendapatkan hasil 2/3 %, fenomena ekonomi ini senafas dengan “Hunger Rents”, dimana karena ketidakpunyaan alat produksi dan tekanan keluarga yang besar sedangakan tanah tidak punya maka resiko demikian harus ia ambil asalkan mampu memberi makan kelurga. 
            Harga jangung berkisar Rp. 2000-2.500. jika mereka kelolah menjadi biji-biji jagung maka harganya bisa menjadi mahal. Fenomena ini menunjukan adanya rasa ingin keluar dari moral ekonomi subsiten. Alat produksi berupa tanah, menjadi penghambat bagi mereka untuk maju, sehingga menjadi petani garapan sudah cukup, yang penting ia bisa memenuhi kebutuha keluarga, “yang penting bisa mencukupi makan sehari-hari”, ungkap pak Supardi. 
            Contoh lain yang kami temukan adalah Ibu Rohani, salah satu petani jagung yang sedang mencangkul tanah untuk kemudian ditanamkan jagung. Hari ini ibu rohani mencangkul di ladang sendirian, biasanya ia ditemanai suaminya dan beberapa buruh tani lainnya yang bekerja besamannya. Hari ini suaminya sedang menjual bambu di tegal sehingga siang ini ibu Rohani harus bekerja sendiri meratakan tanah. Kenapa si bapak lebih mementingkan menjual bambu, kerana hasilnya lebih cepat dan terlihat, hal ini yang menyebabkan suaminya pada hari ini absen bercocok tanam jagung.[30] Ibu rohani tidak pernah mengikuti pelatihan atau membaca buku-buku tentang pertaniaan, selain akses yang minim terhadap informasi, ia merasa sibuk sekali sehingga tidak sempat melakukan hal tersebut. Teknik bertani jagung ia dapatkan dari pengalamaannya sendiri. Selaian belajar dari orang tuanya yang memang sebagai seorang petani jagung juga.   
            Kenapa si Bapak lebih memilih menjual bambu ketimbang meladang, hal ini menujukan bahwa hasil dari bertani saja tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok petani jagung, apa lagi jika mereka ingin melakukan mobilitas vertikal. Jika kita bagi, moral ekonomi petani dapat dibagi menjadi dua : Pertama adalah moral subsisten, dimana petani lebih menyukai bentuk-bentuk aman dari pertanian, jarang sekali mengambil resiko besar untuk maju, ini terlihat dari cara menanam dan mengelola pertaniaan. Tanaman pertanian yang di tanam cenderung menanam tanaman yang bisa diprediksi. Tipe kedua adalah petani Rasional, petani ini adalah petani yang visioner, berfikir maju dan melakukkan maksimalisasi terhadap nilai, alat dan produk pertaniaan. Ia bisa mengambil resiko guna keluar dari zona  amannya.
            Dalam kajian moral ekonomi subsisten pola pertanian, pemilihan bibit, penentuan waktu menjadi indikator apakah moral ekonomi petani termasuk subsisten atau rasional. Beberapa kami temukan bahwa adanya pemikiran bahwa petani di Desa Dukung Tengah cenderung yang penting bekerja dan yang penting tanah di manfaatkan, sehingga dalam pemilihan bibit cenderung yang berkualitas rendah, pemilihan waktu yang tidak tepat dan penggunaan pupuk yang sekedarnya. Pak Rojikin adalah penduduk desa Dukuh Tengah, ia lebih senang bekerja sebagai peternak kambing, karena baginya manjadi petani tidak akan cukup memenuhi kebutuhan hidup. Terkadang ia juga bekerja di perhutanan sebagai buruh tebang, dan ada juga temannya yang bekerja sebagai buruh penyadap getah pinus di perhutanan. Bekerja sebagai buruh tebang dan penyadap getah ternyata lebih siknifikan ketimbang bertani, gaji rata-rata bisa mencapai Rp. 1.000.000/bulan.
            Menurut pendapat pak Rojikin hasil panen para petani secara empiris tidak dapat menunjang kebutuhan hidup, sekalipun mau melakukan mobilitas, ia harus hidup penuh dengan kesederhanaan. Sehingga jika ingin melaukan mobilitas sosial, ia harus bekerja di tempat lain, artinya tidak hanya bertani salah satunya adalah bekerja di hutan.[31]
                Contoh lain dari petani yang terbilang sukses adalah Pak Agus, pak agus adalah petani yang terbilang sukses, ia menggunakan strategi menjual bibit pinus. Menurutnya ketimbang bertani dan menjual sayur-mayur, ia lebih senang menjual bibit pinus dan menanam tanamana batangan, meski terbilang lama tapi hasilnya sangat memuaskan. Ini menunjukan bahwa pak Agus sebagai penduduk Desa Dukuh tengah termasuk petani rasional, dalam kajian moral ekonomi subsisten petani yang tidak takut terhadap perubahan menunjukan bahwa ia termasuk petani rasional yang memaksimalisasikan tanah. Contoh maksimalisasi hasil tanah, kami melihat di depan rumah pa agus terdapat halaman yang terbilang tidak terlalu luas, tetapi lahan tersebut di manafaatkan untuk menanam bibit pinus dan bibit tanaman batang lainnya seperti cengkeh dan kayu-kayuan.
            Bukan hanya masalah alat-alat pertanian, tetapi juga masalah bibit dan pupuk. Di desa Dukuh Tengah ini, petani kurang jeli dan kurang maksimal dalah pemilihan bibit. Mereka tidak mau terlalu memikirkan kualitas produk, karena bagi mereka cukup buat makan saja sudah cukup. Lahan yang mereka gunakan juga hanya sekedar pemanfaatan lahan agar tanah tidak rusak. Walaupun kadang-kadang kelurahan memberikan bantuan pupuk untuk para petani, tetapi sepertinya program tersebut kurang dapat memaksimalkan meanset para petani desa dalam hal kualitas produk.
Namun dalam proses penggilingan di Desa Dukuh Tengah sudah modern. Mereka sudah menggunakan alat-alat penggilingan yang bermesin. Seperti penggiling untuk padi, jagung maupun kelapa. Memang jumlah tempat penggilingan tersebut hanya sedikit, tetapi setidaknya dengan adanya penggilingan yang sudah modern dapat membantu petani dalam produksian akhir produk.
Dalam desa Dukuh Tengah ini, proses pendistribusian produk dilakukan melalui pengepul. Biasanya para pengepul ini sudah mengintai atau melakukan kontak dengan petani untuk menjual hasil pertaniannya kepadanya. Biasanya bila hasil panen buruk petani yang mencari pengepul sendiri untuk mendistribusian hasil produksinya. Para pengepul sering tidak mau mendistribusikan hasil pertanian yang gagal. Ini salah satu dilema petani dalam hal pendistribusian. Bila hasil panen bagus, banyak pengepul yang menawarkan jasanya, tetapi bila panen gagal, mereka kebingungan mencari pengepul mana yang akan mendistribusikan hasil pertaniannya. Lalu penegepul mendistribusikan hasil pertanian kepada distributor-distributor, dari distributor lalu keagen atau warung-warung dan akhirnya sampai ke konsumen.

BAB 5
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
      Desa Dukuh Tengah merupakan sebuah desa berada di wilayah kaki Gunung Slamet. Desa Dukuh Tengah adalah salah satu desa dari 18 desa yang berada di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Desa Dukuh Tengah memiliki jumlah penduduk sekitar 2708 jiwa. Sebagian besar penduduk pedesaan adalah bermata pencaharian sebagai petani, berkebun, dan pekerjaan yang berkaitan dengan lahan. Lahan di sekitar pedesaan merupakan salah satu alat untuk landasan perekonomian, faktor produksi, dan sumber kemakmuran yang dimiliki oleh masyarakatnya. Hal itulah yang tidak lepas dari desa Dukuh Tengah itu sendiri, penduduk desa ini hampir keseluruhannya masih menggantungkan hidupnya dari berkebun. Lahan itu sendiri secara turun-menurun di wariskan ke generasi berikutnya dan tentu saja tidak merubah fungsi asli dari lahan tersebut yaitu untuk bertani ataupun berkebun. Namun pertanian dan perkebunan tersebut kebanyakan digarap oleh para buruh tani.
Pola pemukiman masyarakat desa Dukuh Tengah ialah terpola. Maksudnya adalah dalam satu komplek biasanya satu keluarga yang tinggal di sana. Hal tersebut karena masyarakat di sini menganut sistem kekerabatan dan rasa solidaritas yang kuat dan juga karena mayoritas adalah masyarakat asli turun-temurun. Penduduk desa Dukuh Tengah sendiri tergolong agamis dan memiliki nilai-nilai religius yang cukup kental. Hal tersebut dapat dilihat dari bangunan masjid dan musholla yang berjumlah sekitar 15. Selain itu, setiap hari Jum’at diadakan kegiatan pengajian dan Shalawatan secara rutin oleh ibu-ibu PKK desa ini. Di desa Dukuh Tengah juga terdapat sebuah padepokan yaitu Padepokan Wulan Tumanggal. Dimana padepokan tersebut memiliki sebuah kepercayaan terhadap agama budaya (kejawen).
Adat pernikahan di Desa Dukuh Tengah terbilang cukup unik, karena di sini adat pernikahannya adalah hari pernikahan dan lamaran dijadikan satu, dalam satu hari acara pernikahan dan lamaran dilakukan dalam satu hari. Setelah menikah, pihak laki-laki akan tinggal dengan keluarga wanita. Hal tersebut dikarenakan laki-laki dapat digunakan untuk membantu pekerjaan keluarga wanita, selain itu untuk pengakraban dengan keluarga wanita.
Masyarakat di desa ini memiliki kesenian dan kebudayaan yaitu Kuda Lumping, Kuntul (Marawis), dan Samroh (semacam Rebana yang dimainkan oleh kelompok wanita). Biasanya kesenian tersebut diadakan saat perayaan 17 Agustus. Akan tetapi, kesenian tersebut tidak ditampilkan saat hari pernikahan, berbeda misalnya dengan pernikahan orang Betawi dan kebudayaan Ondel-Ondelnya. Saat pernikahan, warga di sini menggunakan musik Campursari untuk merayakannya.
Tradisi lainnya di desa Dukuh Tengah ketika merayakan kelahiran anak biasanya masyarakat di sini melakukan ritual potong puser. Tradisi tersebut dilakukan dengan suatu simbol berdasarkan jenis kelamin si anak. Untuk anak laki-laki saat di potong pusernya disimbolkan dengan 2 kg beras merah, sedangkan untuk anak perempuan disimbolkan dengan 1 kg beras merah dan 1 buah kelapa.
Dalam hal kesehatan, masyarakat di Dukuh Tengah memiliki pengobatan secara tradisional. Ramuan herbal, kepercayaan doa-doa dari ulama menjadi tradisi masyarakat Dukuh Tengah. Penduduk di sini termasuk masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan atau agamis. Selain itu, kepercayaan kesehatan spiritual lainnya adalah melahirkan dengan jasa dukun beranak.
Struktur Kepemerintahan Desa Dukuh Tengah kini berubah, Kades beserta perangkatnya dahulu dibantu oleh Kepala Dusun sebagai satuan membantu jalannya pemerintahan desa. Namun sekarang Kepala Dusun dibantu oleh RW dan RT, hal ini terjadi karena Desa Dukuh Tengah mengambil sistem kepemerintahan Minimal dengan maksud meminimalkan perangkat desa. Desa ini masuk kedalam tipe desa swadaya atau desa terbelakang Desa terbelakang adalah desa yang kekurangan sumber daya manusia atau tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang ada di desanya. Biasanya desa terbelakang berada di wilayah yang terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak memiliki sarana dan prasaranan penunjang yang mencukupi. Ini jelas yang kehidupan dalam konteks sosial masyarakat desa dukuh tengah masuk kedalamnya perangkat desa yang belum maju.
Kepala desa (Kades) duku tengah adalah Pak Saan, beliau sudah menjadi Kepala Desa selama 5 tahun. Dengan dukungan yang penuh dari warga sekitar, pak saan memenangkan pemilihan kepala desa, dengan perbedaan suara mencapai 80 suara. Saat itu, lawan politik pak saan adalah pak selamet, yang notabene Incumbent kepala desa. Sebagai kepala desa, beliau sangat membuka diri dengan warganya. Beliau juga sering mengunjungi warga – warganya secara door to door, pendekatan yang dilakukan pak saan menambah kekaguman para warga hingga pengurus atau perangkat desa lainnya yang menjadi bawahannya.
Dalam Komoditas pertanian masyarakat Desa Dukuh Tengah ini sistem pertaniannya masih homogen. Sistem ekonomi pada masyarakat petani kebanyakan berusaha di sektor pertanian baik bercocok tanam, peternakan, perikanan. Namun, mayoritas masyarakatnya menanam berbagai macam sayur-sayuran seperti jagung, kol, sawi,wortel, cabai lobak dan buncis. Kemudian, tanaman umbi-umbian yang ditanamnya seperti singkong, dan ubi. Lalu tanaman buah-buahan yang ditanam sendiri ini seperti pisang dan jeruk. Dalam tanaman palawijanya berupa Cengkeh dan kopi. komoditas masyarakat pertanian Desa Dukuh Tengah ini pola pikirnya bersifat rasional. Dimana para petani menyukai inovasi dan maksimalisasi alat produksi.
Dalam pertanian masyarakat Desa Dukuh Tengah ini terbagi menjadi dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Tanaman yang ditanam petani di Desa Dukuh Tengah pada saat musim hujan ini para petani hanya menanam padi karena sistem irigasi yang terbantu dengan adanya sistem tadah hujan. Sementara pada musim kemarau, petani menggarap ladang berupa tanaman seperti sayur-sayuran,umbi-umbian dan buah-buahan. Tanaman sayuran ini seperti Jagung, Kol, Cabai, sawi dan wortel. tanaman umbi-umbiannya yaitu singkong dan ubi. Kemudian, tanaman buah-buahannya yakni jeruk dan pisang.
Jenis bibit yang dipilih masyarakat petani Desa Dukuh Tengah ini kebanyakan berjenis bibit B dan C. Maka jika ingin membeli beras super itu tidak ada yang menjual di Desa Dukuh Tengah ini. Penentuan kualitas hasil panen bisa bagus atau tidak ini tergantung dari musimnya. Produk pokok yang menunjang yang ditanam oleh para petani ini yakni jagung dan kol.
Di Dalam pola pertanian di Desa Dukuh tengah ini, ada suatu stratifikasi kelas tani, yaitu pertama, kelas pemilik alat produksi/tanah, dimana para pemilik tanah atau pemilik modal ini mempercayakan tanah yang di milikinya untuk di garap atau di manfaatkan oleh petani yang tidak memiliki tanah. kedua, penggarap, dimana para penggarap ini biasanya memanfaatkan lahan yang sudah ada untuk menanam produk pertanian, seperti wortel, kol, jagung, dll. lahan pertanian ini biasanya punya para pemilik alat produksi, tetapi tidak jarang juga para penggarap ini mempunyai lahan sendiri. Biasanya hasil produk dari lahannya mereka pakai untuk memenuhi kehidupan makan sehari-hari, sedangkan hasil dari menggarap lahan orang lain mereka gunakan untuk menambah-nambah uang belanja rumah tangga. 
Dalam proses produksi pertanian di Desa Dukuh Tengah cenderung masih tradisional, dapat dilihat dari cara meraka melakukan penggemburan tanah yang hanya memakai cangkul, padahal di desa-desa modern seharusnya sudah menggunakan traktor atau alat mesin lainya dalam kegiatan menggemburkan tanah. Lain halnya yang terlihat di Desa Dukuh Tengah ini, mayoritas petaninya masih menggunakan cangkul sebagai alat bertani, karena di dalam Desanya sendiri pun, alat-alat pertanian seperti traktor sangat jarang ditemui karena sulitnya akses dan tidak adanya bantuan dari pemerintah lokal dalam hal alat produksi tersebut.
Faktor pendorong pertanian Dukuh Tengah tetap bertahan adalah karena di Desa Dukuh Tengah tidak ada lagi lapangan pekerjaan yang memungkinkan masyarakat bisa hidup sejahtera. Selain itu, sosialisasi dari perangkat desa yang mengharuskan masyarakat agar menjaga tanah dengan cara menanam tanaman agar tidak terjadi longsor dan kerusakan tanah menbuat penduduk desa memanfaatkan tanah dengan sebaik-baiknya.
            Adapun faktor penghambat dari pertaniaan di Desa Dukuh Tengah adalah sumber air yang sulit dijangkau. Hal tersebut, membuat petani lebih memilih produk pertanian yang tanamannya tidak membutuhkan banyak air, seperti kol dan jagung. Secara geografis Desa Dukuh Tengah adalah dearah kehutanan dan berbukit, sehingga wajar jika sawah jarang sekali ditemukan dikarenakan aliran air yang sulit. [32] Walaupun Dukuh Tengah terdapat hutan yang lebat, penduduk tetap tidak bisa membuka hutan, karena ada aturan yang melarang pembukaan hutan. Sekalipun bisa paling mereka menggunakan pola tumpang tindih, artinya tanpa menebang pohon dan hanya dengan  menanan tanaman yang bisa di tanam di sekitar pohon. Hama perusak seperti babi dan kera hutan membuat pertanian penduduk sering sekali terganggu dan bahkan gagal panen.
            Rata-rata petani di desa dukuh tengah bekerja sebagai petani dan buruh tani. Uniknya mereka bisa menjadi petani sekaligus buruh tani di tempat lain demi mendapatkan uang lebih sebagai usaha menunjang kebutuhan pokonya. Rata-rata pendidikan petani dukuh tengah adalah Sekolah Dasar dan untuk anak-anaka pada tahun ini (2012) meningkat, sudah mencapai Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Meski di dukuh tengah belum ada bangaunan SMP dan SMA. Jadi jika ingin melanjutkan sekolah mereka harus keluar desa. Bisanya para petani menjual produknya di penadah, jarang ada petani di desa dukuh tengah yang berinisiatif untuk menjual langsung kepasar.
            Prilaku ekonomi yang khas dari keluarga petani yang berorientasi pada subsisten merupakan akibat dari kenyataan bahwa, berbeda dari suatu perusahaan kapitalis, ia sekaligus merupakan satu unit konsumsi dan produksi dijadikan satu, artinya apa yang mereka ingin tanam-jual adalah apa yang mereka ingin makan. Contohnya saja, rata-rata tanaman yang Petani Desa Dukuh Tengah tanam adalah jagung, maka makanan pokok mereka adalah nasi jagung, meski ada juga beberapa yang memakan nasi, biasanya mereka beli dari hasil petukaran dengan produk yang mereka tanam atau mereka memiliki sawah/ padi. Bergabungnya unit konsumsi dan unit produksi ini kemudian membentuk pola pertanian dan system pertanian, tidak jarang dalam bertani biasanya digarap dengan satu keluarga sebagai bentuk kerja sama guna memenuhi kebutuhan konsumsi kelurga sendiri.    
            Ada perbedaan antara petani, petani garapan dan buruh tani, Petani adalah orang yang memiliki tanah, dengan bertani ia sudah bisa memenuhi kebutuhan pokoknya. Petani garapan adalah orang yang tidak punya alat produksi berupa tanah tetapi dengan menyewa tanah ia bisa bekerja disana dan memilik hak otoritas terhadap hasil panennya. Sedangkan Buruh tani adalah orang yang tidak punya lahan garapan sehingga harus menggarap lahan orang lain, ia hanya diupahkan uang/tanaman yang dikelola tetapi tidak punya hak otoritas terhadap tanah dan hasil panennya. Uniknya ada juga petani yang juga buruh tani, maksudnya ia bertani di ladangnya pada sore hari sedangkan paginya ia bekerja di ladang orang lain. Pola ekonomi ini menunjukan bahwa kebutuhan akan kerja produktif sangatlah besar guna menunjang perekonomian petani.
            moral ekonomi petani dapat dibagi menjadi dua : Pertama adalah moral subsisten, dimana petani lebih menyukai bentuk-bentuk aman dari pertanian, jarang sekali mengambil resiko besar untuk maju, ini terlihat dari cara menanam dan mengelola pertaniaan. Tanaman pertanian yang di tanam cenderung menanam tanaman yang bisa diprediksi. Tipe kedua adalah petani Rasional, petani ini adalah petani yang visioner, berfikir maju dan melakukkan maksimalisasi terhadap nilai, alat dan produk pertaniaan. Ia bisa mengambil resiko guna keluar dari zona  amannya.
            Dalam kajian moral ekonomi subsisten pola pertanian, pemilihan bibit, penentuan waktu menjadi indikator apakah moral ekonomi petani termasuk subsiten atau rasional. Beberapa telah ditemukan bahwa adanya pemikiran bahwa petani di Desa Dukung Tengah cenderung yang penting bekerja dan yang penting tanah di manfaatkan. Sehingga, dalam pemilihan bibit cenderung yang berkualitas rendah, pemilihan waktu yang tidak tepat dan penggunaan pupuk yang sekedarnya. Pak Rojikin adalah penduduk desa Dukuh Tengah, ia lebih senang bekerja sebagai peternak kambing, karena baginya manjadi petani tidak akan cukup memenuhi kebutuhan hidup. Terkadang ia juga bekerja di perhutanan sebagai buruh tebang, dan ada juga temannya yang bekerja sebagai buruh penyadap getah pinus di perhutanan. Bekerja sebagai buruh tebang dan penyadap getah ternyata lebih signifikan ketimbang bertani, gaji rata-rata bisa mencapai Rp. 1.000.000/bulan.
      Bukan hanya masalah alat-alat pertanian, tetapi juga masalah bibit dan pupuk. Di desa Dukuh Tengah ini, petani kurang jeli dan kurang maksimal dalah pemilihan bibit. Mereka tidak mau terlalu memikirkan kualitas produk, karena bagi mereka cukup buat makan saja sudah cukup. Lahan yang mereka gunakan juga hanya sekedar pemanfaatan lahan agar tanah tidak rusak. Walaupun kadang-kadang kelurahan memberikan bantuan pupuk untuk para petani, tetapi sepertinya program tersebut kurang dapat memaksimalkan meanset para petani desa dalam hal kualitas produk.
Namun dalam proses penggilingan di Desa Dukuh Tengah sudah modern. Mereka sudah menggunakan alat-alat penggilingan yang bermesin. Seperti penggiling untuk padi, jagung maupun kelapa. Memang jumlah tempat penggilingan tersebut hanya sedikit, tetapi setidaknya dengan adanya penggilingan yang sudah modern dapat membantu petani dalam produksian akhir produk.
Dalam desa Dukuh Tengah ini, proses pendistribusian produk dilakukan melalui pengepul. Biasanya para pengepul ini sudah mengintai atau melakukan kontak dengan petani untuk menjual hasil pertaniaannya kepadanya. Biasanya bila hasil panen buruk petani yang mencari pengepul sendiri untuk mendistribusian hasil produksinya. Para pengepul sering tidak mau mendistribusikan hasil pertanian yang gagal. Ini salah satu dilema petani dalam hal pendistribusian. Bila hasil panen bagus, banyak pengepul yang menawarkan jasanya. Tetapi bila panen gagal, mereka kebingungan mencari pengepul mana yang akan mendistribusikan hasil pertaniannya. Lalu penegepul mendistribusikan hasil pertanian kepada distributor-distributor, dari distributor lalu keagen atau warung-warung dan akhirnya sampai ke konsumen.

5.2 Saran
·         Saran terkait permasalahan yang muncul, analisis : faktor baik dan buruk (motivasi) Struktal, geoggrafi, kebujakan pemerintah.  Strategi dan solusi yg sosiologis




[1] http://www.dephut.go.id/files/StatDishutJateng_07_0.pdf
[2]Wicaksono Pranatra Baroto, skripsi,strategi bertahan petani padi di Desa Sumber Jaya studi   petani desa sumber jaya kec. tambun selatan, kab. bekasi.2011
[3] Dokumentasi pribadi pada tanggal 22  juni 2012
[4] Dokumentasi pribadi pada tanggal 22  juni 2012
[5] data dari kepala desa pada tahun 2011
[6] Data dari Kepala Desa tahun 2011
[7] Data dari Kepala Desa tahun 2011
[8]Prof.Dr.Damsar, Pengantar Sosiologi ekonomi, kencana prenada media group, 2009, Jakarta, hal. 139
[9] ibid.,
[10] ibid.,
[11] ibid., hal. 140
[12] ibid., hlm141
[13] Hasil wawancara dengan Pak Carik tanggal 24 juni 2012
[14] Hasil wawancara dengan Ibu Rohani tanggal 24 juni 2012
[15] Dokumentasi pribadi pada tanggal 22 juni 2012
[16] Hasil wawancara dengan Pak Rojikin tanggal 24 juni 2012
[17] Catatan pribadi penulis tanggal 24 juni 2012
[18] Hasil wawancara dengan Pak Sakrib tanggal 22 juni 2012
[19] Dokumentasi pribadi pada tanggal 22 juni 2012
[20] Hasil wawancara dengan Pak Tarno tanggal 22 juni 2012
[21] Catatan pribadi penulis tanggal 24 juni 2012
[22] Dokumentasi pribadi pada tanggal 22 juni 2012
[23] Hasil wawancara dengan Pak Rojikin tanggal 24 juni 2012
[24] Dokumentasi pribadi pada 22 juli 2012
[25] Hasil dokumentasi pribadi 22 juni 2012
[26] Penduduk desa belum mengunakan system terasering lanatara biaya dan tenaga yang di butuhkan cukup besar ntuk membuat system tersebut, lagi pula tidak bisa di lakukan secara individu tapi hasru komunal.
[27] Scott C. James, 1983, “Moral Ekonomi Petani”. Jakarta : LP3ES, hal 19
[28] tanggal 22 Juni di depan rumah
[29] Gejala “Hunger rents” merupakan tingkah laku ekonomi pertanian di mana demi mendapatakan dan memenuhi kebutuhan pokok seorang petani rela menyewa tanah dengan harga yang sangat tinggi. Hal sebut dikarenakan ia kekurangan alat produksi berupa tanah, sehingga ia berusaha untuk menambah riuk nasi dengan caar tersebut.    
[30] Waktu : 24 Juni 2012, Pukul 10.00 Wib Tempat : di Depan sawah bu Rohani/ Desa Duku Tengah, Kec Bojong Tegal Jawa Tengah
[31] Waktu : 24 Juni 2012, Pukul 11.30 Wib, Tempat : wawancara dengan  pak Rojikin, di depan Rumah pak Calik/ Desa Duku Tengah, Kec Bojong Tegal Jawa Tengah
[32] Penduduk desa belum mengunakan system terasering lanatara biaya dan tenaga yang di butuhkan cukup besar ntuk membuat system tersebut, lagi pula tidak bisa di lakukan secara individu tapi hasru komunal.

0 komentar:

Posting Komentar