Oleh: Gurnadi R.
Waktu nampaknya masih bersahabat baik, biasnya sering sekali merasa tidak cukup waktu sekarang bagitu lapang. Sekarang masih pukul 09.00 WIB, aku mencoba mencari aktifitas lain. Langkah kaki ini mengantarkan ku ke kamar tidur, ku bongkar rak buku dan laci, nampaknya tidak ada yang perlu dibereskan, karena pekan kemarin sudah aku rapihkan, biasanya butuh 2 jam lebih untuk membereskan rak buku, karena masih tertata rapih berarti aku harus mencari aktifitas lain.
tasbih & renungan |
Hari ini sedang tidak ada
kerjaan, karena beberapa projekku sudah selesai. Hari ini teras sangat lambat, tidak
seperti hari biasanya jika menjelang pukul 07.00 aku sudah direpotkan dengan
urusan sana-sini.
Karena tak terbiasa berdiam
diri, aku keluar menuju halaman belakang, ku coba mencari aktifitas, kulihat
pohon cabai, pare, pandan, jeruk, anggur, jambu dan mangga di halaman belakang.
Aku sangat hobi menanam, klo kata kieluargaku tanganku itu dingin, maksudnya
apa yang ku tanam bisa tumbuh –aku cukup tersanjung. Segera ku ambil ember dan
gayung kecil, ku sirami satu persatu tanaman yang ada, kemudian langkahku menuju
ke teras rumah dan menyiram tanaman hias kuping gajah. Selesai sudah aktifitas
menyiram tanaman, hannya butuh 20 menit.
Waktu nampaknya masih bersahabat baik, biasnya sering sekali merasa tidak cukup waktu sekarang bagitu lapang. Sekarang masih pukul 09.00 WIB, aku mencoba mencari aktifitas lain. Langkah kaki ini mengantarkan ku ke kamar tidur, ku bongkar rak buku dan laci, nampaknya tidak ada yang perlu dibereskan, karena pekan kemarin sudah aku rapihkan, biasanya butuh 2 jam lebih untuk membereskan rak buku, karena masih tertata rapih berarti aku harus mencari aktifitas lain.
Ku buka buku catatan dan
agenda ku, semuanya sudah terceklis, tanda sudah selesai, hemm.. otakku
berfikir apa lagi yang ingin ku kerjakan.
Ku cek Hp dan Tab ku, aku
harap ada obrolan atau komentar yang masuk di media sosialku, ternyata tidak
ada hal yang ku mau. Ku buka portal media online,
ku cari apa yang ingin ku dapat, ternyata juga tidak kutemukan. Biasnya jika
membuka media sosial, aku bisa menghabiskan waktu 2-4 jam hannya untuk ngobrol
yang tidak terlalu penting. ku tutup semua aplikasi, dan berfikir apa yang
ingin aku kerjakan.
Waktu masih bersahabat, aku
merasa ternyata sibuk itu jauh lebih menyenangkan ketimbang tidak ada kerjaan.
Ku hempas tubuhku ke kasur, ku lempar tatapan ku melewati jendela dan memandang
langit, suara kericing’an dari gantungan hias yang tergantung di langit teras terdengar
sangat tentram. Pohon-pohon besar membuat kamar ku menjadi sejuk, ku coba
menutup mata, tetapi tidak bisa, aku mulai bosan.
Ku lempar pandanganku ke isi
kamar, ku perhatikan satu persatu barang yang ada di kamar berukuran 4x3 meter,
tatapanku kemudian tertuju pada tasbeh. Tasbeh kecil berwarna coklat tua yang
ku beli ketika berjiarah, tepatnya di tahun 2007-2008. Tasbeh itu terbuat dari
kayu, bentuknya sangat bagus bermata 99. Ku ambil tasbeh yang tergantung dipegangan
pintu lemari. Ku perhatikan ada yang berubah, dulu warnanya sangat mengkilap,
lantaran sering aku gosok dengan minyak wangi -tidak ada maksud apa-apa, agar enak
dipandang dan wangi saja ketika berzikir. Kulihat tasbeh ini berdebu dan kusam,
mungkin sudah 4-5 tahun aku tidak berzikir dengan tasbeh itu, ketika aku masih
dibangku SMA, aku sering berzikkir menyebut asma’Nya dengan tasbeh ini, baik di
rumah atau di masjid. Semakin ku tatap, semakin tersusun kenangan masa lalu, aku
ingat dulu sering sekali sholat malam, puasa sunnah, dan sholat tepat waktu di masjid,
sekarang sudah mulai berkurang, baik secara kualitas atau intensitas. Ya Rabb apakah
kesibukan ku sekarang membuat diri ini menjadi lalai? Apakah aku lupa kan
nikmat Mu?
Aku berfikir sejenak, dulu
aku bukanlah orang yang pintar, sebuah keberuntungan bisa menyicip pendidikan
di Universitas, sedangkan banyak kawankku yang lebih pintar tetapi tidak
memiliki kesempatan seperti aku. Dulu hati ini berkata mungkin karena
kedekatanku dengan Sang Pencipta membuat terasa lebih mudah, dan bentuk syukurku
pada Nya adalah dengan beribadah dan selalu menyebut asma’Nya. Sekarang
kemanakah itu semua? Apakah mengajar uang lebih berharga? Apakah jabatan dan
perjalanan ku lebih berarti? Ternyata tidak juga, justru perjalananku terasa
lebih sulit sekarang, segalanya terasa berat, meski secara kuntitas lebih besar
yang ku dapat, akan tetapi semuanya itu tidak ada artinya, hidup ini sekarang
terasa hampa dan tanpa makna. Ya Rabb Aku rindu jalan Mu.
Aku tatap tasbeh kecilku, hati
ku berdoa; ya Allah ampuni hamba atas kelalaian ini, hamba lupa akan
karuniah’Mu. Sunggu hamba termasuk orang-orang yang zallim. Segera ku percepat langkah
ini mengambil air hudu. Di waktu luang ini ku sibukan dengan sholat dan berdoa.
Ya Allah, terima kasih atas petunjukmu, jadikan hamba orang yang selalu
mengingat’Mu baik dalam keadaan lapang, maupun sempit, semoga berkah’Mu senang
tiasa meyertaiku.
0 komentar:
Posting Komentar